37

180K 23.7K 1.8K
                                    

"Boleh sih."

"Okke bagus, mumpung jamkos juga." Restanti tersenyum senang. Ia senang karena bisa berbagi ilmu yang selama ini ia pendam.

"Sini-sini. Gue kasih liat sesuatu." Restanti membuka koleksi video di ponselnya. Tentunya yang tidak terlalu vulgar. Ia mau menodai otak Ruza secara bertahap. Takutnya jika langsung ia tunjukkan video x pangkat 3, Ruza akan terkejut. Jadi yang awal saja, kasihan otak anak orang ia jerumuskan ke yang tidak-tidak.

"Lo udah kayak gini kan sama dia?" tanya Restanti sambil memperlihatkan video pasangan yang sedang bercumbu.

Entah mengapa melihat video itu pipi Ruza menjadi memerah. Gadis itu mengangguk menanggapi pertanyaan Restanti.

"Mantap. Rasanya gimana? Lo bales dia?" Masalahnya ia belum pernah berciuman, walaupun ia berpengetahuan banyak namun tentang pengalaman ia masih kosong. Sungguh kalah dengan Ruza yang terlihat bau kencur.

Ruza mengangguk-angguk. "Dia buat kayak blush on di leher sama bahu aku dan aku buat kayak gitu juga di badan dia."

Restanti mengusap wajahnya. Blush on?

Sudah pasti cowok itu memanfaatkan kepolosan Ruza.

"Terus-terus, rasanya gimana yang blush on itu? Ciuman gitu rasanya juga gimana?"

"Rasanya permen strawberry, aku suka."

Restanti memegang dadanya dan menepuk-nepuk meja. Tidak menyangka jawaban Ruza akan seperti itu. Namun entah mengapa ia merasa baper. Ia juga ingin seperti Ruza.

"Lo bales dia ga yang ciuman itu?"

"Bales gimana?"

"Kan pasti lidahnya main di mulut lo. Paham kan?"

Ruza mengangguk-angguk.

"Nah!!"

"Enak ga?"

Ruza terdiam lalu mengangguk. "Emm, aku kayak pengen lagi. Tapi ga berani bilang. Kayaknya sih enak."

"Bilang aja Za!! Bilang!! Atau langsung cium dia!" Ia benar-benar sesat, namun ini untuk kemajuan otak Ruza.

Ruza hanya tersenyum menanggapi hal itu. Gadis itu kembali mencoret-coret bukunya, menghilangkan kegabutannya.

"Lo tinggal sama dia kan, nah pepet dia terus."

Ruza hanya mengangguk-angguk menanggapi hal itu, lebih fokus pada coretan tidak jelasnya.

"Eh Res. Kalau tandanya kita suka sama seseorang itu gimana?" Ia hanya penasaran.

"Cinta kan? Kalo cinta sih lo pengen sama dia terus, lo cemburu, itu sih setau gue."

Ruza mengangguk-anggukan kepalanya.

"Enak banget ya punya cowok. Gue juga pengen."

"Ya nyari dong."

"Seenak jidat ngomong lo!" Seleranya itu tinggi. Intinya harus setia, tampan dan mapan. Duda contohnya.

"Za."

"Hmm."

"Kalo dia cium lo, bales lah Za. Kasian."

"Bales gimana?"

"Ya tiruin aja apa yang dia lakuin."

Ruza kembali mengangguk. Entahlah, yang penting mengangguk, menghargai ucapan Restanti yang tidak ia pahami. Ia masih sedikit kepikiran tentang kakaknya. Kemarin Hades menyelipkan sebuah kertas di antara lipsticknya.

Gue pergi.

Sedih?

Hanya sedikit. Mendengar perkataan Theo ia seakan tidak membutuhkan kakaknya. Ia menyayangi kakaknya dan berharap kakaknya bahagia. Jika bahagia kakaknya adalah wanita itu ia tidak masalah. Karena ia telah memiliki seorang kakak yang selalu ada untuknya.

THEORUZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang