Bab 12

1.7K 602 69
                                    

Tunjungan Plaza

Memasuki mall yang terletak di jalan Basuki Rahmat itu selalu menguji kesabaran, terlebih lagi saat weekend seperti saat ini. Lelaki yang hari itu terlihat santai dengan celana jeans warna gelap, sneaker putih dan kaos oblong berwarna biru dongker itu harus rela mencari parkir hingga ke lantai atas. Arya pun menyesal kenapa menyanggupi keinginan Meme untuk mengambil pesanan di salah satu toko perhiasaan.

Setelah ia mendapatkan apa yang harus dia ambil, Arya berjalan menuju lift yang akan membawanya menuju lantai parkir yang berada di lantai atas. Saat itulah matanya tertuju pada gadis berambut panjang dengan senyum yang tak bisa dia lupakan melintas di dekatnya.

Lelaki itu mengurungkan niatnya dan berbalik mengikuti langkah gadis itu. Keningnya berkerut saat melihat Titi memasuki toko jam tangan yang terdapat di lantai satu Tunjungan Plaza tiga. Dari kejauhan dia bisa melihat gadis itu memilih jam tangan yang terlihat terlalu besar untuknya. Tergerak rasa penasaran, Arya melangkahkan kaki hingga berada tepat di belakang wanita itu.

Dia melihat keempat jam tangan pilihan Titi, ia harus mengakui gadis itu memiliki selera yang bagus. Jika diminta untuk memilih dari semua itu, Arya akan menunjuk jam dengan strap kanvas berwarna biru.

"Mas pilih yang kamu pegang aja," bisik Arya tepat di samping telinga Titi. Sayangnya, sebelum ia menegakkan badan, Titi mengangkat kepala dan membentur dagunya dengan keras.

"Aduh!" sentak Titi. "Mas Ardya ngagetin aja deh!" hardik wanita itu saat membalik badan dan mendapati sahabat kakaknya berdiri tepat di belakangnya.

Arya menahan diri untuk tidak mengusap dagunya yang masih terasa nyeri saat ini. Ia mengulurkan tangan dan mengusap pelan puncak kepala Titi yang terbentur tadi, seperti kebiasaannya selama ini jika adik atau keponakannya terbentur sesuatu.

"Masih sakit, enggak?" tanyanya lembut tepat ke kedua bola mata Titi yang membuatnya tak bisa memalingkan wajah.

Jarak tinggi mereka berdua membuat Arya harus sedikit menekuk lutut agar sejajar dengan gadis yang terlihat melongo kearahnya. Wajah Titi memerah, matanya melotot tepat ke arah Arya dengan bibir yang terbuka. Membuatnya mengulum senyum melihat reaksi Titi yang terlihat lucu.

Suasana toko yang tidak terlalu ramai seakan menjadi semakin sepi baginya. Matanya hanya tertuju pada wajah Titi yang masih belum pulih dari keterkejutan karena bisikan Arya. Bahkan saat ini dagu yang beberapa saat lalu membuatnya mengaduh seolah tak terasa sakit sama sekali.

Suara deheman terdengar tak jauh dari posisi mereka berdiri. Menyadarkan Arya dan Titi dari lamunan yang membuat mereka berdua seolah berada di dunia mereka sendiri.

Mereka mengambil satu langkah mundur untuk saling menghindari. Arya merasa wajah Titi terlihat semakin memerah, mungkin karena malu dengan kejadian barusan. Meski sebenarnya dia merasa bahagia memiliki momen bersama gadis yang semakin lama semakin terlihat menarik dimatanya.

"Mas Ardya ngapain disini?"

"Ngikutin kamu."

Berbohong bukan kebiasaan Arya selama ini, tapi saat ini dia merutuki kebiasaan itu. karena kejujurannya membuat Titi terlihat tidak nyaman. Segera saja dia menjelaskan darimana dia datang hingga memutuskan untuk mengikuti Titi.

Diluar dugaan, gadis yang hari itu terlihat manis dengan terusan tanpa lengan itu meminta Arya untuk membantunya memilih jam untuk kliennya. Melihat kesempatan untuk menghabiskan waktu berdua dengan adik sahabatnya sendiri, ia tidak akan melewatkan kesempatan itu begitu saja.

Kekuatiran akan merusak hubungan baiknya bersama Iras karena mendekati adik perempuannya tak menjadi beban pikiran Arya. Karena untuk saat ini, ia ingin menikmati waktu bersama gadis yang terkadang masih terlihat menjaga jarak dengannya. Ada keengganan yang lelaki itu rasakan saat dia mulail mendekatinya, seakan ada dinding kasat mata yang dipasang kuat di sekelilingnya.

Mereka menghabiskan beberapa menit untuk memilih jam tangan yang menurut Arya model dan warna standart untuk lelaki. Ia tidak ingin tahu untuk klien seperti apa yang Titi kerjakan saat ini, ia hanya fokus pada waktu yang akan dia habiskan berdua dengan gadis manis ini.

