LEGENDA LI JUNYANG Andry Chang

125 19 2
                                    

LEGENDA LI JUNYANG Andry Chang

"Tuan, kumohon! Jangan nodai aku!"

Seorang wanita muda tak hentinya berteriak sambil bersimpuh di ranjang kelambu. Bukan kata-kata, jawaban yang diterima wanita itu hanya tamparan keras.

Pelakunya adalah seorang pria setengah baya berjanggut lebat.

"Hahaha! Percuma, Shun Mei! Teriakanmu takkan terdengar oleh siapapun di pinggiran Kota Wei Liang ini!" Pria yang hanya mengenakan celana selutut ini tergelak hingga perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang. "Apalagi suamimu, si bodoh Li Junyang itu! Heh! Yang penting sekarang kau milikku!"

Menegaskan kata-katanya, si gendut mencabik baju atas Shun Mei. Wanita berwajah rupawan itu berteriak histeris lagi. Ia berusaha mencakar, memukul dan menendang sebagai pertahanan terakhir untuk tubuhnya yang lemah.

Satu cakaran Shun Mei berhasil menggores wajah si gendut hingga berdarah.

"Sial!" Kesal, si hidung belang gendut menempeleng Shun Mei lagi hingga wanita itu membentur tembok.

Pandangan mata Shun Mei melamur. Kesadaran hampir meninggalkannya, begitu pula segala harapannya untuk hidup bahagia.

Tiba-tiba suara-suara bising teriakan dan denting pedang beradu terdengar dari luar.

Merasa terganggu, si gendut berbalik menjauhi Shun Mei sambil menggerutu, "Ada apa lagi ini?!"

Jawabannya datang seketika.

Pintu kamar didobrak paksa, seorang pria bertubuh tegap menyeruak masuk dengan golok berlumur darah di tangan.

Shun Mei mengenali pria itu dan berseru, "Kak Li!"

Melihat kondisi istrinya dan si gendut, Li Junyang si peternak sapi meradang. "Pan Shuzhen, kau binatang! Belum cukup aku menjual daging sapi terbaik dengan harga murah padamu, kaujarah istriku!? Semua tukang pukulmu sudah terkapar di luar sana. Kalau aku tak membunuhmu sekarang, aku bukan manusia!"

Menyadari kebenaran kata-kata Li, wajah Pan sontak pucat-pasi. Ia mundur, merapat di sisi kelambu. Sambil mengulurkan telapak tangan ia bicara memelas, "Ampun, Saudara Li! A-aku tak tahu, ternyata kau ini pendekar tangguh! S-silakan! Ambillah istrimu kembali!"

Tak seorangpun melihat Pan diam-diam menghunus sebilah belati dari balik kelambu.

"Enak saja bicara!" bentak Li Junyang, goloknya siap menebas. "Siapa jamin kau belum menistanya? Dunia akan lebih tenang bila berkurang satu insan bejat sepertimu!"

Pan Shuzhen berlutut, gemetaran. "Kumohon, pendekar budiman! Ampunilah nyawaku. Bila aku sampai mengusik kalian lagi, biar langit mengutukku hingga mati dengan tubuh tak utuh!"

Celana si gendut bahkan basah, air seninya membasahi lantai.

Li mengernyit jijik. Namun, melihat sang istri kini kembali di sisinya dan si Pan ini sudah ketakutan setengah mati, ia menghela napas.

"Baik, kupegang kata-katamu itu," ujar Li sambil menurunkan goloknya, lalu berbalik untuk meninggalkan kamar itu.

Tiba-tiba, wajah si gendut berubah menyeringai. "Kena kau," desisnya.

Dengan cepat Pan menghunjamkan belati ke arah jantung Li.

Shun Mei berteriak, "Awass!"

Mendayagunakan refleks, sang suami seketika berbalik dan menyabetkan golok secepat kilat ke belakang secara diagonal. Walhasil, tubuh lawan robek dari bahu hingga pinggul.

Pan Shuzhen terbelalak. Ia tak pernah menyangka, nasibnya berakhir di tangan seorang peternak sapi. Ia tumbang bagai karung beras bocor. Kali ini, darahnyalah yang menggenangi lantai kamar.

EVERNA SAGA lintas.masaWhere stories live. Discover now