04 - Hampir Saja

1.4K 232 201
                                    

Motor hitam milik Gibran berhenti di depan sebuah gedung yang telah ditelantarkan saat masih dalam proses pembangunan karena faktor kurangnya biaya.

Alghoz pun memanfaatkan gedung ini untuk menjadi markas mereka terlebih halamannya yang luas membuatnya semakin nyaman.

Tidak ada pembatas antar ruangan. Gibran hanya menambahkan dua sofa, satu meja, satu lemari tempat penyimpanan snack dan satu televisi.

Disekeliling bangunan ada beberapa dari anggota Alghoz yang berjaga karena menjadi salah satu geng motor terkenal di kota besar ini bukanlah hal yang mudah.

Gibran memarkirkan motornya di samping motor sport dengan warna gradasi biru tua dan putih yang merupakan motor Daniel.

Setelah memarkirkan motornya Gibran segera berjalan menuju halaman belakang dimana terdapat sebuah lapangan basket sederhana yang mereka buat sendiri.

Daniel terus memantulkan bola basket yang masih berada dibawah kendalinya. Naufal dan Zavier berusaha untuk tidak lengah, sejak tadi dua lelaki itu masih belum berhasil merebut bolanya.

Kehadiran Gibran tidak disadari sama sekali oleh mereka bertiga dengan sekejap Gibran berhasil merebut bola dari tangan Daniel. Hal itu sontak membuat Daniel, Naufal dan Zavier terkejut serta menyadari kehadiran Gibran.

"Oh..lo Bran, gua kira siapa sini bolanya enak aja langsung lo embat gua aja baru bangga sama diri gua sendiri gara-gara udah berhasil mempertahankan bolanya dan lo baru dateng dengan gampangnya mengambil alih," protes Daniel.

"Itu salah lo karena kurang fokus."

"Gua udah berusaha Bran, gua juga udah latihan tiap hari dan hasilnya ya kayak tadi bisa lo lihat sendiri kan? Kemampuan gua emang cuma segitu meskipun gua udah berlatih seketat apapun kalau rivalnya lo ya tetep aja gua kalah kecuali kalau sama mereka sih menang terus gua," ucap Daniel seraya melirik ke Naufal dan Zavier.

"Iya...iya Nil kalau lo tuh jago mainnya, gua akuin kalau kemampuan gua masih di bawah lo sama Gibran," ucap Zavier.

"Lo bilang kemampuan lo cuma segitu Nil, padahal kalau gua rasain sih itu udah bagus banget tapi emang sih kalau sama Gibran udah ketinggalan jauh," ujar Naufal seraya terkekeh pelan.

"Lebay lo berdua, tapi emang fakta sih," ucap Daniel dibarengi dengan tawa.

Sementara Gibran yang sedari tadi mendribble bola basket langsung berhenti dan melemparkan bola itu secara tiba-tiba ke arah Zavier.

Zavier yang melihat bola basket menuju ke arahnya dengan sigap langsung menangkap bola itu sedangkan sang pelaku - Gibran berjalan santai meninggalkan mereka bertiga.

"Kenapa tuh?" tanya Zavier sementara Daniel hanya mengedikkan bahunya tanda tidak mengerti.

"Masa ngambek gara-gara dari tadi dicuekin terus," tebak Naufal.

Zavier menoleh ke arah Naufal "Bisa jadi," lalu mengalihkan pandangannya ke arah Daniel.

"Ya masa sih orang yang sering nyuekin orang lain marah kalau di cuekin," heran Daniel.

"Maybe," ucap Zavier.

"Yaudahlah gua ajak ngobrol dulu. Lo berdua latihan aja yang akur! Awas kalau sampai ketahuan berantem," ucap Daniel.

"Kita usahakan," jawab Zavier seraya tersenyum kecil membuat Daniel melotot dan mengepalkan tangannya di depan wajah Zavier dan Naufal membuat keduanya menelan salivanya susah payah.

Setelah itu Daniel segera pergi untuk menyusul Gibran yang sedang duduk di bangku yang berada tak jauh dari lapangan basket.

Daniel mendaratkan bokongnya tepat di bangku berwarna coklat tua melihat Gibran yang sedang melamun membuat hatinya tergerak untuk menyadarkan Gibran dari lamunannya.

GIBRAN RAFFRANSYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang