135: Secercah Harapan

128 61 18
                                    

"Apaan sih, Neneng?"

"Bentar doang!"

"Naon ih?!"

Jiae menarik paksa sosok jangkung inisial S ke salah satu meja di pojokan ruangan. Nggak cuma ditarik paksa, tapi juga dipaksa buat duduk.

"Tijel banget sih lu," protes korban yang tak lain dan tak bukan adalah si Aa'. "Aing mau beli lauk, disuruh Ibu."

"Nunggunya disini aja, ikannya masih digoreng," paksa Jiae. "Sekalian gue mau nanya sesuatu."

"Nanya apaan?"

"Adek lu cerita sesuatu nggak? Tentang dia sama Joochan mungkin?"

Seokjin menanggapi dengan santai, "Oohh itu. Iya, mereka lagi berantem. Biasa lah remaja puber kan suka banyak drama."

"Kalau kata Jibeom, berantemnya gara-gara apa?"

"Es teh dulu."

Rasa-rasanya pengen banget Jiae ngelempar kaleng kerupuk ke wajahnya si Aa. Kenapa ya, punya tetangga tuh cakepnya tumpah-tumpah tapi gak dikasih akhlaqul karimah???

"Lo tuh ya—"

"Mau tau nggak?"

Akhirnya diturutin. Datang deh tuh segelas es teh manis buat si sulung keluarga Kim rumah nomor 5. Yaudah lah, gak masalah Jiae yang bayarin. Es teh cuma goceng ini.

"Jadi, kenapa katanya?" tanya Jiae sekali lagi.

Seokjin cuma melirik Jiae sekilas sambil menyedot es tehnya lewat sedotan. "Ya gitu weh," jawabnya sambil mengangkat kedua bahu.

"Eh, gak tau diri banget jadi manusia?!" protes Jiae, emosinya udah di ubun-ubun.

"Masalah gebetannya Adek lu," jawab Seokjin setelah es tehnya sisa setengah gelas. "Bukan rebutan sih. Yang gue tangkep, si Joochan bikin masalah terus ditegur sama Donghyun. Cekcok, dan akhirnya Adek lu ngeluarin kalimat yang bikin si Donghyun tersinggung."

"Terus?"

"Jibeom ngelerai, tapi akhirnya kebawa emosi juga. Jadinya pada diem-dieman deh tuh bertiga. Gitu aja sih intinya."

Alasan Jiae nanya begini karena dia pengen ngajak Joochan ngobrol. Akhir-akhir ini mulai ada perubahan signifikan di diri Joochan. Males-malesan iya, jadi lebih pendiam juga iya. Kata Daeyeol pun, kalau lagi les Joochan kayak ogah-ogahan. Yang lain juga minim interaksi.

"Lu ajak ngobrol deh si Joochan. Kayaknya dia gak punya suporter, nggak ada yang berpihak sama dia," lanjut si Aa.

"Kalau emang dia yang salah, siapa juga yang mau mihak?" balas Jiae. "Sebelumnya sih dia biasa aja, tapi akhir-akhir ini mulai aneh. Kayaknya bukan gara-gara itu doang sih."

"Nah, yaudah ajak ngobrol. Biar lo tau cerita dari sisi dia gimana. Yang lebih tau luar dalamnya Joochan kan elu."

"Si Jibeom gimana sekarang?"

"Gitu-gitu aja. Lu kayak gak kenal dia aja sih Neng," jawab Seokjin. "Tapi kalau boleh komen lagi, ini mah bukan karena dia Adek gue ya, tapi gue tau dia paling anti sama yang namanya keributan. Makanya kemarin dia berniat ngelerai, tapi namanya remaja masih susah ngontrol emosi."

"Iya sih..."

Cepat atau lambat, Jiae pasti bakal ngajak Joochan ngobrol. Daripada dipendam sendirian terus bocahnya kenapa-kenapa, mana mau ditinggal lama sama ortu. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

"Pak RT kapan berangkat? Kata si Ayah kemarin udah pengumuman di grup RT, pemegang kekuasaan sementara bapaknya si Jinho ceunah," tanya Seokjin.

The GooGooBomWhere stories live. Discover now