47 - Kecurigaan

98 7 12
                                    

Gavin melangkah masuk ke dalam markas Alghoz bersama lima anak buahnya. Kedatangannya disambut hangat semua anggota Alghoz bahkan beberapa dari mereka rela menghentikan kegiatannya sejenak hanya untuk berjabat tangan.

"Widih gimana nih rasanya masuk ke markas Alghoz sebagai partner," ucap Rizky yang juga berniat untuk menyapa.

Sementara Gavin hanya tertawa ringan menanggapi. "Gibran mana?"

Baru saja pertanyaan itu ia lontarkan, suara deru motor terdengar dari luar. Rizky tersenyum tipis. "Biasa, habis nganterin bebebnya."

Tidak lama kemudian nampak Gibran yang baru datang, ia langsung berjalan mendekat. "Kita bicara di atas," ujarnya tegas.

"Basa-basi dulu lah Bran, biar gak kaku," ucap Daniel.

"Gak ada waktu," jawab Gibran cepat. Laki-laki itu langsung berjalan menapaki tangga tanpa pegangan, menuju atap bangunan yang telah menjadi markas Alghoz selama ini.

Sementara Gavin senantiasa berjalan dibelakangnya. Sesampainya di sana Gibran membuka salah satu kardus mengeluarkan dua kaleng bir dan melemparkan salah satunya pada Gavin.

"Gua gak nyangka ternyata lo punya banyak persediaan juga," ujar Gavin ketika melihat beberapa kardus berisi bir.

Gibran tersenyum tipis. "Wajib."

"Jadi lo mau bahas apa?"

"Siapa penghianat di Alghoz?" tanya Gibran langsung pada intinya.

"Lo yakin mau tahu sekarang?"

Gibran mengangguk mantap. "Gua harus tahu, gua gak mau Priska menang."

"Gilang, dia penghianatnya."

Ucapan Gavin lantas membuat Gibran tak berkutik. "Gak, gak... Ini gak mungkin, lo lagi bercanda kan?"

"Gua serius Bran, lo harus hati-hati sama dia."

Gibran melemparkan kaleng birnya ke sembarang arah, begitu sulit rasanya percaya jika Gilang ang telah berhianat tapi tunggu Gibran baru ingat saat dirinya melihat gerak-gerik Gilang yang mencurigakan di rumah sakit ketika kedua orang tuanya masih dirawat.

Apa benar Gilang pelakunya? Dia tangan kanan Priska?

"Sekarang apa rencana lo?"

"Kita harus cari tahu soal Gilang, kita harus awasin dia. Dulu dia juga pernah mencuri rekaman CCTV di ruang rawat orang tua gua."

"Dia emang patut di curigai. Oke gua bakal dengan senang hati bantuin lo, setelah itu kita tangkap Priska," ujar Gavin penuh keyakinan.

🔥🔥🔥

Priska menggeram kesal ketika menyadari sandranya berhasil kabur. Ia menendang kursinya kuat hingga tumbang.

"Sial kenapa dia bisa kabur?!"

"Maaf, ini diluar dugaan kami."

"Terus? Lo itu gua bayar, masa jagain doang gak bisa?"

"Ada yang membantunya."

Mendengar itu Priska pun heran, apa mungkin Gibran sudah mengetahui yang sebenarnya?

"Berapa orang?" tanyanya cepat.

"Banyak tapi yang masuk ke dalam dan membawanya keluar ada tiga orang."

"Kalau itu emang Gibran seharusnya dia gak akan pergi gitu aja, gua yakin banget itu bukan Gibran," ujar Priska bermonolog.

"Lo sempet lihat wajahnya?"

"Salah satunya saja."

Dengan cepat Priska segera mengeluarkan ponselnya kemudian menunjukkan foto Alghoz yang telah di posting di akun instagram geng motor itu.

"Coba lo lihat, tunjukin ke gua yang mana orangnya."

Tidak butuh waktu lama untuk dapat menemukan wajah orang yang dilihatnya tadi. "Ini," ucapnya menunjuk salah satu orang di foto itu.

Melihatnya Priska tersenyum miring. "Jadi itu lo, Daniel..."

"Cepat temuin sandra kita itu, bawa dia balik ke sini dan habisin cewe ini," ucap Priska menunjukkan foto seorang gadis yang tengah berfoto dengan Daniel.

"Beraninya dia main-main sama gua, lihat aja nanti."

🔥🔥🔥

Gilang tersenyum senang sembari menatap layar komputernya. Rekaman CCTV yang dia dapat waktu itu benar-benar sesuai harapannya.

"Tinggal tunggu waktu yang tepat aja."

Tiba-tiba ponsel Gilang yang berada di atas meja berdering dengan segera Gilang mengangkat panggilan suara yang tidak lain berasal dari Daniel.

"Gimana Lang udah lo cek rekamannya?"

"Aman Nil," jawab Gilang.

"Kelihatan wajah dia?"

"Iya karena dia sempet bukan masker waktu itu."

"Bagus deh, lo simpen baik-baik jangan sampai hilang."

"Siap Nil, btw gimana keadaan dia sekarang?"

"Masih dalam proses pemeriksaan, nanti gua kabarin lagi."

"Oke kalau gitu, oh iya lo juga harus waspada anak buah Priska mungkin aja lagi nyariin dia sekarang."

"Tenang aja gua udah persiapin semuanya, gua tutup dulu ya. Adik gua tiba-tiba telfon nih kayanya mau minta dibeliin martabak haha..."

"Emang abang yang baik dah lo Nil, oke gua tutup."

Setelah panggilan telfon dimatikan, Daniel segera menelfon balik adiknya. Dia sudah tahu kalau adiknya itu pasti akan meminta dibelikan martabak saat ia akan kembali ke rumah nanti.

"Hallo Dek, tenang aja udah hafal gua. Mau martabak rasa apa?" tanya Daniel terkekeh pelan.

Tapi bukannya suara adiknya yang dia dengar melainkan suara seorang pria. "Hallo dengan saudara Daniel?"

"Iya, ini siapa? Mana adik saya?"

"Telah terjadi pembunuhan di rumah anda, kami mohon kedatangannya segera."

Deg

Ponsel di genggamannya langsung terjatuh. Daniel terduduk lemas, Elvano yang berada di sampingnya mendadak panik, bingung dengan apa yang terjadi pada Daniel.

Pandangannya kosong, pikirannya benar-benar kacau. Setetes air mata mulai membasahi pipi Daniel, kedua tangannya mengepal kuat. Kini ia harus terpaksa menerima kenyataan pahit.

Bahwa adiknya, adik kesayangannya telah dibunuh.

"Maaf...." lirih Daniel yang mulai terisak.

🔥🔥🔥


TBC

GIBRAN RAFFRANSYAHWhere stories live. Discover now