"Ngemilikin kamu seutuhnya."

4.8K 1K 499
                                    

Maaf baru bisa update hehe, minggu ini lagi main ke Tokyo.

Btw, karena banyak yang bingung Hans nggak ngenalin Pita di awal, coba jelasin bingungnya di mana? Dari beberapa clue yang kusebar, kalau Teman-teman baca lebih teliti, harusnya paham kenapa. Karena Pita yang dulu dan sekarang udah bedaaaaa banget dari segi karakter maupun penampilan. Hans bukannya nggak inget, tapi yakin nggak yakin alias pangling. Hal yang sama berlaku buat temen-temen yang Hans tanyain.

Mereka semua tuh kayak, ah serius ini si Pita yang itu? Salah orang kali.

Yang mau lihat bedanya sejauh apa, aku taruh di story ig-ku @vini.vidi.vivi

Terima kasih dan selamat membaca 💕

•°•°•

"SATU lagi, Hans. Lo yakin hubungan lo ama Sashi baik-baik aja?"

Alis gue naik karena pertanyaan Theo. "Maksud lo?"

"Maksud gue, lihat lo sekarang. Lo merekomendasikan, lo support, dan lo ngebimbing cewek selain Sashi, Hans. Lo sadar nggak sih, lo itu berpihak ke cewek yang jelas-jelas saingan pacar lo sendiri buat nempatin posisi center diva?"

Gue mengibaskan tangan dan meringis. "Apa banget lo, ah. Buat gue pacar ya pacar, padus ya padus. Gue bilang Pita yang terbaik sebagai center diva bukan berarti dia menggeser posisi Sashi sebagai cewek gue. Nggak ada hubungannya."

"Ya itu kan elo, Bro. Pita gimana? Sashi gimana? Lo nggak mikir Pita mungkin berharap lebih sama lo, atau Sashi sakit hati?"

"Sebelum ngelatih Pita gue juga udah izin ke Sashi, and she said okay, tim kita emang butuh center diva yang terbaik. As for Pita gue nggak tau karena nggak pernah ngebahas begituan. Kita latihan doang."

Theo kayak nggak puas sama jawaban gue, but what else can I say? Memang adanya begitu. Gue sayang Sashi, tapi padus itu lain soal. Terutama buat event bergengsi tahunan sekelas JHSC. Gue mendukung penuh siapapun yang menurut gue layak untuk posisi center diva dan itu nggak harus cewek gue.

Of course gue juga support Sashi. Performance dia selalu sempurna dari semua aspek makanya di setiap event yang membutuhkan center diva, it was always her. Di satu sisi sebagai cowoknya gue bangga, di sisi lain sebagai pengurus padus gue ingin diva lain mendapat kesempatan tampil yang sama. Jangan salahin gue, gue cuma mengamalkan sila kelima Pancasila.

Vocal wise, Pita adalah soprano terbaik yang gue dengar secara live. Gue nggak mengada-ada soal itu. Gue pikir dia hanya perlu memperbaiki kepercayaan diri, tapi kayaknya dia butuh lebih dari itu. Karena dia ... ehm, nangis. Literally nangis meneteskan air mata sejak bait pertama lagu Bunda.

Speechless gue.

Lupain masalah nyanyi. Dia nggak punya pengendalian diri. Dia malah tergugu di tengah ruangan sambil menghapus air mata dengan tisu. Gue menggaruk kepala. Ini nggak bagus. Kalau dia nurutin air mata mulu terus kapan nyanyinya? Ini anak serius kagak, sih? Capek juga gue.

Gue biarin dia sampai tenang, baru gue tanya berhati-hati. "Boleh gue tahu kenapa lo selalu nangis, Pit?"

Pandangan matanya turun. "Lagunya sedih, Kak."

"It is." Gue mengangguk pelan, lagu bertema ibu dan anak ini memang emosional. "Dari liriknya bisa ditafsirkan ini lagu tragis nggak, sih? Tentang anak yatim yang ditinggal ibunya. Ditinggal dalam arti sebenarnya, meninggal dunia. Sekarang anak itu cuma bisa merasakan kehangatan ibunya dari album foto, kenangan-kenangan mereka, dan cerita orang-orang tentang gimana dulu beliau menyayangi si anak dengan dimanja dan ditimang-timang. Meskipun anak itu rewel, nakal, ibunya nggak keberatan dan tetap sabar. A mother's love is limitless and endures through all. Tapi, mungkin yang sering orang bilang itu benar, Tuhan lebih sayang sama orang-orang baik seperti beliau."

Sakura Kiss 🌸 [END]Where stories live. Discover now