02 - Bunuh Diri

2K 310 200
                                    

"He! Kamu ngapain?!" teriak seorang gadis sembari berlari kecil ketika melihat seseorang memanjat railing jembatan yang tidak lain adalah Gibran.

"Ayo turun! Jangan kaya gini!" ujarnya sembari menarik-narik tubuh Gibran membuatnya tak seimbang.

"He! Apa-apaan sih!"

"Aku bilang turun! Kamu bisa cerita semua masalahmu ke aku kalau nggak ada yang mau dengerin kamu."

"Buat apa gua cerita sama lo!"

"Yaudah kalau nggak mau yang terpenting jangan kaya gini. Ayo turun!"

"Gak! Udah lepasin gua kalau lo tarik-tarik kaya gini gua bisa jatuh."

"Makannya turun, jangan bunuh diri kamu masih muda!"

"Siapa yang mau bunuh diri sih anjir!"

"Ha?" kagetnya, gadis itu berhenti menarik tubuh Gibran dan mulai menatap laki-laki tampan yang kesal karena ulahnya.

"Makannya jangan sok tahu! Minggir sana atau gua dorong sekalian nih biar lo jatuh kebawa sana terus mati!"

Gadis itu membelalakkan kedua matanya mendengar ucapan Gibran kemudian dia segera menjauh. Gibran pun mulai turun, dia menatap kesal pada gadis yang berdiri dihadapannya.

"Kalau nggak bunuh diri terus ngapain manjat-manjat disitu?"

"Cuma ngambil ini," ujar Gibran memperlihatkan kalung gigi taring pelurunya yang tadi sempat terjatuh saat dia berdiri di samping jembatan.

Gibran mengalungkan kalung itu di lehernya lalu menatap gadis dihadapannya dari atas sampai bawah. "Kelas berapa?"

Gadis dengan setelan seragam putih abu-abu itu mulai mendongak. "Satu."

"Satu SD?"

"Enggak, maksudnya satu SMA kelas sepuluh."

"Oh."

"WOY!!!" teriak seorang pria berkepala botak bersama empat pria yang lain. Mereka semua berlari menghampiri Gibran dan gadis disampingnya.

Gadis itu terkejut, pandangannya menatap kesana-kemari lalu berhenti pada Gibran yang memperhatikannya dengan penuh tanda tanya. Dia langsung berpindah tempat dan berdiri di belakang tubuh Gibran sambil sesekali mengintip ke depan.

"Lo ngapain disitu?" tanya Gibran sembari sedikit menoleh.

"Main petak umpet."

Tentu saja Gibran semakin dibuat bingung dengan jawaban gadis yang menurutnya aneh ini. Tidak terasa sekelompok pria tadi sudah berdiri di hadapan mereka.

"Gua tahu ya lo disitu! Keluar lo!" bentak salah satu pria.

"Bentar, ini ada apa?"

"Cewek di belakang lo itu udah bikin kepala gua benjol nih, sembarangan aja nendang kaleng dijalan!" ungkapnya.

Gibran menghela nafas lalu menarik tangan gadis itu menyuruhnya untuk tidak bersembunyi. "Minta maaf," ujar Gibran padanya.

Namun gadis dihadapannya itu tampak keberatan tapi karena Gibran terus menatapnya dengan tatapan kurang mengenakkan, dia terpaksa menurutinya.

"Maaf pak, aku nggak sengaja. Tadi itu aku kesel banget rasanya pengen mukul orang terus ada kaleng dijalan yaudah aku tendang aja nggak tahunya malah mendarat di kepala bapak yang botak itu."

Gibran bersusah payah menahan tawa saat mendengar penjelasan dari gadis tersebut sedangkan pria berkepala botak itu berusaha untuk tetap sabar. "Iya nggak papa, seharusnya dari tadi kamu minta maaf," ucapnya menepuk pelan pundak gadis itu.

GIBRAN RAFFRANSYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang