00.01

4.6K 282 0
                                    

Kalau kata maaf dapat berlaku untuk mengubah segalanya, mungkin saja kejahatan di dunia tidak akan pernah ada.

-


Sepasang kaki jenjang nya membawa langkah tak tentu arah, dengan pemandangan yang jatuh ke aspal jalanan menatap kedua kakinya yang terus berjalan meskipun dia menyadarinya, dia lelah untuk terus berjalan.

Kedua bahunya merosot, seolah semangat yang membara dalam dirinya luluh lantah dengan kenyataan yang menampar kehidupan nya.

Perjodohan?

Jaman sekarang masih ada hal yang seperti itu ternyata. Pikirannya berkecamuk, mengingat seseorang yang selama ini menjalin hubungan dengannya akan melakukan perjodohan dengan orang lain.

Lucu.

Ketika kenyataan menertawakan hidupnya, ketika takdir memberi cerita konyol yang tak pantas mendapatkan apresiasi.

Orang bilang jatuh cinta itu indah seperti merah jambu rupanya, nyatanya kelabu seperti serpihan pada hancurnya.

Kepalanya mendongak menatap langit malam yang gelap kini mendadak turun hujan. Tetes demi tetes mulai membasahi tubuhnya.

Hey, dia buka orang bodoh yang akan berdiam diri di bawah hujan sambil menikmati rasa sedihnya seperti yang di lakukan di film drama. Itu cari penyakit namanya.

Dia segera berlari menuju halte terdekat, menumpang berteduh disana.

Ponselnya sejak tadi dia matikan, enggan menerima panggilan atau sekedar pesan dari siapapun yang akan membuatnya kembali tersadar kedalam realita yang ada.

"Kamu jahat Ka, katanya janji buat terus bareng aku. Tapi kenapa kamu setuju sama perjodohan itu?"

Rambut coklat madunya sudah lepek akibat terkena tetesan hujan beberapa menit lalu. Di acaknya surai coklat itu di ikuti dengan tarikan napasnya yang dalam.

"Marka, kamu melanggar janji."

-

Matahari membias menyambut pagi dengan ceria, berbeda dengan perasaan Alegori yang lagi-lagi kalut dalam sebuah kenyataan. Kenyataan yang berubah sejak kedatangan seseorang dalam hubungan mereka. Kenyataan bahwa status yang tertera di antara mereka akan berubah, menjadi sepasang mantan kekasih.

Alegori mengunci pintu kamarnya, rumahnya dalam keadaan sepi. Dia hanya tinggal berdua dengan Papah nya. Ibu sudah meninggal sejak pertama kali Alegori membuka matanya.

Dia mengecek sebentar ke pelosok rumah yang enggak cukup besar itu, dapat dia pastikan kalau pria tua itu tidak ada di rumah.

Bahunya bergerak naik turun ketika tarikan napasnya yang semakin dalam.

"Percaya diri banget gue bisa mulai awal yang baru kali ini. Bego Ale, lu bego."

-

Sepatu kets putihnya membawa Alegori masuk kedalam kelas yang sudah ramai. Teman nya yang bernama Aris langsung menggandeng tangan Alegori tanpa berdosa sedikitpun.

"Kenapa Ris?" Tanya Alegori dengan nada pelan, keduanya duduk di bangku yang sama. Karena Aris juga teman sebangkunya semenjak kelas 10 sampai sekarang kelas 12 enggak pernah berubah.

Alegori ; Haechan, Mark, Jeno.Where stories live. Discover now