00.26

829 95 10
                                    

Karena pada dasarnya, 'aku' hanya 'debu' yang selalu nekat berada di sekitarmu Semesta, orang sepertimu tidak seharusnya jatuh karenaku. - Alegori Hanaya.

-

Desiran di hatinya semakin terasa nyata, ruangan di penuhi dengan suara teriakkan marah seorang Reno Triangga. Perlawanan dari Semesta yang terus saja memberontak, juga kebingungan yang Alegori rasakan. Ciuman itu sengaja Semesta lakukan agar Alegori percaya, bahwa dia tidak bekerja sama dengan Ayahnya. Dia bahkan tidak peduli jika orang itu adalah Ayahnya.

Sedangkan Joan, dia hanya merenggut kesal melihat anaknya yang semakin mempermalukan dirinya. Homo itu menjijikkan di matanya, Joan benar-benar tidak menyukai hal itu.

"Gua kan udah bilang, gua nggak peduli kalo lo ngusir gua dari rumah. Urus jalang Lo itu, dan jangan pedulikan gua!" sentak Semesta dengan urat-urat yang sudah mengeras.

Reno mendecak kasar, dia menatap Jovan dengan tatapan mendominasi miliknya. "Kalian harus pergi sekarang dari kota ini."

"Baik. Ikut sekarang!" desis Joan seraya menarik tangan Alegori dengan kasar.

Anak itu kelimpungan dan hampir saja terjatuh kalau bukan Semesta yang menahan tangan Alegori yang lain. "Om jangan bawa Alegori pergi!"

"Semesta!"

"Apasih anjing?" sulut Semesta kesal. "Urus jalang Lo!"

"Kamu mau saya bunuh ibu kamu?" ancam Reno yang membuat Semesta menggertakkan giginya kesal. "Jangan lupakan hal itu Semesta. Kamu hanya alat bagi saya, dan sekarang saya mempunyai hak untuk mengendalikan kamu. Kamu harus belajar! Bukan pacaran! Terlebih, dengan seorang homo seperti dia." tukas Reno sembari menunjuk Alegori.

Joan menghembuskan napasnya kemudian menendang kaki Alegori sampai membuat anak itu meringis sakit. "Malu-maluin gua lu." Joan berdesis.

"Ale!"

"G-gue nggak apa-apa." ringis Alegori sembari memegangi tulang keringnya yang berdenyut nyeri. Semesta menggeram pelan.

"Om bisa enggak jangan kasar?!" pekik Semesta, menatap Jovan dengan tatapan membunuhnya. Namun pria kehilangan akal itu malah terkekeh.

"Apa peduli gua? Dia cuman beban buat gua." katanya.

"Dia anak om!!"

"Semesta!" lagi-lagi Reno menimpali. Pria berjas rapih itu mendengus sembari menunjukkan video langsung dari rumah sakit, terlihat Arum yang tengah mengamuk disana. Hal itu membuat Semesta terkejut, bahkan saking terkejutnya dia sampai menarik kerah baju yang di kenakan oleh Reno.

"Lo apain nyokap gua anjing?!" tanyanya dengan nada yang teramat sarkas. "Lo apain Ibu?!"

"Kamu liat saya ada disini kan? Saya tidak melakukan apa-apa." kata Reno, dia menepuk bahu anaknya beberapa kali. "Tapi akan jadi apa-apa, kalau kamu masih melawan."

Alegori menggigit bibir bagian dalamnya, apa yang baru saja dia liat di video itu adalah seorang wanita yang tengah berteriak sambil memberontak, di tempat itu banyak sekali perawat dan juga dokter yang tengah menanganinya. Dan, orang itu adalah Ibu Semesta?

"Bangsat." Semesta menahan umpatannya, tangannya terkepal sempurna. Namun dia tidak bisa meremehkan ancaman Ayahnya. Dia harus menurut, dengan begitu kondisi Ibunya akan baik-baik saja.

Dia menatap sekilas ke arah Alegori yang juga sedang menatap ke arah dirinya. Semesta menghela napas panjang. "Terserah, tapi gua punya permintaan." katanya.

Reno mengangkat salah satu alisnya tanda bertanya. "Gua bakalan turutin semua keinginan Lo, tapi dengan syarat. Alegori harus lanjut sekolah di sekolah yang sama, dan tentu aja enggak boleh pergi dari kota ini."

Alegori ; Haechan, Mark, Jeno.Where stories live. Discover now