00.13

1.2K 176 7
                                    

Malam ini udara terasa sedikit lebih hangat dari biasanya. Kalau biasanya malam-malam begini Alegori hanya akan mendengar cacian yang keluar dari mulut Ayah kandungnya, sekarang rasanya beban serta ketakutan itu sedikit berkurang. Sudah beberapa hari ini Joan di kurung di penjara, Alegori tentu saja masih khawatir dengan kondisi pria itu meskipun perilaku terhadap nya selama ini begitu buruk. Mau bagaimana pun, ia adalah Ayah kandungnya, darah dagingnya. Alegori sangat tau alasan mengapa Joan sangat membencinya, itu karena ia harus kehilangan orang yang dia cintai semasa hidupnya. Namun Joan hanya berpaku kepada sang istri, Ibu Alegori yang sudah meninggal belasan tahun yang lalu. Hari dimana Alegori lahir ke dunia.

Cinta nya kepada Ibu Alegori, membutakan Joan untuk kembali menaruh rasa sayangnya kepada Alegori. Anak pembawa sial yang ia cap sebagai pembunuh mendiang istrinya.

Hembusan napas hangat keluar dari mulutnya, Alegori melamun di depan rumah. Tepatnya di teras, sambil di temani secangkir teh manis yang ia beri tiga buah es batu berbentuk kotak. Mungkin orang-orang akan berpikir kalau tengah malam begini enaknya minum teh hangat, atau sambil menikmati kepulan asap kopi yang menyeruak ke Indra penciuman. Namun bagi Alegori, justru rasa dingin dari es batu setidaknya dapat memberinya sebuah kehangatan.

Kehangatan yang seperti apa?

Orang-orang selalu bertanya begitu, apa yang hangat dari sebuah rasa dingin pada es batu? Maka Alegori akan menjawab dengan tegas. Ketika kita menggenggam es batu, memang awalnya rasa dingin yang kita rasa, tangan kebas, atau merasakan telapak tangan yang keriput akibat terus memegang es batu. Namun setelahnya, tangan kita menghangat. Seolah-olah seseorang tengah menggenggam tangan kita. Itu yang Alegori dapatkan dari segelas es teh manis yang kini berada dalam genggamannya.

Ddrrrrttt...

Drrrtttttt....

Beberapa panggilan dari Marka, terus ia abaikan. Sudah terhitung lima belas kali lelaki itu menghubungi nya, bahkan mengirimkan banyak pesan yang satu pun  tidak mendapat gubrisan dari Alegori.

Mungkin Marka masih ingin memprotes tentang keputusan nya siang tadi. Alegori meraih benda pipih itu, mengirim satu balasan yang mungkin akan membuat Marka berhenti menghubungi nya untuk hari ini. Atau untuk selamanya?

-----------------

Alegori :
Udah malam Ka, tidur ya?
Istirahat.
Aku capek.

------------------

Alegori kemudian mematikan ponselnya.

-

Flashback on.

Hembusan angin siang hari menerpa permukaan wajahnya, membuat beberapa anak rambut miliknya menari sesuai arah hembusan angin. Di rooftop keduanya berdiri saling berhadapan, dengan perasaan masing-masing yang sudah sepenuhnya mereka abaikan.

Alegori menarik napas sedalam mungkin sebelum memberanikan diri untuk menatap wajah kekasihnya... Ah, mungkin menit berikutnya orang yang kini berada di hadapannya akan berganti status menjadi mantan kekasih. "Aku pikir postingan itu candaan, tapi itu beneran ya, Ka?" Ujar Alegori.

Dia berdiri tiga langkah darinya. "Harusnya kamu bilang dulu Ka. Biar aku enggak nungguin kamu terus, bingung aku tiap hari mantau akun mu... Padahal kamu sendiri bisanya menghindar."

Ia terkekeh pelan, menahan tetes air mata yang tengah memberontak itu. "Hebat ya Darrel? Dalam waktu yang kebilang singkat, dia berhasil ngambil sesuatu yang udah aku anggap seperti rumah sendiri."

Alegori ; Haechan, Mark, Jeno.Where stories live. Discover now