00.18

790 97 8
                                    

Terkadang, kejutan kecil dapat membuat kita merasa bahagia. Seperti kata orang, bahagia itu sederhana.

-

Alegori menjatuhkan rahangnya tidak percaya, Semesta memeluk kedua lututnya, menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangan karena merasa malu sudah menangis di depan Alegori yang kini menatapnya penuh kebingungan. Semesta tau dia terlihat seperti anak kecil, tapi jujur saja. Air matanya keluar begitu saja.

"Udahan dong Ta nangisnya! Gue berasa jadi om pedo anjir." Seru Alegori sembari mengguncang tubuh Semesta yang sejak tadi tidak menggubrisnya.

"Ahh tau gini mending Lo pulang aja!" Sentaknya.

"Lo marahin gue lagi." Gumam Semesta, tanpa menoleh ke arahnya.

Alegori menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk menetralkan mulut biadabnya. "Iya iya gue enggak marahin Lo, udahan nangisnya. Gue laper, nih bubur pasti udah dingin." Katanya.

Dia mengambil bungkusan yang sejak tadi mereka acuhkan, ada sekotak bubur dengan toping spesial seperti kemarin malam yang ia dapat langsung dari pak Cahyo. Pantas saja warung pak Cahyo sudah tutup lebih awal, taunya bubur pesanan Semesta sudah di ambil langsung olehnya.

Alegori mengaduk sebagian bubur itu dengan kerupuk bawang. "Mau gue suapin?"

"Mau lah!" Sahut Semesta cepat, pipi nya sudah kering meskipun matanya masih terlihat memerah tapi sudah di pastikan kalau anak itu sudah berhenti menangis.

Kekehan terdengar, Alegori menggelengkan kepalanya sesekali kemudian menyuapinya bubur. "Lo pulang lebih awal? Setau gue anak-anak olimpiade pulangnya satu hari lagi."

Semesta menanggapinya dengan sebuah anggukan, karena mulutnya masih mengunyah. Alegori juga memakan bubur yang sudah setengah dingin itu. "Emang di bolehin sama guru?"

"Gue yang maksa."

"Edan." Sekali lagi, Alegori tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang di depannya. "Enggak di marahin emang?"

"Di marahin." Jawabnya sembari menerima suapan dari Alegori.

"Terus Lo nangis??"

"Enggak."

Dia terdiam mendengar jawaban Semesta, belum pernah dia bertemu dengan orang aneh seperti Semesta. Kalau dia adalah Aris, pasti sudah mengatai Semesta aneh ribuan kali. Seharusnya Aris tau tentang ini!

"Terus kenapa nangis giliran gue yang marah?"

"Mau tau?"

"Iyalah!"

"Dilarang kepo."

"Asu!" Umpat Alegori kesal, sementara dia tertawa puas melihat ekspresi kesal yang Alegori tunjukkan.

Semesta hanya akan menangis oleh dua hal dalam hidupnya. Pertama, kehilangan Ibu nya, dan kedua tentang Alegori. Hubungan mereka tidak ada yang spesial, Semesta juga tidak mempunya perasaan apapun kepada Alegori, begitupun yang Semesta ketahui, kalau Alegori masih mencintai seseorang di masa lalu. Tapi, anak itu sudah menjadi bagian penting dalam hidup Semesta.

Alegori ; Haechan, Mark, Jeno.Where stories live. Discover now