DEWASA ATAU MATI Andry Chang

61 9 7
                                    

DEWASA ATAU MATI Andry Chang

Di negeriku, Dzingwi, hanya laki-laki yang benar-benar dewasalah yang layak bertahan hidup.

Agar diakui sebagai pria dewasa, seorang pemuda laki-laki harus membuktikan kekuatannya.

Aku, Gjimou Mossun sudah melewati Upacara Akil Balig, saat pembuktian itu, bahkan lebih jauh membuktikan kedewasaanku sebagai pejuang terkuat di Suku Bokun'gdo.

Namun, di usia senjaku ini, aku harus memastikan seseorang yang lain berhasil bertahan hidup pula. Ia adalah muridku, namanya Usain Djisse. Usain adalah seorang anak yatim-piatu yang kujadikan murid karena bakatnya yang istimewa. Karena aku tak berkeluarga, wajar saja aku memperlakukan Usain bagai putraku sendiri.

Ada tiga ujian yang harus ditempuh dalam proses akil balig ini. Ujian pertama adalah uji kecepatan, ketangkasan dan kekuatan.

Usain gagal mengangkat batu yang sama besar namun kira-kira tiga kali lebih berat dari bobot tubuhnya sendiri. Namun ia berhasil mengungguli pelari tercepat suku kami yang konon nyaris secepat cheetah. Cheetah adalah sejenis kucing besar yang dianggap hewan tercepat di Benua Ubanga, atau mungkin saja seluruh alam ini.

Lantas, Usain melintasi medan halang-rintang yang penuh jebakan mematikan. Berkat kelenturan tubuhnya yang amat terlatih dan terbentuk lewat latihan keras tiap hari dariku, muridku itu tiba di ujung medan itu hanya dengan tiga luka goresan saja.

"Guru lihat 'kan? Aku telah melewati ujian pertama dan membuat nama guru semakin harum," kata Usain sambil membusungkan dada.

Kubelai lembut kepala muridku yang tak berambut itu sambil tersenyum. "Guru sungguh bangga padamu, nak. Namun masih ada dua ujian lagi yang harus kautempuh untuk meraih pengakuan kedewasaan di peringatan hari kelahiranmu. Tetaplah berusaha keras melakukan yang terbaik, jangan terbuai dan terlena oleh satu keberhasilan semata."

"Aku mengerti, guru. Tapi aku tak habis pikir, untuk apa bertaruh nyawa demi bukti kedewasaan? Tak semua laki-laki suku kita harus jadi prajurit, bukan?"

Diam-diam aku menatap kagum ke arah Usain. "Ya, kadangkala guru pikir tradisi yang terlalu keras hanya bakal merugikan suku kita sendiri saja. Siapa tahu, kalau kau jadi kepala suku kelak, kau akan mengubah tradisi yang ada menjadi lebih baik."

Kalimat terakhir tadi memantik kilatan api ambisi di mata si pejuang muda itu.

Kucoba meredam api itu. "Untuk sekarang, kau harus berhasil akil balig dahulu."

==oOo==

Tahap kedua dalam rangkaian proses akil balig adalah ujian berburu di hutan atau di padang. Makin berbahaya hewan yang diburu, makin besar pula kehormatan yang akan didapat sebagai seorang pria dewasa.

Dulu, aku berhasil menewaskan seekor singa betina dengan hanya mengandalkan sebilah tombak dengan tenaga dalam. Namun, sebenarnya aku berbuat curang. Sempat aku terpuruk dalam posisi telentang di tanah dan nyawaku di ujung rahang-rahang maut sang singa yang menerkam ke arahku. Saat itulah, tanpa sengaja aku mengerahkan energi gaib dari mustika kristal hijau milikku. Energi itu membuat tombakku menghunjam tepat dalam rahang hewan paling buas di Ubanga itu dan tembus hingga ke otak dan ubun-ubunnya.

Maka, didorong rasa ingin tahu bagaimana sepak-terjang muridku nanti, diam-diam kuikuti Usain ke lokasi perburuan di padang terbuka yang disebut sabana. Mungkin ingin mengikuti jejakku, Usain membawa sebilah tombak. Tambahannya hanya sebilah belati yang tergantung di sarung cawatnya.

Tiba di sabana, Usain mengendap-endap di antara rerumputan tinggi seperti singa yang tengah mengincar mangsanya. Dengan cara yang sama akupun mengawasi Usain, namun dengan dahi berkerut. Yang benar saja, hewan yang hendak diburunya itu termasuk dalam... sekawanan sejenis kambing liar yang disebut wildebeest atau dalam bahasa kami, gnu.

EVERNA SAGA lintas.masaWhere stories live. Discover now