Tepat pukul 7 pagi, kami bersiap untuk berangkat. Tak lupa, Mas Mada meminta doa pada Mas Gunadi. Dia pun mendoakan dan berharap mas Mada bisa lolos untuk tahap tes kemampuan dasar. Semoga saja...
Sempat nyasar sebab kami sebelumnya belum sempat crosscheck tempat pelaksanaan tes CPNS tersebut. Ternyata gedung tempat pelaksanaan tes itu agak masuk ke dalam. Sebab itu kami kebingungan mencarinya karena alamat yang tertera menyebutkan gedung tersebut ada di tepi jalan raya besar.
Sudah banyak yang datang. Banyak sekali manusia berpakaian hitam putih membanjiri gedung ini. Mas Mada pun juga memakai pakaian yang sama walau agak terlalu besar yang penting dia sudah memenuhi syarat. Aku jadi iri, kapan, ya, aku diberi kesempatan bisa ikut tes CPNS. Ijasahku pun belum bisa kuambil sebab ada kendala hafalan yang belum aku selesaikan. Dan untuk bidangku pun jarang sekali ada lowongan padahal lulus pendidikan bahasa inggris di kampusku sungguh sangat sulit. Malah lowongan CPNS yang tersedia sangat sedikit. Huh...menyebalkan.
Mas Mada mengumpulkan formulir untuk mengikuti tes sedangkan aku menungguinya di tempat lain. Tes dimulai pukul 10 pagi. Sebelum tes para peserta diminta sudah ada di tempat satu jam sebelum pelaksanaan tes.
"Cinta...aku masuk dulu, ya. Kalau mau jajan, jajan aja. Pasti bakal lama nanti kamu nunggunya."
"Iya, Mas. Tenang aja. Kerjakan dengan sungguh-sungguh ya... Semangat suamiku..."
Mas Mada mengecup dahiku, dan kupeluk dia erat. Aku meninggalkannya segera karena sudah waktunya dia masuk ke dalam gedung.
Selama menunggu tak henti-hentinya aku bersolawat. Meminta kemudahan supaya suamiku bisa lolos tahap awal ini. Tak lupa aku membeli jajanan yang ada disini. Mataharinya cerah sekali hari ini. Membuatku cepat haus.
Semenjak didiagnosa terkena PCO (sel telur kecil kecil dalam jumlah yang banyak), aku berusaha untuk menjaga segala apapun yang aku makan. Termasuk menghindari Vetsin, gorengan dan makanan instan lain. Tapi untuk hari ini aku belum sempat menyiapkan bekal. Alhasil aku jajan sembarangan tapi untuk hari ini saja.
Dan semenjak pola makanku berubah menjadi lebih sehat, wajahku pun sekarang sudah tidak kusam lagi. Bahkan cerahan... Aku juga masih merawat badan dengan luluran setiap seminggu dua kali. Mas Mada pun rupanya memperhatikan perubahanku. Katanya aku bersihan dan kulitku sekarang berwarna kuning cerah. Jerawatku pun jarang muncul. Dia memujiku setiap ada kesempatan. Katanya istrinya makin cantik. Aku jadi geli sendiri mendengar pujiannya. Padahal dia sebelumnya tidak pernah memperhatikan penampilanku kalau tidak kutanya pun dia tak akan menjawab.
Aku juga rajin membeli pakaian setiap gajian tiba. Bukanya aku boros, tapi memang penampilan itu perlu agar suami tidak bosan memandang. Walau dia cuek sekalipun tapi kalau aku posisikan diriku menjadi mas Mada pun akan jengah bila istrinya tidak bisa menjaga penampilan. Apalagi Ibu dan adik angkatnya sangat getol perawatan dokter. Akupun harus merawat tubuhku juga penampilanku. Aku tidak mau siapapun meremehkanku.
Dulu pernah aku buat status di WA, sebulan setelah menikah, ketika berat badanku naik drastis dan aku sama sekali tidak merawat tubuhku, eh tiba tiba temanku yang paling akrab, mengomentari penampilanku. Katanya aku kusam, dekil dan gemukan. Mengingat itu aku jadi sakit hati walau kami dekat. Itu juga menjadi semangatku untuk berubah. Dan ketika temanku itu video call denganku, dia kaget dengan perubahanku yang sekarang.
"Mal. Loe pakek apa sekarang?! Gila! Glowing amat!"
Padahal dia yang dulu bikin aku down. Tapi tetap dia temanku. Dia memang tipikal orang yang blak blakan. Sebab itu aku berteman dengannya. Tidak ada kemunafikan.
