42 - Tawaran Damai

135 21 38
                                    

Lelaki dengan paras rupawan yang baru saja berusia dua puluh tahun itu tengah fokus terhadap bola putih berukuran kecil. Ini adalah permainan favoritnya.

Ruangan tempatnya berada saat ini tidak terlalu luas, hanya ada satu lampu yang berada tepat di tengah. Ada sekitar lima orang yang mengelilingi meja tempatnya bermain billiar.

Setelah sangat yakin dengan tebakannya. Lelaki itu mulai menyodok bola merah yang berada tidak terlalu jauh dari lubang di sisi meja menggunakan stick biliar dan seperti biasa bola merah itu berhasil masuk ke dalam lubang. Ia tersenyum kecil kemudian.

Kini bola berwarna kuning yang menjadi sasarannya, setelah pertimbangan yang matang dan konsentrasi tinggi ia mulai bersiap mendorong lagi.

Brakk

Suara bantingan pintu itu membuatnya terkejut hingga dorongan sticknya meleset.

"Udahlah damai aja."

Lelaki itu mengumpat dalam hati. Ia melempar stick biliar yang dipegangnya ke sembarang arah. "Udah gua bilang jangan ganggu gua!" bentaknya.

"Gua bukan anak buah lo.."

Ia berbalik, tidak menyangka dengan kedatangan orang di hadapannya ini. "Ck! Mana yang lain?"

"Gua datang sendiri."

"Lawak! Gak mungkin lah, nyari mati itu namanya."

"Siapa juga yang mau mati, gua cuma mau ngajak damai."

"Yakin lo? Perintah Gibran ya."

"Bukan, ini kemauan gua sendiri."

Prok... Prok.... Prok.....

Lelaki itu bertepuk tangan sembari terkekeh. "Ternyata Naufal si ketua divisi 4 Alghoz nyalinya gede juga ya."

Naufal tersenyum miring, Gibran harus memberinya hadiah jika permintaan damai ini disetujui oleh lelaki di hadapannya yang tidak lain adalah pemimpin Battrel, Gavin.

"Gak juga sih, gua cuma bilang kalo gua ada janji ketemu sama lo terus anak buah lo yang jaga di depan ngizinin gua masuk, goblok banget kan," ejek Naufal.

Katanya minta damai tapi malah ngajak ribut, dasar si Gopal.

Gavin tampak kesal. "Iya emang bener."

"Tuh kan lo aja sebagai leader ngakuin, pecat aja jadi anak buah hahaha."

"Bukan urusan lo juga, lagian katanya ngajak damai tapi kesannya malah ngajak ribut," balas Gavin lalu duduk di sofa berwarna coklat tua.

"Hehe iya sih, jadi gimana?"

"Ogah."

"Yee... Kok gak mau sih, dipikirin dulu jangan doi mulu yang lo pikir nanti putus cinta langsung jadi gila!"

"Lo do'ain gua gila, Fal?!"

Naufal hanya cengengesan melihat Gavin yang mulai berang.

"Udah damai aja, Vin. Lagipula pas lo datang ke markas Alghoz anak buah lo malah nimbrung bareng kita."

"Bohong banget."

"Serius syumpahh! Double G ini tuh, cocok banget kalo jadi bestie maksudnya lo sama Gibran, gak ada ruginya kalo Battrel sama Alghoz damai justru akan sangat menguntungkan percaya deh sama gua."

"Nguntungin darimana?"

"Bentar gua telfon bebeb Rizky dulu," ujar Naufal sembari mengeluarkan ponsel dari saku hoodienya.

"Katanya sendiri?"

"Iya masuknya sendiri, kesininya mah bareng Rizky. Gak banget kalo kabur sendiri dari sekolah."

GIBRAN RAFFRANSYAHWhere stories live. Discover now