21 - Dikepung

133 13 15
                                    

Sudah sekitar seminggu lebih Gibran tidak masuk sekolah setelah penyerangan di pasar malam. Selama itu pula Alghoz hadir tanpa pemimpin.

Zavier, Rizky, Gilang, Elvano dan Naufal terus mencari tahu tentang pelaku penyerangan itu bersama anak buah di divisinya masing-masing.

Sementara Daniel selaku wakil ketua Alghoz berusaha untuk menjalankan tugas Gibran sementara.

Kali ini mereka kembali membolos pelajaran, meski bertempat di kelas dan angkatan yang berbeda tidak menghalangi mereka untuk tetap kompak. Mereka semua menghabiskan waktu di rofftop, mengobrol sembari merokok.

"Fal, pinjem koreknya," ucap Zavier.

"Nil gimana? Om Indra udah bolehin kita jenguk Gibran?" tanya Elvano.

"Iya Van, soalnya kata om Indra Gibran udah mendingan."

Memang selama Gibran masih dalam proses pengobatan, Indra tidak mengizinkan siapa pun untuk menjenguk keponakannya. Alasannya karena dia tidak mau waktu istirahat Gibran terusik.

"Syukur deh."

"Kok gua jadi kangen Gibran ya," ujar Gilang tiba-tiba sembari melihat kendaraan yang berlalu-lalang di jalan raya dari rofftop sekolah.

"Lo pikir kita nggak? Kita juga kangen Lang," balas Rizky bahkan lelaki yang dikenal ceria dan tidak bisa diam itu kini menjadi pribadi yang berbeda.

"Kita doain aja yang terbaik buat Gibran," imbuh Naufal.

"Guys! Anak buah gua ketemu orang yang waktu itu ketembak!" heboh Zavier setelah membaca pesan WhatsApp dari salah satu anak buahnya.

Mendengar itu mereka semua langsung menatap Zavier dengan ekspresi terkejut. "Yang waktu itu kena peluru Gilang gara-gara ngelindungi cowok yang nyerang Gibran?" tanya Daniel memastikan.

"Iya yang cewek itu loh."

"Gila! Cepet-cepet spill tempatnya," ucap Elvano, mendengar hal seperti ini membuatnya jadi emosi.

"Ini udah di sharelock," balas Zavier setelah menerima pesan lagi.

"Gass!" ujar Rizky bahkan dia berjalan terlebih dahulu.

Mereka berenam pun segera menuju tempat parkir dan menjemput motornya masing-masing. Pak Sholeh selaku satpam hanya bisa pasrah dan membuka gerbang secara terpaksa karena saat ini Alghoz sedang dalam mode keras, tidak ada waktu untuk bercanda lagi.

"Perlu panggil anak buah?" tanya Naufal sembari menghidupkan mesin motornya.

"Nggak usah, kita berenam aja udah cukup buat ngebantai mereka," jawab Daniel cepat.

"Kalau ternyata jumlah mereka banyak gimana?"

"Gibran aja gak takut, masa kita takut?"

"Bro, Alghoz nggak kenal yang namanya mundur," sambar Zavier, setelah mengatakan itu ia langsung melajukan motornya diikuti Daniel, Rizky, Gilang, Elvano dan Naufal dibelakangnya.

Dengan kecepatan kendaraan di atas rata-rata mereka berhasil sampai dalam waktu kurang lebih lima belas menit. Di sana sudah ada tiga anak buah Zavier yang berasal dari divisi 2.

"Dimana?" tanya Zavier dengan tidak sabaran.

"Di salon itu bang."

"Emang dasar brengsek, habis bikin sahabat gua luka sekarang malah enak-enakan perawatan," ucap Gilang yang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.

"Lo bertiga tunggu sini, kalau kita nggak keluar dalam waktu yang lama langsung telfon yang lain," kata Zavier memberi perintah.

Mereka berenam pun segera masuk ke dalam namun Daniel masuk terlebih dahulu, ia berbicara pada resepsionis dan menyuruh mereka untuk keluar dari salon sekarang juga beserta para pengunjungnya berbekal sedikit ancaman mereka pun langsung menurut.

GIBRAN RAFFRANSYAHKde žijí příběhy. Začni objevovat