EVE Bayee Azaeeb

226 26 0
                                    

EVE Bayee Azaeeb

 Angin berhembus semakin keras, membuat badai salju di kota kecil ini. Pohon-pohon bergelayut berat, ranting saling bergesekan, menimbulkan suara riuh yang memekakkan telinga. Jendela rumah-rumah saling bergemeretak. Sementara itu orang-orang sedang menikmati secangkir cokelat panas di depan tungku perapian mereka.

Dia berdiri dibawah hujan salju, menatap kosong pada tumpukan salju yang semakin mengubur kakinya. Wajahnya kini nyaris sepucat salju. Tatapan matanya kosong, sekosong hatinya saat ini.

Aku menghampirinya dan meraih tangannya yang mungil. Saatnya telah tiba, dan inilah tugasku.

“Kau siapa?” tanyanya lembut.

==oOo==

Mata kecilnya mengintip dari celah-celah lemari yang sempit. Nafasnya berat dan cepat. Tubuhnya gemetar menahan ketakutan yang amat sangat.

Dua pria berpakaian hitam-hitam menodongkan pistol ke kepala sepasang suami istri. Mereka berdua saling berpelukan satu sama lain dengan wajah ketakutan.

“Katakan dimana anakmu!” hardik salah satu pria.

“Kami tidak punya anak..” jawab sang wanita lirih.

Gadis kecil yang bersembunyi di dalam lemari semakin ketakutan, gemetar semakin menguasai tubuh mungilnya.

“Baiklah kalau begitu...”

DOR! DOR!

Dua tembakan, dan sepasang suami istri tersebut tewas di tempat. Bersimbah darah dengan peluru menembus kepala. Sementara gadis di dalam lemari berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya, terus bersembunyi dibalik ketakutan.

Semenit kemudian, kedua pria itu pergi. Gadis itu langsung berlari keluar lemari dan menangis, memanggil kedua orang tuanya agar terbangun dan mengguncangkan tubuh mereka.

Namun mereka tak terbangun, dan tak akan pernah terbangun.

==oOo==

Nama gadis itu adalah Evellyn, namun orang-orang memanggilnya Eve. Gadis kecil berambut coklat kemerahan itu baru berumur 12 tahun. Ia dulu gadis cantik yang periang, namun kini berubah menjadi pemurung sepeninggal orang tuanya setahun lalu.

Aku datang kesini sehari lalu, diperintahkan untuk menjemputnya. Padahal aku tahu kalau saatnya belum tiba. Dia kini tinggal bersama neneknya di desa yang cukup jauh dari tempatnya dulu tinggal. Dia sangat menyayangi Eve, karena tak ada lagi anggota keluarga lain yang tersisa selain Eve.

Eve mengawali harinya dengan mencari kayu bakar untuk digunakan sorenya, lalu siang sampai malam dia berkeliling menjual korek api. Tak banyak membantu, memang. Tapi setidaknya itu bisa meringankan sedikit beban.

Dia biasa berhenti di sebuah toko barang antik, melihat satu barang di etalase toko. Sebuah kotak musik mungil klasik, berwarna coklat kemerahan seperti rambutnya.

Terus dan terus... memandangi kotak mungil itu sepanjang hari, sampai pemilik toko sering mengusirnya. Namun Eve tak pernah berhenti, dan tak akan berhenti.

==oOo==

Salju yang turun semakin lebat, membungkus setiap tubuh dengan nuansa dingin yang membekukan. Aku menengadah ke langit dan menjulurkan lidahku, menangkap butir salju dengan lidahku.

Rasanya tidak enak.

Aku tersenyum melihat Eve yang masih saja memandangi kotak musik di toko itu, tak lama kemudian dia diusir, namun kembali lagi.

EVERNA SAGA lintas.masaWhere stories live. Discover now