142: The Unbreakable Wall

159 57 7
                                    

"Tumben udah pesen dari sekarang, Koh?"

Donghyun lagi mengemban tugas di Minimarket, seperti biasa. Kayak nggak tahu Papi Kim aja. Paling nggak bisa liat Donghyun longgar dikit.

Kali ini Donghyun lagi ngobrol sama Koh Luhan dealer. Masih inget kan? Yang langganan pesan bingkisan lebaran buat karyawannya itu loh. Tapi sekarang minta pesanannya jadi dua minggu sebelum puasa.

"Iya. Karyawan I pada minta bingkisannya dikirim ke Kampung masing-masing sebelum puasa," jawab Luhan.

"Oohh," Donghyun ngangguk doang. "Jadi fixnya apa aja, Koh?"

"Kayak biasanya aja."

Donghyun dibantuin salah satu karyawannya, Mas Pil, buat pendataan.

"Minyak gorengnya Sania nggak apa-apa, Koh?" tanya Mas Pil. "Soalnya yang pasti aman stoknya merk itu."

"Emang biasanya apa?" Luhan balik tanya.

"Sunco."

"Apa aja lah. Yang penting sama semua biar gak pada iri."

Donghyun bernafas lega. Untuuuuungg Luhan ini nggak rewel. Beda sama langganannya yang juragan ayam potong itu. Kalau pesen bingkisan buat karyawannya RIBET BANGET. REWEL.

"Pokoknya kayak biasanya itu. Gapapa diganti sama yang harganya sama atau mahalan dikit, yang penting seragam," lanjut Luhan.

Donghyun sama Mas Pil crosscheck lagi pesanan Koh Luhan. Agak pusing tapi memang harus begini biar dapat uang.

"25 paket ya Koh," kata Donghyun. "Isinya dua minyak goreng Sania yang 2 liter, Khong Guan kaleng yang bulet satu, sirup marjan pandan satu, melon satu, Gulaku yang sekilo dua... mau yang kuning apa yang ijo, Koh?"

"Biasanya apa?"

Hmmm, Donghyun mulai agak kesel ya. Ini orang kalau ditanya malah nanya balik.

"Ijo," cicit Mas Pil. "Ini, ada catatannya."

"Yaudah langsung input," titah Donghyun. "Tango waffle kaleng biru satu, Kapal Api satu, Sariwangi celup 2, Indomie goreng 4, soto 4, sarden 2, saos sambal satu, kecap satu, saos tomat satu, Chocopie satu, Roma Kelapa..."

"... permen Mintz biru, Tango vanilla, ciki Ring dua, sama... margarin. Udah ya."

"Langsung I lunasin aja ya biar you gak ribet," Luhan ngambil kartu ATMnya dari dalam dompet. "Sekalian tadi I ngambil air mineral dingin dua."

Langsung deh tuh diurus semuanya, Donghyun bagian final crosscheck dan akhirnya distempel deh tuh. LUNAS.

"Thanks ya. Salam buat Papi you."

"Masama, Koh."

Kemudian Donghyun duduk lagi di kursi keramat punya Papi Kim. Bapak dua anak itu jadi lebih sering ke tempat cucian mobil. Biasanya juga kesana sih, buat mantau. Tapi nggak pernah selama ini.

Hari ini juga terpantau ramai pengunjung. Donghyun heran, padahal puasa masih nanti. Apa orang-orang emang sengaja ya belanja lebih awal?

The GooGooBomWhere stories live. Discover now