tanpa sepatah kata, ada semoga teruntai tulus-tulus.

177 25 60
                                    


Friendly Reminder:
few scenes might happenned a little more than usual (with consent decree of course).

"Kak Mora, suka boneka apa? Nanti Acha yang main buat Kakak," tatapan gadis kepang dua itu berbinar-binar, pipi gembilnya ikut membundar lucu berkat poles senyumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kak Mora, suka boneka apa? Nanti Acha yang main buat Kakak," tatapan gadis kepang dua itu berbinar-binar, pipi gembilnya ikut membundar lucu berkat poles senyumnya.

Dalam jarak sedekat ini, aku baru mampu mengidentifikasi beberapa kemiripan antara Acha dengan Yukioㅡsang kakak kandung.

Meskipun, secara kepribadian, Acha ibarat rekah bunga warna-warni pada langit cerah musim semi dan Yukio ibarat pantulan rembulan semu dalam genangan sungai musim gugur, mereka memiliki senyum yang sangat mirip. Keduanya tampak seperti manusia paling bahagia di jagat raya ketika gejolak antusias melanda darah mereka.

Semalam, Acha tiba-tiba menghubungi dan memintaku untuk menjadi pemandu wisata. Sayangnya, kota yang terlalu besar ini tidak menyediakan arena hiburan selain pusat perbelanjaan serba bermerek dan jajaran restoran tanpa bintang yang tinggi pajak. Hanya ada mal enam lantai di kota besar ini.

"Kamu jago main crane ya, Cha?"

"Iya, dong! Waktu itu Acha borong 4 boneka buat teman-teman," Acha siap unjuk talenta usai menggesek kartu permainan pada mesin capit boneka.

"Kalau gitu, boleh nggak aku minta yang boneka kucing?"

"Roger! Boneka kucing siap diculik."

Dari belakang, aku bersorak menyemangati sambil merekam, mengabadikan momen-momen kejayaan Acha sebagai Ratu Capit Boneka.

Benar saja, Acha berhasil menculik boneka kucing yang kuminta dalam satu kali percobaan. Berikutnya, boneka tupai dan penguin berhasil diinvasi. Mungkin tabung capit boneka itu akan tersapu bersih andai kami memiliki saldo lebih banyak.

Ditemani tiga kawan baru, kami tak lupa mengunjungi photobox sebelum kembali menjelajah mal demi berburu es krim.

"Cha, kakakmu lagi pergi atau gimana?"

Acha yang sedang khidmat menjilat es krim rasa permen karet langsung berdeham. "Iya, dia lagi pergi. Tapi, nggak tahu ke mana. Yang pasti bukan sama Kak Sabian atau Kak Gyan, sih."

Bicara soal Sabian, dia tidak mengucapkan apapun kepadaku. Bukan, aku bukan berharap Sabian mengingat tanggal lahirku atau bagaimana, hanya saja, eksistensinya sama sekali tak tercium selama seharian ini. Sabian bukan tipe spesies yang rajin mengabari pagi sampai pagi lagi, tapi, menghilang tanpa jejak juga bukan wataknya.

Binu, kamu baik-baik saja, kan?

"Kak Mora?"

Suara Acha sukses menendang cemasku jauh-jauh. "Iya?"

Paramour Parade [TXT Soobin]Where stories live. Discover now