cemburu itu perlu yang tak perlu terburu-buru.

131 19 18
                                    


Hai, it's been awhile! Jangan lupa tinggalkan jejak ya (^-^)

Hai, it's been awhile! Jangan lupa tinggalkan jejak ya (^-^)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Liburan tujuh minggu Sri Acha resmi mencapai tenggat. Meskipun katanya dia bosan dari pagi sampai pagi harus bertemu kakaknya yang cerewet ituㅡiya, ternyata intensitas bicara Yukio berlipat ganda saat bersamanyaㅡAcha tetap akan merasa rindu ketika nanti kembali mendekam di asrama sendirian. Ck, nasib anak rantau.

Demi merayakan hari terakhir bersama sang kakak (baca: bukan meningggal), Acha ingin mereka pergi seharian ke suatu tempat yang menyenangkan.

Tentu saja Yukio akan menuruti segala keinginan adik tersayangnya. "Ayo, kamu mau ke mana, Cha? Ngopi di pantai? Mendaki gunung? Lewati lembah?"

"Ih, memang kita Dora dan Boots?" Acha tertawa sambil memperhatikan kuku-kukunya hasil manicure kemarin. "Acha mau jalan-jalan sama Kak Mora."

"Hah?" Yukio batal menyeruput susu cokelatnya. "Ya udah ajak aja. Perlu kakak yang hubungin?"

"Nggak usah. Kakak ajak Kak Bian aja."

Susu cokelat yang baru terseruput sontak tersembur lagi. Beruntung Acha refleks mundur menghindari percampuran air suci dari mulut kakaknya. "KAK!? KEBIASAAN DEH!" Sembur-menyembur ini rupanya sudah menjadi tradisi Yukio Junendra.

"Sorry sorry. Tadi kamu bilang apa? Ajak Bian?" Mendapati Acha mengangguk antusias sedikit menggatalkan tenggorokannya. Yukio harus berdehem setidaknya tiga kali untuk mengusir kegatalan ganjilnya.

Bila dikilas balik, mereka berempat sudah sering pergi bersama sebelumnya. Katakanlah, jika Amora ada, maka Sabian pun ada. Mereka seperti menu sepaket. Mungkin itulah alasan mengapa Acha merasa akrab dengan keduanya.

Bukan pantai, gunung, apalagi lembah, destinasi yang dipilih Acha hanyalah mal pusat kota yang ramai keringat manusia. Iya, selera yang cukup merakyat.

"Eh, tadi Acha lihat di sini ada escape room, loh. Ayo, kita main itu!"

Kecuali Amora, dua pejantan yang menjadi pawang utama justru berangsur pucat. Tentu saja permainan sejenis escape room bukanlah ide bagus bagi dua orang yang jantungnya mendadak pensiun saat terkejut. Nyawa Yukio dan Sabian bisa-bisa dipertaruhkan jika mereka nekat masuk ke sana.

"Kamu sama Mora aja yang main. Kita tunggu di sini," Dan Yukio belum pernah sepucat itu.

"Guys, gue ke toilet dulu-" Sabian pasti hilang ditelan bumi jika saja Amora terlambat sedetik mencekal bahu lebarnya.

"Ke toilet mana, Sayang? Toilet residenmu?"

Sabian sontak memegangi dadanya dengan raut dramatis. "Kamu kenapa baru panggil aku 'sayang' kalau momennya lagi thriller, sih?"

"Eh, jangan pada kabur dong! Ini beda kok sama rumah hantu, ini nggak ada makhluk-makhluk halus sama sekali," Acha pantang menyerah.

Yukio mulai merenung. Jangan-jangan adiknya sengaja merencanakan semua ini karena ingin balas dendam. Sebab, seperti yang kalian tahu, Acha tak pernah punya kebebasan maupun privasi akibat sikap protektif dari Yukio. Wajar jika Acha tanpa sadar menimbun bibit-bibit dendam, kan?

Paramour Parade [TXT Soobin]Where stories live. Discover now