115: Usaha #2

176 61 3
                                    

Kalau punya tujuan dan pengen tujuannya tercapai, ya harus usaha. Sereceh apapun tujuannya, tetap harus diusahain dulu kalau pengen tahu apa hasilnya.

Berlaku dalam urusan asmara. Jiakh, asmara. Udah kayak nama artis terkenal aja tuh asmara.

Anjasmara deng, jauh.

Balik lagi soal usaha. Contohnya kayak Joochan ini lho, usahanya gak pernah setengah-setengah. Patut diacungi jempol, sekaligus bikin geleng kepala.

"Assalamualaikum ya akhi, ya ukhtea!" Joochan masuk ke Ruang Seni sambil ngucap salam pakai nada.

"Males deh ada Kak Joochan mah bantuinnya pake mulut," protes salah satu adik kelas Padus yang lagi beresin map.

"Eeehh gak berterima kasih ya lu," tunjuk Joochan. "Inget gak dulu siapa yang ngeinterview elu pas daftar Padus?"

"Bodo amat. Sekarang kan udah keterima wleee," si adik kelas tadi menjulurkan lidah ke Joochan kemudian kabur bawa setumpuk map bekas yang siap buang.

Hari ini ada agenda beres-beres Ruang Seni, ngerapihin inventaris juga. Yang ada waktu luang ikut hadir buat bantuin sekretaris sama seksi inventaris buat beres-beres sekaligus pendataan ulang.

"Heh!" sapa Joochan ke Suyun yang lagi bersihin piala. Dia jongkok sambil ikutan bantu ngeluarin piala-piala yang mau dilap.

"Apa hah heh hah heh?" balas Suyun.

"Ampuuunnn dah ini ngelap piala doang bisa dua tahun kalau sambil sepik-sepik aduhay gini," cibir Haechan yang baru datang abis ngambil kanebo.

Yaela suka bener nih mulutnya Echan.

"Tiati Bang, berduaan doang yang ketiga setan."

Joochan noleh ke Haechan, "Elu dong?"

Suyun ketawa puas, sementara Haechan ngebanting kanebo ke lantai. "YAUDAH IYAAAAA aing mundur weh ngelap kaca. Punten, tipayun..."

"Apaan sih lu," Suyun narik Haechan supaya duduk lagi.

Akhirnya mereka bertiga asik sendiri sama piala. Tapi pada diem-dieman soalnya Joochan mau ngajak ngobrol takut, ada Haechan. Takut keceplosan terus jadi gosip.

"Lu berdua kalau mau ngobrol gapapa sumpah," celetuk Haechan. "Anggap aja gue nggak ada. Anggap aja gue ini kanebo."

"Tau gaksih Kak, temenku yang namanya Haechan rese banget?" Suyun mulai iseng.

"Tau. Haechan yang bacot banget itu kan? Kalau ngomong suaranya kedengeran sampai kelas gua," balas Joochan.

"Nah kan! Emang ngotor-ngotorin udara aja suara dia tuh."

"YAELAH GUE PECAHIN SEMUA DEH NIH PIALA," sungut Haechan.

Selesai urusan piala, Joochan, Suyun, Haechan mencar bantu ngerjain yang lain. Abisnya barang disini kan buanyak banget, dan bukan punya Padus aja. Tapi mereka cuma beresin barang yang ada di lemarinya Padus sih. Yang paling bikin capek tuh ngurusin partitur, apalagi yang berceceran atau udah usang gitu. Harus dipilihin satu-satu.

"Guys, siapapun tolong dong fotokopi—eh, ada Joochan ya? Chan, kerjaan lu nih," titah Suhyun sambil mengacungkan lembaran partitur.

"Apaan?" tanya Joochan.

"Elu kan koor latihan. Fotokopi nih, buat latihan besok!"

Joochan nerima tumpukan kertas dari Suhyun. Banyak banget ini mah, udah kayak kertas ulangan buat sekelas.

"Banyak amat?"

"Sekalian lah, daripada bolak-balik. Dua lagu doang itu."

"Tapi kan anggotanya banyak! Gue gimana bawanya?"

The GooGooBomWhere stories live. Discover now