Kehidupan Baru part sekian

750 66 23
                                    

Aku tidak tahu harus bahagia atau bersedih. Mungkin Tuhan ingin menggiring kehidupanku menjadi lebih baik sebab melalui drama yang dibuat oleh Mbak Tin, tiba tiba saja aku dan mas Mada jadi bisa menempati rumah ini dengan hanya kami berdua di dalamnya.

Sedangkan Mas Gunadi diminta untuk tinggal di rumah yang ditempati oleh Mbak Tin. Sedangkan Mbak Tin diputuskan untuk tinggal dengan Mbah Ning supaya dapat diawasi gerak geriknya. Dan Bapak mertuaku sengaja membuatkan surat pernyataan bermatrai dan ditandatangani oleh semua belah pihak tentang keputusan tersebut yang mana Rumah yang dibangun untuk Mbak Tin sudah diatas namakan untuk Mas Gunadi, sedangkan Mbak Tin sendiri sudah tidak lagi memiliki rumah.

Salah sendiri dia berulah dan mempermalukan keluarganya sendiri. Mbak Tin hanya diminta untuk tinggal bersama Mbah Ning tapi hanya sebatas menumpang, dan tidak berhak atas rumah itu. Yang berhak atas rumah Mbah Ning ya bapak mertuaku selaku anak lelakinya. Aku tahu Mbak Tin sangat tidak terima, dan menganggap keputusan itu tidak adil. Dia merasa ikut membangun rumah yang dulu ditempatinya padahal dari rumor yang beredar, tanah rumah itu hasil dari kerja keras Mas Gunadi yang dulu kerja di Malasya. Gaji Mas Gunadi selalu diminta Mbah Ning untuk balas budi karena sejak kecil dibiayai hidupnya. Lucu bukan? Padahal Mas Gunadi itu cucunya sendiri. Dan dengan uang gaji hasil kerja Mas Gunadi, dibelikanlah tanah yang telah dibangun rumah yang ditempati Mbak Tin dulu.

Memang kasihan nasip Mas Gunadi yang selalu saja hidupnya mengalah demi orang lain. Padahal rumah yang kutempati sekarang ini sudah lumayan bagus dan itupun yang membangun adalah istri mas Gunadi yang sampai sekarang masih merantau. Sebab itu aku merasa sedih. Rumah sudah diperbaiki tapi dia malah disuruh pindah ke rumah Mbak Tin.

Alhasil Mas Gunadi punya PR lagi untuk memperbaiki rumah Mbak Tin yang tak terurus karena Mbak Tin tidak pernah perduli dengan keadaan rumah itu walau atap atap rumahnya bocor juga kamar mandi yang tertimpa pohon pun dibiarkan saja. Akan tetapi karena Bapak mertua yang memberi keputusan tersebut, beliau mau membantu Mas Gunadi memperbaiki kerusakan rumah tersebut, bapak mertua kandungku pun turut membantu pula baik dari segi materi maupun tenaga yang mana beliau pun datang untuk kerja bakti di rumah baru Mas Gunadi tersebut.

Sedangkan aku dan mas Mada pun sibuk membersihkan rumah baru kami. Bukan rumah baru sih, tapi lebih tepatnya rumah ini masih milik Mbah Ning meski nanti kami membangunya bak istana sekalipun tetap saja rumah ini diakui miliknya. Walau pun rumah ini sudah diberikan pada mertua kandungku. Lucunya ketika ibu mertua kandungku alias ibu kandung mas Mada meninggal, rumah ini diakui kembali oleh Mbah Ning. Heran! Rasanya jengkel sekali dengan wanita tua ini.

Meski begitu aku sedikit lega karena dengan begitu aku tidak perlu lagi dipaksa untuk tinggal dengan Mbah Ning yang super kolot dan aneh itu. Aku sekarang bisa mengatur rumah tanggaku sendiri tanpa harus diatur atur oleh Mbah Ning dan tidak perlu diribetkan dengan Mbak Tin dan anak anaknya. Ya kalau Triya dan Nandra main kesini aku persilahkan, tapi kalau untuk mengurus mereka itu bukan kewajibanku.

Dan setelah keputusan itu dibuat dengan surat yang syah. Bapak dan mertua angkatku sering sekali berkunjung kemari. Aku sebenarnya masih canggung. Tapi aku pun berusaha untuk mengakrapkan diri karena aku juga malah harus berselisih lagi dengan mereka. Walau sebenarnya aku kecewa. Mengapa mereka sangat baik dan ingin mendekat ketika mas Mada sudah diterima kerja dan jadi PNS. Mengapa sikap mereka berbeda sekali dengan yang dulu dulu. Tapi ya sudahlah.... Aku harus bisa bersikap dewasa. Kita tidak bisa memaksa orang lain bersikap.sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tapi kita sendiri yang harus pintar menyikapi apapun segala jenis perbedaan.
Ada positifnya juga mereka sering kemari sebab aku jadi lebih rajin membersihkan rumah karena hukumnya wajib rumah harus bersih bila mereka datang kemari. Sebab mereka itu sangat suka kebersihan. Aku pun ingin terlihat menjadi mantu idaman. Mantu yang bisa menjaga kebersihan rumah seperti yang mereka inginkan. Kadang mertuaku pun ikut mengatur tata letak rumah ini. Bapak mertua sudah mengatur akan merenovasi rumah ini. Walau aku sebenarnya tak suka karena menurutku ini terlalu cepat karena mas Mada kan baru saja bekerja.

Masa iya uang gaji pertamannya harus dipakai untuk mengurus kebersihan kebun belakang rumah. Dan juga bapak mertua meminta agar halaman rumah ditanami beraneka sayuran, buah dll. Itu tentu membutuhkan biaya. Haduh....kenapa tidak terserah kami saja pak, biarkan kami mengatur rumah tangga kami sendiri. Tapi aku bisa apa. Aku hanya menantu yang gajinya kecil dan tak punya kuasa. Bisaku hanya diam dan menerima semua.

TANAH MERTUA (Cerita Nyata)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt