"Titip jagain putri saya."

4.5K 1K 183
                                    


Terima kasih dan selamat membaca 💕

•°•°•

SUDAH gue duga keberangkatan tim ATW pasti mengundang perhatian orang-orang di terminal 3 Soetta. Gabungan sekuriti bandara dan kru Panorama TV dikerahkan supaya kami punya space buat shooting. Nggak seberapa crowded sebenarnya, lagian kami bukan boyband asal Korea dengan jumlah fandom terbesar, tapi setiap menit ada saja 2-3 orang yang mendekat, mau merekam atau foto bareng. Lumayan repot kalau nggak ada yang handle situasi.

Tapi, ada yang lebih heboh lagi: nyokap gue dan Sri.

Asli, yang bakal berangkat gue, yang dari semalem heboh nyari referensi airport looks malah mereka. Katanya supaya nggak burik-burik amat pas foto bareng travelers lain, apalagi Pita Janari. Gue garuk-garuk kepala. Perasaan gue nggak bilang keluarga boleh foto bareng travelers, cuma sebatas ikut nganter doang.

"Bude, Kak Pita aslinya uwayu tenan, tho!" Waktu Pita baru turun dari Alphard di drop zone, Sri berbisik-bisik bareng nyokap di belakang gue, yang sayangnya terlalu berisik sampai gue juga bisa denger. Gue melirik sedikit, Sri sampai memeluk lengan nyokap gue saking excited.

Nyokap balas berbisik, "Ayu seperti Sri. Nanti kita foto bareng, ya? Iya kan, Hans?" lalu mencubit lengan gue untuk kesepuluh kalinya.

Gue meringis, udah cukup malu waktu Sri dengan perkasa maju minta foto bareng Pin, Milly, dan Pak Adiatama. Thank God ketiganya mengabulkan permintaan Sri dengan tawa senang. Saat ini, gue lebih takut sama Pita Janari.

Setelah take cipika-cipiki basa-basi dengan Milly, tatapan cewek itu menusuk ke gue. Apa? Dia marah gue follow instanya? Nggak mungkin, baru juga setengah jam, palingan belum sadar.

Dia berjalan mendekati gue, tiba-tiba tersenyum cerah mengulurkan tangan. Drastis banget. "Kak Hans, udah lama?"

Ada dua kru mengikutinya dengan kamera terangkat. Pantesan manis. Gue menjabat tangannya. "Mayan, Pit, gue sama Pin udah habis satu, nih." Gue menunjukkan paper cup kopi yang sebenarnya baru aja kosong di tangan. "Kenapa lo? Macet?"

Dia mengangkat bahu. "Biasa, Kak. Tadi saya emang berkali-kali recheck bawaan, sih. Di Tokyo lagi winter, kan, ya? Winter perdana saya, Kak, jadi bener-bener harus prepare."

"Hohoho, newbie-nya dateng, nih. Gede amat itu tas kabin, lo mau minggat atau tereliminasi atau gimana, Pit?" Pin merangkul gue, menunjuk handbag Pita dengan dagu.

"Yee, backpack lo lebih makan tempat dari punya gue, Kak," protes Pita, menggepuk tas di punggung Pin. Kamera mendekat dari samping waktu dia bilang lagi, "Ntar ganti di Haneda, kan? Gue tinggal lapisin sweater sama down jacket aja cukup kali, ya?"

"Cukup banget kalau masih Tokyo, kecuali nanti maen ski. Iya, kan, Abi?" Milly bergabung sambil menggendong Abigail, balitanya. "Gue bawa long coat, sih, kalau lo angetan pakai punya gue ntar tukeran aja."

"Thank youuu, mamanya Abi!" Pita menciumi tangan Abigail yang tertawa kegelian. "Abi, yuk kasih kuis buat Travel Buddies. Eh, anak lo boleh kesorot nggak nih, Kak?"

"Gue sih boleh, terserah Pak Produser. Gimana, Pak? Saya nggak minta endorse fee, kok," tanya Milly, yang langsung dibalas tawa dan acungan jempol Pak Hamdan di belakang kameramen.

Salah satu strategi tim ATW supaya tetap engage dengan penonton adalah rutin ngasih kuis yang relevan di setiap episode. Segmen kuis pilot episode* season ini dibuka oleh kami berempat plus Abigail yang nyempil di tengah-tengah gue dan Pita. Iya, bingung juga gue kenapa dia langsung nempel sama Pita. Masih bocah tau aja yang bening.

Sakura Kiss 🌸 [END]Where stories live. Discover now