siapa pemilik kukis keberuntungan ini?

243 36 40
                                    


Sebelum Sabian hidup mandiri di residen dekat kampus, dia diasuh penuh kasih oleh kakek dan neneknya sejak masa sekolah di Kota Lautan Api.

Namun, dua tahun sudah kakek berpulang ke pangkuan Tuhan. Kursi goyang nenek di teras menjadi kian berdebu, kehilangan penduduknya.

Tiada lagi yang setia menikmati seduhan kopi hitam racikan nenek atau membantu nenek menyirami kamboja-kamboja di taman, kecuali cucu kesayangan mereka, Sabian.

Mulanya, keputusan untuk pindah dari rumah nenek ke residen sangat berat bagi Sabian. Itulah mengapa Sabian rutin bermalam di rumah nenek setiap akhir pekan, menjadi cucu manis nenek yang usianya terjebak pada belasan awal. Jika kalian penggemar kartun Spongebob, kurang lebih perlakuan nenek Sabian terhadap Sabian adalah demikian.

Nenek sering jatuh sakit pasca kehilangan belahan jiwanya. Maka dari itu, anak-anak dan cucunya lekas bertindak, bertamu secara bergilir demi memeriahkan kekosongan sudut-sudut rumah nenek.

Minggu ini, Sabian mengajakku ikut ke rumah nenek. Ini bukan kali pertama aku datang, tapi, sensasi-sensasi kala kita dipertemukan dengan keluarga pasangan tak pernah gagal menggelitik setiap inchi kegugupanku.

Harapan agar diterima oleh keluarga Sabian semakin bergumul dalam serat-serat pakaian dan harum parfum yang kusemprot sebelum berangkat, juga terselip dalam beberapa camilan yang akan kami beli dari kedai kue Ailes.

"Bonjour Madam, visiting your man's grandma house today I see?" Farasha Ailes, adik sepupuku sekaligus putri dari pemilik kedai kue Ailes, menyambutku dengan aroma margarin khas roti yang baru keluar dari oven.

"Correct," baki kayu yang menggendong belanjaanku segera kuletakkan di meja kasir. "Minggu ini keponakan Sabian juga datang."

"Oh? Kalau begitu kalian nggak boleh melewatkan the best chocolate chip cookies in town!" Beberapa bungkus kukis cokelat buatan tangan magis Ailes merosot ke dalam kantung belanjaku.

"Thanks, Lovely."

"Your man will loved it as well, no?" Lirikan mata Ailes ditujukan pada Sabian yang masih sibuk di rak kue mangkuk, membuatku terkekeh geli.

"Jadi, apa yang Ms. Baker rencanakan di minggu cerah ini?" Giliran aku yang menggoda gadis rambut pendek itu sekarang.

"Berkencan dengan roti-roti cantikku tentu saja. What did you expect, Sister?"

"Aku kira kamu akan membuat janji dengan junior yang waktu itu."

Ailes nampak frustrasi menanggapi jebakanku. "For the love of cookie, no way. Not a chance."

"Ai, kamu nggak bikin macaron ya hari ini?" Sabian dan pai apel kayu manis datang memecah konversasi menjadi tiga arah.

"Out of ingredient, sadly. Tapi, kamu harus coba kukis cokelat yang aku titip ke Amora."

Manik Sabian berbinar menatapku. "Kukis cokelat?"

"Iya, nanti kita coba bareng-bareng di rumah nenek, oke?" Lesung pipit Sabian kutekan-tekan seolah itu adalah tombol untuk menghentikan permohonan terselubungnya.

Sayangnya, Sabian malah mengapit lenganku dan menjatuhkan kepalanya di pundakku. "Masa nyicip aja nggak boleh, sih? Mowa kan baik hati dan rajin menabung."

"Man, not in front of my bread," Ailes menggeleng putus asa disuguhkan tayangan romansa picisan.

"Apa urusannya sama rajin menabung?"

Akibat responsku yang tak memuaskan, Sabian tak membiarkanku bergerak sejengkal pun. Akhirnya aku menyerah dan memberikan sebungkus kukis padanya.

"Aku serasa bawa bayi beringas."

Paramour Parade [TXT Soobin]Where stories live. Discover now