Sembilan belas

166 31 58
                                    

"Mas ngerti nggak sama karma? Gimana kalau aku sama adek di giniin juga sama suami kami nanti?"

"Kamu sama adek nggak salah apa-apa." Jawab Reno. Tatapannya terkunci pada sebuah pigura yang ada di dinding, ia sedang bersama adiknya sekarang, sementara ibunya sudah pergi beberapa menit lalu setelah selesai mengomel.

Tetapi, apa yang Kanara katakan ada benarnya, bagaimana jika adik-adiknya juga akan merasakan seperti yang Yura rasakan selama ini?

Reno selalu menutup mata dan enggan melangkah ke depan, menuju masa depan bersama Yura. Dia masih terjebak dalam situasi belum bisa move on dari mantan istrinya. Perempuan yang masih ia pertahankan sampai sekarang. Perempuan yang membuat dirinya nyaris gila dan menyesal. Dan semua itu memang salahnya, salahnya yang terlalu tamak pada dunia.

Selama ini, Reno menganggap Yura hanya sebagai pengasuh Sean, bukan seorang istri.

Memang tidak punya hati, seharusnya Reno berterimakasih 'kan pada Yura karena sudah mau merawat Sean tulus, bukan memandang perempuan itu sebelah mata dan mengasingkan keduanya jauh dari orang-orang yang mereka kenal.

"Mas, aku nggak mau rumah tangga Mas hancur lagi. Berubah Mas, lupain yang dulu-dulu, sebelum semuanya hilang ninggalin Mas. Uang nggak bisa beli rasa sayang orang ke kamu."

"Mas nggak suka sama Yura."

"Orang nggak suka itu nggak mungkin ngeliatin fotonya terus." Sindir Kanara.

Reno yang tadinya sedang menatap pigura yang di dalamnya ada Yura sedang mencium pipi Sean saat masih bayi. Lantas menatap adiknya tajam. "Aku punya mata!"

"Mas tuh sadar nggak sih, kalau Mas itu gengsian? Mending Mas jemput Mbak deh sekarang, aku tahu, kalau Mbak, punya ruang khusus di hati Mas."

"Jangan asal tuduh kamu, dia nggak punya ruang-ruang di hatiku."

"Kalau gitu, lepasin Mbak Yura, bisa?" Tantang Kanara dengan satu alis terangkat.

"Not that easy tho, Kanara. Ada hal yang harus kami selesaikan." Kata Reno memasang wajah cemberut.

"What? Stop that nonsense! Aku yakin, Mas ada perasaan ke Mbak —"

"Stop badmouthing her all the time. Get out from here, now!"

🌹

Suara tawa keluar dari Sean bertalu-talu sejak beberapa menit lalu, membuat Aryan di sampingnya —yang sedang menyetir itu keheranan, sementara Nafilah, yang menempati kursi belakang memilih memasang Airpods di kedua telinga, tetapi tidak memilih lagu.

Tawa yang Sean ciptakan beberapa menit ini nyatanya palsu. Ia ingin menutupi kesedihannya.

Jujur, Sean tidak kuat, ia ingin lari dari semua serangan masalah ini, ia ingin membagi pada orang-orang yang ia sayangi. Tetapi ia tidak bisa, ia tidak ingin orang-orang yang ia sayangi harus repot-repot memikirkan masalahnya.

Mungkin di mata Aryan dan Nafilah, Sean adalah lelaki kuat yang tahan banting jika sedang dirundung masalah, Tetapi kenyataannya, hati Sean terluka, dia seperti tidak punya tujuan hidup lagi sekarang ketika penawarnya pergi.

MomWhere stories live. Discover now