"Mas Ardya keberatan enggak nemeni aku untuk beli beberapa item lagi. Aku masih harus membeli sepatu, ponsel dan juga pisau."

Mendengar kata pisau, membuat langkah Arya berhenti. Dia memandang gadis yang tertawa melihatnya berhenti begitu mendengar kata pisau.

"Hah, pisau? Mau bunuh siapa, kamu?" tanyanya saat mendengar tujuan Titi berikutnya setelah hampir satu jam mereka berdua mengitari mall yang semakin ramai.

"Aku mau bunuh, kamu, Mas. Puas?!" Arya terbahak-bahak melihat reaksi Titi yang terlihat jengkel.

"Bunuh aku dengan cintamu, Dek!" seru Arya sambil merentangkan kedua tangan kearah Titi.

Tangan Titi yang terbebas dari kantong belanja pun melayang bebas meninju lengan Arya setelah melihat kelakuan lelaki itu yang mengundang perhatian beberapa pengunjung. Bukan marah ataupun malu, tapi senyum bahagia yang terlihat diwajah Arya. Membuat kesal yang gadis itu rasakan menghilang begitu saja.

"Aku laper!" sentak gadis itu sebelum berbalik meninggalkan Arya di tengah outlet kemeja yang membuatnya kalap melihat beberapa model terlihat bagus sesuai dengan apa yang di carinya. Setelah beberapa langkah Titi meninggalkannya, Arya sudah menyejajari langkah mereka dan meminta kantong yang ada di tangan Titi.

Sentuhan halus terasa di telapak tangan mereka saat kantong belanja itu berpindah kepadanya. Tidak seperti gambaran novel yang terasa ada sengatan listrik atau membuat jantung berdetak, tapi ia merasakan sesuatu saat sentuhan itu berlalu. Kehilangan, itulah yang dirasakannya. Sepertinya bukan hanya Arya yang merasakannya, karena saat ini matanya memandang heran Titi yang berdiri di tengah jalan. Hingga Arya menyentuh punggung dan meminta Titi untuk mengikuti langkahnya.

Salah satu resto di lantai lima menjadi pilihan mereka berdua. Titi mengedikkan bahu saat Arya menanyakan kenapa tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Jawaban capek dan lapar yang keluar dari bibir Titi membuat lengkung di bibir Arya semakin lebar.

"Apa yang kurang dari list kamu?"

Ekspresi lega terlihat di wajah Titi saat mendengar pertanyaan Arya. Lelaki itu bisa melihat senyum yang tercetak jelas di wajah Titi, membuatnya tak bisa memalingkan wajahnya sekali lagi.

"Sepatu dan pisau. Untuk pisau sepertinya aku tahu jenis apa yang ingin kucari, tapi untuk sepatu ... enggak disini tempatnya. Ternyata Onitsuka di supermall," jawab Titi.

Arya mengamati wanita yang mengalihkan pandangan ke semua arah kecuali padanya. Ada bahagia terselip di hatinya saat ini. Entah mulai kapan lelaki itu memiliki kebiasaan memandangi adik sahabatnya itu. Karena semenjak tadi matanya menolak untuk memandang selain wanita yang tertunduk malu saat mendapatinya bertopang dagu ke arahnya.

Beberapa jenis lauk sudah tertata rapi diatas meja. Keningnya mengernyit saat melihat jari lentik Titi menjauhkan sambal dan memastikan tidak ada jejak cabai di makanannya.

"Mas anterin ke supermall, mau?"

Arya berusaha untuk menahan senyumnya meski ia tahu wanita di depannya bisa melihat binar bahagia di matanya saat ini. Semua karena memandang ekspresi kaget Titi saat mendengar tawarannya beberapa saat yang lalu. "Gimana?"

"Aku enggak mau ngrepotin, Mas?" jawab Titi pelan.

"Enggak ngrepotin. Mas udah bilang Iras kalau hari ini temani kamu keliling Mall. Tunggu saja, enggak lama lagi Budha KW itu akan kirim pesan."

Tiba-tiba Titi tertawa terbahak-bahak mendengar sebutan Arya untuk kakak lelakinya. Arya tahu cerita di balik nama Sidharta. Nama itu sengaja di sematkan untuk Iras dengan harapan akan menjadi sebijak Budha. Meski sepanjang masa sekolah dan kuliah, nama tersebut selalu di jadikan bahan olokan Budha KW seperti yang baru saja.

"Ya ampun, udah lama banget aku enggak dengar ada yang manggil dia Budha KW, lho, Mas. Makasih ya, udah bikin perutku sakit karena tertawa."

Tawa itu membuat hati lelaki itu ringan, kekuatiran yang muncul beberapa saat yang lalu telah menghilang. "Mas suka lihat senyum kamu," kata Arya menghapus tawa di wajah Titi dan membuat wajahnya kembali terlihat kaku. Sial!


Repost, yuuuuk!
Hari ini  ada Mas Arya Kamandanu 
Happy reading

Love,ya!
😘😘😘
Shofie

Kanthi(L) - (Repost)Where stories live. Discover now