Gara gara kelamaan menunggu pikiranku jadi kemana mana. Tiba-tiba ada pesan masuk dari Tante Dina.
Dia menanyakan kabarku lalu membahas Bu Lilis."Kemarin orangnya kesini, Dek. Bahas kamu sama Mada. Banggain Lintang yang IPK nya bagus dan jadi mahasiswa terbaik."
"Bahas aku dan Mas Mada soal apa, Tan? Ya bagus, deh kalau ipk dia bagus."
"Lebai sih, Dek. Kalau Ipk dia bagus kenapa dia nggak dapat beasiswa kayak ponakanku yang juga ipk nya bagus dan dapat beasiswa full walau dia anak orang kaya, loh. Lagian dia kan kuliah swasta. Ya wajar kalo ipk segitu. Orang cuma 3, 5 kok sombong amat udah bilang yang terbaik. Kamu sibuk apa, Dek, sekarang?"
"Aku lagi nemenin, Mas Mada tes CPNS, Tan. Doain, ya moga lolos."
"Aamiin. Kemarin juga bahas CPNS, Dek. Bu Lilis kayak percaya diri banget entar Lintang bakal jadi pns mau dibantu sama pacarnya yang pelayaran itu. Bu Lilis juga kayak nyombongin banget Lintang bakal jadi pns. Masak dia bilang kayak gini, "buktiin ke mereka kamu tak doain bakalan jadi pns. Buktiin sama orang orang yang jahatin kamu." Masak Bu Lilis kayak seolah cuma sayang sama Lintang ya walau Mada juga anak angkatnya, yang didoain cuma Lintang."
"Ya, biarin, aja, Tan... Jadi pns ataupun tidak rejeki kan ditangan Allah.... Jadi apapun mas Mada aku tetap bahagia sama dia. Aku cukup tau aja kalau emang ibu angkatnya cuma sayang sama Lintang. Mas Mada juga anehnya nggak minta doa tuh sama Ibu angkatnya. Malah ke bapak kandungnya."
"Ya, jelas, Dek. Mada walau pendiem gitu pasti lebih tau siapa yang tulus sayang sama dia."
Segitunya ya, Bu Lilis banggain Lintang. Tapi ya sudahlah... Meski mas Mada sudah jadi anak sebaik apapun tetap saja yang disayang Lintang. Nggak butuh juga disayang sama orang yang pandai memutar balikkan fakta. Egois dan seenaknya. Aku nggak perlu memikirkan hal yang nggak penting. Yang penting sekarang aku dan mas Mada hanya bisa berikhtiyar.
Setelah dua jam berlalu, tiba saatnya suamiku keluar dari gedung itu. Tapi sudah banyak yang keluar dari sana, suamiku tak kunjung keluar juga. Apa sesulit itu tesnya sampai suamiku belum juga kelihatan batang hidungnya. Banyak peserta yang sudah melihat nilainya karena nilai mereka sudah terpampang di sebuah plakat elektronik dan juga ada siaran langsung di yutup.
Tak lama setelah menanti agak lama, suamiku keluar dengan wajah lelahnya. Dia menghampiriku dan mengajakku ke tempat dimana nilainya akan keluar.
"Itu namaku, Cinta... Aku lolos."
Aku agak kaget dia lolos meski dengan nilai tidak terlalu tinggi. Heranku dia yang tidak belajar bisa lolos? Alhamdulillah...rasanya ingin kumenangis. Ternyata suamiku jenius rupanya. Kuingat selalu memarahinya yang hanya belajar sekedarnya dan ogah ogahan. Rupanya dia buktikan sekarang. Dia lolos tahap awal.
"Terus para pesaingmu apa kamu tau berapa nilai mereka?"
"Aku nggak hapal nama mereka. Seminggu lagi bakal ditentuin siapa yang bakal ikut tes tahap terakhir alias tes SKB."
"Pesaingmu cuma empat kan, ya... Semoga nilai mereka nggak lebih tinggi dari kamu heheheh."
"Iya, Cinta...kita doa saja semoga ini rejeki kita."
Seminggu kemudian... Hasil tes tahap awal dan penentuan siapa yang bakal ikut tes SKB pun telah diumumkan di web resmi CPNS. Tidak kusangka seolah seperti petir di siang bolong. Aku dan Mas Mada berpelukan dan meneteskan air mata.
Bersambung....

YOU ARE READING
TANAH MERTUA (Cerita Nyata)
Romance21+ "Aku datang tidak dengan membawa pedang, tapi mengapa seolah semua orang ingin mengajakku perang!" "Kalian datang dengan kata "bahagia" tapi mengapa setiap hari di sini kuhujan air mata!"