PESAN DALAM BOTOL Andry Chang

1.8K 54 3
                                    

PESAN DALAM BOTOL Andry Chang

Hanya keajaiban yang mampu menyelamatkan Lucas dari maut hari ini.

Pria muda itu terombang-ambing di tengah lautan luas, dihempas gelombang air asin yang menggunung. Kapal layar yang ia tumpangi tinggal serpihan-serpihan, dan sisanya telah menjadi sampah di dasar Samudera Petravia.

Jarak antara Lucas dan kematian hanya sebatas seonggok pintu kayu kapal, yang terapung dan ia jadikan rakit. Semula Lucas mengayuh rakit itu dengan tangan ke arah matahari terbit. Kayuhannya berubah lebih cepat dan mantap dengan sepotong kayu panjang yang ia gunakan sebagai dayung.

Lucas menoleh ke kiri-kanan, siapa tahu ada orang lain lagi yang selamat, atau yang bisa ia selamatkan. Namun tidak ada seorangpun yang terlihat sejauh mata memandang.

Astaga, mungkin hanya aku satu-satunya yang selamat, pikir Lucas. Tapi, bagaimana bisa aku bertahan hidup di tempat ini? Kalau aku bukan mati karena udara dingin dan kelaparan, hiu-hiu di dalam sana mungkin bakal menyisakan aku sebagai cemilan.

Maafkan aku, Irene. Nampaknya aku takkan bisa pulang ke Leddingsford, memenuhi janjiku padamu...

Ya, di tepi jurang nyawanya ini, yang ada dalam benak Lucas hanya para Irene, kekasihnya. Pantulan cahaya pada mata biru cerah gadis itu, lesung pipit di pipinya yang berona merah jambu, dan bibirnya yang semerah delima walau tak dibubuhi pemerah.

Paras itulah yang mendorong Lucas mengadu nasib di Benua Myriath, pulang membawa keuntungan dan modal untuk bisnis dan membina keluarga.

Dan musibah ini telah mengkandaskan segala harapannya.

Tidak, selama aku masih bernapas, aku harus tetap melaju, batin Lucas, matanya tertuju lurus ke lautan luas. Siapa tahu ada pulau atau kapal yang melintas di arah terbitnya matahari.

Sekuat tenaga, Lucas mengayuh “rakit pintu”-nya itu ke arah yang dimaksud. Ia lebih suka menghadap penciptanya sebagai pejuang, bukan dalam keadaan tergeletak pasrah.

Lucas masih dapat melihat sisa-sisa pecahan kapal di sana-sini. Kabut malah tampak menggantung di kejauhan, menghalangi matahari. Gawat, sudah bakal hujan lagi?

Namun sebuah benda yang terapung menarik perhatian Lucas. Itu sebuah botol. Bentuknya seperti botol rum, minuman keras khas pelaut. Namun, saat ditatap lebih seksama, ternyata isinya bukan rum sama sekali.

Melainkan sepucuk kertas.

Lucas mendelik heran. Apakah itu pesan terakhir yang sengaja dibuat oleh salah seorang awak kapal? Ucapan selamat tinggal pada kekasihnya, mungkin? Andai Lucas bisa sekreatif dia.

Saat berada dalam jangkauan, rasa ingin tahu membuat Lucas meraih botol itu dan membuka gabus penutupnya. Ia meraih kertas itu, mengeluarkannya lalu membaca isinya.

Astaga! Ini bukan surat wasiat, melainkan sebuah puisi cinta yang indah! Benak Lucas terlonjak. Tulisan tangannyapun indah dan rapi, jelas ini bukan karya yang diciptakan dengan terburu-buru. Kalaupun ini surat untuk seseorang, penulisnya pasti akan menaruhnya dalam amplop untuk dikirim ke alamat yang ia tuju setibanya di daratan. Jangan-jangan penulisnya... bukan penumpang kapal?

Terasuk gagasan baru, pria itu mencoba mengingat-ingat. Sejak tadi aku mendayung melawan arus, dan botol ini terdorong arus dan mengapung ke arahku. Kemungkinan besar asalnya pasti dari sebuah tempat tak jauh di timur!

Dengan semangat terpompa harapan baru, kayuhan Lucas makin bertenaga. Pergerakannyapun makin cepat, seolah-olah laut menginginkannya pergi ke tempat di timur itu.

EVERNA SAGA lintas.masaWhere stories live. Discover now