00.14

843 102 2
                                    

Alegori memasukkan jaket milik Semesta kedalam tas miliknya, kenapa nggak di pakai? Jawabannya sederhana, gerah. Dia duduk di kursinya, yang tepat di sampingnya sudah ada Aris yang sejak tadi duduk sambil meremat ponsel dalam genggaman nya. Mata anak itu memerah, entah telah terjadi hal apa. Alegori menepuk pelan bahunya. "Ris?"

Beberapa orang sudah memilih untuk pulang karena memang jam sekolah sudah berakhir, hanya saja masih ada segelintir orang yang memilih diam atau menunggu jemputan disana.

Aris menoleh ke arahnya, menunjukkan senyum palsunya. "Pulang bareng ya?"

"Enggak, Lo kenapa? Mata sembab kayak gitu." Celoteh Alegori sambil memperhatikan wajah sembab teman nya. Aris mendengus pelan, menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan gambar sebuah undangan pernikahan. "Siapa yang nikah?" Tanyanya.

"Baca."

Alegori membaca nama dua orang yang tertera di undangan itu. Matanya membelalak sempurna. "Gila! Kak Geon nikah duluan?? Nggak salah? Kan elo masih deket sama dia!" Panik Alegori.

Aris menghembuskan napas panjang, mematikan ponselnya kemudian bersandar di bahu Alegori. "Di jodohin sama Kak Nebula, anak temen bisnis Papah nya." Tutur Aris dengan suara nya yang sedikit di pelankan.

"Terus Kak Geon terima??"

Satu anggukkan kepala Aris menjadi jawaban atas pertanyaannya. Alegori terdiam, mengingat masalah yang di miliki Aris hampir sama dengan nya, hanya saja dengan tokoh yang berbeda. Sama-sama hancur karena perjodohan seseorang, sama hancur-hancur karena harus di paksa rela dalam hal mengikhlaskan seseorang.

Memangnya ini taun berapa?

Apa perjodohan seperti itu masih ada?

Demi kelancaran bisnis mereka? Haha, bullshit.

"Udah, gausah galau-galau. Jelek soalnya." Kata Alegori sambil terkikik.

"Lo juga jelek tuh kalau galau!" Sahutnya.

Alegori nyengir kuda. "Ya makanya biar ngga jelek, jangan galau-galauan kitanya." Celetuknya. "Ayo ah pulang, gue harus dateng ke minimarket."

Kening Aris mengerut samar. "Ngapain?"

"Katanya lamaran gue keterima, gajinya enggak seberapa sih. Masih gedean gaji gue sebelumnya, tapi gapapa sih. Shift nya oke, enggak bentrok sama jam sekolah." Katanya.

"Lo serius nyari kerjaan baru?"

Alegori mengangguk cepat, senyuman lebar membentang pada lekuk bibirnya. Ia kemudian beranjak dari duduknya, dengan tas selempang yang sudah ia selempangkan di bahunya. "Kalau gue nggak kerja, mau makan apa gue? Yakali tuh sofa butut gue gerogotin kayunya." Celotehnya kemudian keduanya tertawa bersamaan.

"Karepmu."

"Oh ya, btw hubungan Lo sama kak Geon..."

"Kita udah putus."

"Hah?? Kapan?"

"Tiga hari sebelum dia bilang mau di jodohin."

"Ahh i see.." Alegori mengangguk pelan, ia rangkul pundak teman nya. Matanya mengerling tajam melihat beberapa siswa yang sedang ekskul di sekolah. "Makanya itu, kita harus berburu duda mulai sekarang."

"Hah?" Aris menoleh ke arahnya. "Duda apaan anyink?"

"Ck diem!" Sentaknya. Alegori menunjuk salah seorang siswa yang tengah duduk di tribun sambil meminum pocari di tangannya. "Lo liat deh itu kalau gak salah namanya Aldo, dekil sih. Tapi dia manis kok, tipe Lo yang kayak apa?"

"Anjing! Jangan jual gue!" Sungut Aris protes sembari menepis rangkulan Alegori.

Ia mendecih pelan, "sapa yang mau jual Lo?? Om pedo aja ngga mau kayaknya."

Alegori ; Haechan, Mark, Jeno.Where stories live. Discover now