Bab 18. suasana rumah

3.8K 534 44
                                    

Suasana rumah saat ini benar-benar sepi. Pasal nya mamah masih mendiami ku dan ayah ku sekali-kali memberiku nasihat.

Sekarang ini aku hanya ingin segera pergi dan bertemu dengan azzam tidak ada yang lain

"Kamu mau mamah jodoh kan" Aku hanya dia, sungguh aku tidak peduli lagi dengan semua ucapan orang-orang

"Mamah sudah ada calon yang tepat untuk kamu, besok malam kamu harus bertemu dengan nya" ucap mamah ku lagi

"Tidak ada alasan kamu keluar dari rumah selain bertemu dengan calon mu itu" ucap mamah ku

Setelah malam ini keluarga ku datang ke rumah wanita, aku tidak banyak bicara yang aku tau hanya dia bernama fitri itu saja.

"Begini nak fitri kedatangan kami ini bermaksud baik, ya itu ingin melamar nak fitri jika nak fitri berkenan" ucap ayah ku

Dan pada akhir nya keluarga wanita menerima kami, acara perkenalan keluarga pun sudah di lakukan.

Fitri sempat mengajak ngobrol tadi di saat acara makan-makan berlangsung

"A umur nya berapa?" Tanya dia

"22"

"Kalo aku 21" ucap nya

"Aa lulusan dari mana aja?" Tanya nya lagi

"Alumni pesantren al-amin" saya hanya mengucap kan itu, males kalo ngasih tau lulusan univ turki

"Alhamdulillah ternyata santri jodoh saya" ngimpi.

Setelah percakapan singkat itu, kami pulang dengan tenang kami satu keluarga masih dengan acara diam-diaman nya.

Azzam tidak ada kabar, dia juga pasti sama bingung nya dengan ku. setelah kemarin mama memberitahu akan menjodohkan ku dengan anak teman nya aku langsung mengabari azzam. Tapi dia benar-benar tidak ada respon, apa kita benar-benar akan berpisah dengan cara seperti ini?

"Kamu harus menikah dengan wanita roby, tidak usah memikirkan dia lagi." Ucap mama ku

"Hmmm"

"Pada akhir nya semua akan seperti q.s yasin ayat 40 : (Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn.) "Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya." Ucap mama ku, ya mungkin maksud mamah ku semua akan kembali pada garis edar begitupun dengan sexsualitas ku.

"Dia juga wanita yang salihah by, dia juga cantik, dia wanita cerdas dan berpendidikan" ucap ayah ku

"Azzam juga" saat ini aku masih membela azzam

"Tapi dia bukan garis takdir mu, dia laki-laki sama seperti kamu. Apa yang kamu harapkan dari hubungan seperti itu hah?" Jawab mama ku,

"Kita hanya mengharapkan kebahagian dengan hidup bersama."

"Kamu pikir dengan hanya hidup bersama akan bahagia? Apa saat dewasa seperti ini ke egoisan mu mulai menguasi diri? Setelah kamu dewasa seperti ini apa kah kamu hanya mementingkan kebahagiaan diri kamu saja?" Ucap mama ku lagi. Ayah ku tidak terlalu banyak bicara dari hari itu entah dia terlalu marah atau sedikit memaklumi

"Mama tau apa kalau aku egois. Di sini aku bukan mementingkan kebahagian ku sendiri tapi ada azzam juga." Ucap ku

"Dasar anak muda, sudah lah percuma berdebat dengan anak kecil seperti mu. Pada inti nya kamu harus tetep nikah dengan wanita tadi" ujar mamah ku mengakhiri obrolan panas ini.

Pov azzam

Dia akan di jodoh kan? Pikiran saya sangat kacau sejauh ini, kita benar-benar harus mengambil keputusan.

Aku berbicara lagi dengan abi

"Abi saya akan pergi dengan dia, abi dan umi tidak perlu menunggu saya pulang." ucap saya saat kami semua selesai makan

"“(Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka, ‘Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kalian? Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampaui batas, (QS Al-A’raf [7]: 80-81)."  Apa kamu masih belum paham? Abi yakin kamu tidak sebodoh itu."

"Abi keputusan saya sudah bulat, untuk dosa dan azab akan kami tanggung tanpa melibatkan umi abi dan banyak orang" ucap saya "umi, maaf jika saya sangat membuat umi juga abi kecewa. Saya hanya ingin hidup bersama dengan dia tapi bukan dalam ikatan sebagai teman atau sahabat"

Setelah saya mengucapkan itu umi dan abi hanya diam, saya pergi ke rumah untuk berkemas dan segera menghubungi nya.

"By? Bagaimana keadaan mu?" Tanya saya setelah mengucapkan salam

"Mas? Ini kamu beneran kan? Hikss aku mau kita pergi, aku gak mau di jodohin. Aku cuma mau sama kamu" ucap nya sambil menangis, suara tangis nya sangat menyayat saya tidak suka dengan taangis nya karna itu membuat saya juga merasa sedih

"Berkemas lah, ayo pergi saya sudah pamit dengan umi dan abi." Dia hanya diam di sebrang sana, saya hanya mendengar suara tangis nya

"Ayo, hikss bertemu di mana?" Ucap dia

"Bertemu di bandara saja tak apa? Jika kita berangkat bersama sekarang akan sampai di tempat dengan waktu yang sama juga" saya sudah memilih akan kemana kami pergi. Uang saya cukup banyak hanya untuk ber 2 saya yakin dia juga pasti memiliki tabungan yang cukup

Setelah memberitahu keputusan dan pilihan ku dia setuju, kami akan bertemu di bandara jakarta dia benar-benar akan ikut dengan ku kemana pun aku pergi. Saya senang karna dia sepenuh nya bergantung dan mempercayai saya.

Ya Allah ampuni kami yang membuat orang tua kami bersedih hanya demi kebahgaian dunia kami semat.

_________
Btw aku baru lamaran kemarin-kemarun tapi bingung mau ngetik apa wkwkwk

PERTEMUAN KE 2 (Tamat)Where stories live. Discover now