Part 11 UHA

505 39 83
                                    

Selamat membaca, jangan lupa vote and komen-nya, ya ;)

🕊🕊🕊

“Neneng?! Dasar Agus! Aku ‘kan sudah pernah bilang kalau namaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Neneng?! Dasar Agus! Aku ‘kan sudah pernah bilang kalau namaku ....”

“Ufaira Hanik Anandyra,” tegas Ufa. Ia mendengus kesal.

“Tapi aku lebih suka memanggilmu dengan sebutan Neneng,” bisik Arkan. Ufa mengernyitkan dahi, ia sangat geram. Ufa mengepalkan tangannya dan memukul meja dengan sangat keras hingga suaranya menggema ke luar ruangan.

Assalamu’alaikum,” seru dosen Aji dari luar.

Semua mahasiswa menoleh ke arah sumber suara. Satu persatu mengambil posisi masing-masing dan menghadap ke depan. “Wa’alaikumussalam warahamtullahi wabarakatuh,” jawab semua mahasiswa serempak.

Tidak ada lagi celah bagi Ufa untuk menyalurkan kekesalannya, sesekali ia mencuri pandang pada laki-laki di sebelahnya yang tengah duduk di kursi dengan jarak sekitar satu kursi dari tempat duduknya saat ini.

“Dasar Agus. Namanya saja sudah Agus, selalu saja mengesalkan. Jadi teringat si Agus temen SD dulu, dia sama menyebalkan seperti si Agus ini,” batin Ufa. Ufa mendengus kasal, entah sudah berapa kali ia mendengus dari tadi. Ia menulis penjelasan dosen dengan malas sehingga di kertas putihnya lebih dominan dengan coretan berbentuk zig zag.

Alisya menoleh ke arah Ufa seraya menggeleng. “Fa, lo kenapa sih? Kemarin aja pas gak ketemu dicariin. Giliran sudah di depan mata malah berantem,” protes Alisya.

“Gue kesel, Sya. Masak gue dipanggil Neneng sih,” gerutu Ufa.

“Bisa saja Neneng itu panggilan sayang dari dia buat lo.”

“Sya! Kenapa lo jadi belain dia sih.”

Alisya berusaha menyembunyikan tawa kecil di balik bibirnya. Tidak mungkin dia senyum-senyum sendiri sementara ia ada di barisan kursi paling depan.

Arkan berusaha mengatur detak jantungnya sebaik mungkin, sesering mungkin pula ia melakukan rileksasi pernapasan. Ditambah saat ia mulai yakin bahwa wanita yang dimaksud Kiai Munjid adalah wanita yang kini sedang kesal akibat ulah yang dibuatnya.

“Abah ... apa benar ini pilihan Abah buat Arkan?” Arkan membatin.

“Gus ... cantik, ya?” celetuk Hari.

“Hust!”

Dosen menjelaskan mata kuliah hari ini dengan sangat detail, akan tetapi Ufa melakukan kesalahan. Begitu Pak Aji meminta review mahasiswa, Ufa sama sekali tidak bisa menjawab. Beda dengan Arkan, Arkan bisa menjawa semua pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Ufa. Hal ini menambah mood Ufa semakin buruk, ia merasa malu saat menoleh ke belakang. Di sana teman-teman sekelasnya sudah menertawakan Ufa dan menampakkan rasa takjub kepada Arkan. Arkan tersenyum kecut ke arah Ufa.

Udah Halalin Aja(On going)Where stories live. Discover now