"Someone took it from me."

4.3K 985 382
                                    

Bagi yang masih berTAHAN dengan kisah mereka, terima kasih dan selamat membaca 💕

•°•°•

"KA-KAMU tahu dari mana aku pengin ini?" Sashi membulatkan mata, membolak-balik eyeshadow palette yang baru gue berikan. "Kayaknya aku nggak pernah cerita. Nggak pernah di-story-in juga."

Senyum gue mengembang penuh.

"Rahasia." Gue tanya temennya, sih. "Suka nggak?"

"Banget!" Dia memeluk kotak emas pipih itu.

"Aku dimaafin nggak?"

"Yaudah dimaafin."

"Beneran? Kayak nggak ikhlas gitu."

"Ikhlaaas ..." tapi bibirnya makin manyun.

"Maafin, ya?" Gue mencondongkan tubuh, mengusap kepalanya, berharap kesungguhan gue bisa meluluhkan hatinya. "Maaf, aku salah nggak pesan meja jauh-jauh hari. Aku lupa, beneran aku lupa kalau weekend harus pesan meja dulu."

Jadi, Sashi ngambek karena gue lupa pesan meja di kafe favorit dia buat dinner. Setiap weekend kafe itu memang selalu fully booked. Gue lupa karena—sigh—belum beradaptasi dengan pace kuliah. Keteteran ngonsep tugas nirmana, komputasi dasar, plus tuntutan ospek. Ini juga gue belain pulang sehari karena Bokap sama Liam mau berangkat umroh. Setelah perjalanan Bandung-Jakarta hampir 3 jam belum termasuk macetnya, lanjut acara di rumah, gue langsung ke rumah Sashi. Kami sepakat mau jalan mumpung gue pulang.

Gue capek. Gue enggan berdebat perkara candlelit dinner doang. Kafe bergaya bohemian ini pun nggak masalah, yang penting buat gue adalah quality time sama pacar. Gue kangen dia.

"Dimaafin." Tersenyum kecut, Sashi melihat eyeshadow palette dan gue bergantian. "Tapi nggak dilupain."

Gue terkekeh pelan dan mencolek hidungnya. "Deal, aku juga nggak mau dilupain kamu." Sashi tertawa tulus, gue tahu gue sudah dimaafkan. Lega. "Besok-besok kalau aku lupa lagi tolong diingetin, ya, Sayang?"

Tawanya lenyap. "Kamu yang lupa, kamu nyalahin aku?"

Mampus gue.

"Nggak gitu, Yang. Iya aku yang salah, aku lupa, makanya aku mau kamu bantu ngingetin aku—"

"Kamu yang salah, kamu yang lupa, kenapa bukan kamu aja yang introspeksi? Kamu minta aku ngingetin kamu? Jadi maksudnya kamu lupa gara-gara aku nggak ngingetin kamu? Biar nggak lupa kamu pasang reminder di hape atau apalah, bukan secara halus ngelempar kesalahan ke aku!"

Gue menyandarkan punggung dan menggaruk tengkuk.

Sebelah mana sih gue bilang nyalahin dia? Gue mau kerja sama dia aja, karena gue percaya dia sebagai pacar. Nggak ada maksud lain, cuma itu.

But, yeah, gue terlalu lelah untuk memperpanjang perdebatan ini. Gue merendahkan suara dan tersenyum. "Iya. Maaf, Shi, lain kali aku pasang reminder."

Kemudian, gue memilih mingkem sementara Sashi mencoba palette barunya, berkaca pada cermin compact powder-nya. Sashi suka makeup, cita-citanya jadi beauty vlogger, dan gue mendukung itu. Dia juga selalu nanya pendapat gue mengenai eksperimen-eksperimennya. Tapi malam ini gue bener-bener didiemin. Dilirik pun nggak.

Yaudah lah, bukan pertama kalinya juga pacar ngambek ke gue. Beruntung setelah itu pesanan datang, Sashi segera menyimpan makeup-nya, dan kami makan malam dengan normal lagi. Diselingi obrolan ringan yang tentu saja harus gue yang menginisiasi. Thank God, akhirnya gue dikasih senyum manis lagi.

Sakura Kiss 🌸 [END]Where stories live. Discover now