perasaan itu berkaki, dia juga bisa berlari.

217 19 25
                                    


Banyak manusia modern (dalam konteks usia) berpikir menjadi seorang tokoh utama adalah sebuah visi elegan. Yang jika dicapai, maka matahari mungkin akan turun tahta sebagai pusat dunia. Terdengar hiperbolis. Namun, siapa yang tidak ingin menjadi pusat dunia?

Segala sesuatu hanya tentang Saya. Hanya Saya yang punya kuasa. Hanya Saya yang cukup relevan menjadi perasa. Hanya Saya yang pandai mensiasati takdir, walau ujungnya menangis-nangis juga di hadapan Tuhan.

Masih ingat siapa Tokoh Utama kisah ini? Yukio Junendra. Iya, masih dia.

Terutama karena sekarang latarnya berpindah ke klinik sederhana pascainsiden serangan panik yang dialami beliau barusan.

Sabian telah bergegas pergi setelah kondisi Yukio kembali stabil. Perawat yang berjaga di klinik itu menyarankan agar Yukio rehat sejenak sembari menanti Sabian kembali. Sebaiknya ada yang menemani jika Yukio ingin berkendara lagi, sebab tangannya masih konstan gemetar.

"Berengsek," Yukio melilitkan selimut pada sebagian lengannya guna menahan gemetar yang belum juga reda. Padahal dia sudah jauh lebih tenang, tetapi reaksi fisiknya ternyata sulit dikendalikan.

Kapan kali terakhir Yukio terkena serangan panik? Kemungkinan tahun lalu. Bagian luar biasanya, Yukio masih ingat betul, bahwa pemicu relapsnya adalah topik yang persis sama.

Acha
| kak
| papa tiba tiba jemput acha
| gimana ini kak :(

Persis sama seperti insiden tahun lalu. Bedanya, kali ini Yukio bisa saja langsung menjemput Acha dan mencegah penculikan itu terjadi. Namun, kenyataannya, dia gagal.

"Fuck. Bodoh banget gua."

Maka seharian itu, Yukio yang sudah babak belur secara fisik berusaha mendamaikan psikisnya secara mandiri.

Semula tidaklah mudah. Tetapi, seseorang yang tak diduga-duga dari sekian banyak nama, bersedia membantunya.

"Lo tahu dari mana gua di sini, Mar?"

"Sabian chat di grup Van Der Gyan. Mungkin lo belum tahu, tapi, rumah gue di daerah sini," Maria Ananta tidak pernah berubah dalam berbahasaㅡsolid dan lugas. Mungkin itu salah satu alasan Yukio bersikeras agar Maria terpilih menjadi wakilnya di himpunan teater.

Oh, Van Der Gyan itu grup yang dirintis Gyan sesaat sebelum mereka menghadiri konser DAY6 bersama. Kalian masih ingat siapa saja anggotanya, 'kan?

"Terus yang lain ke mana? Kok lo datang sendirian?" Entah kenapa Yukio merasa tersinggung.

"Acha sama Herlin belum baca grup. Amora udah baca, tapi belum respons apa-apa. Gyan lagi ngantar nyokapnya arisan ke luar kota."

Tanpa sadar senyum Yukio meninggi. Cara bicara Maria seperti Siri. Lucu sekali.

"Aih, berarti Mbak Waketu bela-belain datang buat saya, ya?" Yukio menyeka air mata imajinernya. "Terharu nih saya."

"Lebay."

Selain menjadi satu-satunya pembesuk, ternyata Maria juga tak lupa membawa perbekalan dan sweater untuk pakaian ganti sang pasien. Kepekaan calon perawat memang tak diragukan.

"Ini jaket cowo lo, ya?" Sempat-sempatnya Yukio mengendus jaket itu, seperti anjing pelacak saja. "Ada hint bau rokok sama parfum cowo."

"Iya udah kalau nggak mau," sia-sia Maria bermurah hati kepada pasien bengal satu ini.

Tetapi, Yukio tak merestui sweater itu ditarik kembali oleh si pemberi. "I didn't say no?"

Helaan frustrasi si gadis malah mengundang senyum lebar pasien bengal itu.

Paramour Parade [TXT Soobin]Where stories live. Discover now