DUA GELANG YANG TAK BISA BERSAMA Shin Elqi

191 22 4
                                    

DUA GELANG YANG TAK BISA BERSAMA Shin Elqi

Aku pindah ke Indranara, sebuah negara di Jazirah Antapada yang memiliki ribuan pulau dengan keindahan yang tidak diapresiasi penuh oleh sebagian penduduknya. Aku tinggal bersama pamanku yang masih melajang dan selalu sibuk dengan pekerjaan. Ia memberiku uang saku tiap bulan dan berpesan, aku harus mengurus diriku sendiri dan hidup selayaknya lelaki sejati. Meski aku tidak paham maksud kalimat terakhir itu, tetapi aku merasa telah menjalani hidup seperti itu sebelumnya.

Aku lahir dari rahim istri simpanan. Ibuku meninggal setelah melahirkanku, lalu ayah membawaku ke rumahnya. Masuk dalam keluarga sahnya. Di sana, aku tidak dianggap sebagai bagian keluarga, bahkan diriku tidak pernah dianggap ada. Ibu tiriku hanya memandangku sebagai benalu, meski tidak terang-terangan menunjukkannya, tidak pula berpura-pura sayang padaku. Sementara saudara-saudara tiriku, tidak mau dekat-dekat denganku. Mereka bahkan memintaku merahasiakan hubungan "tiri" yang mengikat darah kami. Ayahku cukup peduli padaku, tapi ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja, dan tentu saja bersama keluarga sahnya.

Hal tersebut tidak serta merta membuatku jatuh pada kesedihan, lalu terjerumus ke jalanan yang penuh dengan orang-orang haus kasih sayang. Dengan memiliki ayah yang kaya-raya serta tinggal di negara yang penuh dengan peralatan elektronik berteknologi canggih, jadilah aku menekuni sebuah dunia yang mengasyikan. Menjadi peretas.

Awalnya aku hanya iseng meretas beberapa website lokal dan data perusahaan yang memiliki karyawan cantik. Ketika umurku 14 tahun tahun, aku ikut andil dalam meretas sistem konsol game agar bisa memainkan game bajakan.

Pada umur 16 tahun, aku berhasil mencuri data salah satu perusahaan telepon pintar yang berkedudukan di negaraku. Saat itulah aku ditangkap dan dipenjara selama sebulan, sampai sidang menjatuhiku vonis berat. Aku harus meninggalkan negara tempatku lahir dan tidak boleh menyentuh komputer atau peralatan yang bisa menggunakan akses internet selama sepuluh tahun.

Pada awalnya aku berpikir hukuman itu bisa diakali saat aku sudah berada di tempat pengasingan ini. Aku bisa sembunyi-sembunyi menggunakan komputer, bahkan meretas sistem yang kecil tanpa bisa dideteksi. Namun pikiran itu segera runtuh saat para polisi menggiringku ke sebuah ruangan untuk menemui seorang kakek tua bermata tajam. Kakek itu memberiku sebuah gelang berwarna hitam dan memakaikannya ke pergelangan kiriku. Setelahnya, mereka kembali membawaku ke ruangan lain dengan beberapa komputer. Salah satu polisi memberiku perintah untuk menyalakan salah satu dari komputer tersebut.

Aku tidak mengerti pada awalnya, dan mengikuti saja perintah polisi itu. Saat aku menekan tombol start, sebuah tegangan listrik menyebar di seluruh tubuhku. Rasanya seperti ribuan jarum menusukku bersamaan, dan pusatnya berada di pergelangan tangan kiri.

Belum sempat kagetku hilang, salah satu polisi memberikan ponselnya. Ia menyuruhku untuk membuka internet. Sesaat setalah aku menekan ikon browser, sekali lagi sengatan itu membuatku tersungkur ke lantai dengan kepala berkunang-kunang.

"Gelangnya berhasil dengan baik," kata kakek tua itu, sebelum aku pingsan.

Saat sadar, aku telah berada di pesawat bersama salah satu petugas kepolisian. Ia menerangkan secara singkat bahwa kepolisian dan keluargaku sepakat aku harus tinggal bersama Paman JinHe-yo yang tinggal di Indranara. Ia juga berkata bahwa gelang yang kupakai mengandung sihir. Jika aku berusaha menggunakan komputer atau mengakses internet, akan ada sengatan listrik yang mengalir dari sana.

"Sihir?" kataku yang masih belum percaya sepenuhnya, meskipun sudah dua kali tersengat. "Bukankah sudah tidak ada lagi yang bisa menggunakannya sejak peralatan elektronik merajalela?"

"Jika hal itu bermanfaat, hal itu akan terus dipelihara sampai kapanpun, meski terlihat tidak ada yang peduli."

Petugas yang tidak kuketahui namanya itu, memanggil pramugari dan memesan dua minuman bersoda sebelum berbicara lagi—seperti guru sejarah di sekolah. Bedanya ia laki-laki dengan tampang sangar, sementara guruku langsing dan berwajah cantik.

EVERNA SAGA lintas.masaWhere stories live. Discover now