12. Memory

953 113 0
                                    

Thanks buat yang udah baca
Semoga suka:)























Seperti yang Jaemin inginkan. Mereka benar-benar pergi ke taman dengan penampilan Jaehyun yang tidak berubah sama sekali, masih dengan dua kancing yang terbuka juga lengan kemeja yang tergulung hingga siku. Alpha tampan itu benar-benar ingin menebar pesona sekali sepertinya.

"Kenapa menatapku seperti itu?"

"Tidak, tidak apa-apa"

Jaehyun menatap Jaemin yang menggeleng pelan, memilih pura-pura tidak melihat dari pada mereka ribut disini yang berujung kejar-kejaran seperti anak kecil.

Jaemin masih harus menyimpan tenaganya yang tersisa untuk mendengarkan segela macam omelan Jeno nantinya. Alphanya itu pasti akan mengomel begitu dirinya sampai di rumah. Seperti yang terjadi dua hari yang lalu, dimana Jaemin pergi tanpa memberitahu Jeno lebih dahulu.

Alpha itu sempat marah untuk beberapa saat sampai akhirnya membaik setelah Jaemin membujuknya dengan berbagai macam cara yang disertai segala tingkah lucunya agar Jeno melunak. Walau butuh waktu sehari penuh untuk melakukannya, tapi setidaknya Alphanya itu tidak merajuk lagi padanya.

"Ah~ ini menyenangkan"

"Kamu menikmatinya?"

"Eum, tentu"

Pemuda Park tersenyum manis, menatap lembut Jaehyun di sampingnya yang ikut tersenyum.

Lucu rasanya mengalami hal ini kembali, dimana senyum indah itu hanya untuknya sebelumnya. Namun sekarang sudah berbeda, senyum itu bukan lagi miliknya. Sahabat manisnya sudah memiliki Alphanya, dan Jaehyun bersyukur akan hal itu.

Setidaknya Jaemin memiliki Alpha yang ia kenal dengan baik. Lee Jeno yang merupakan sepupunya sendiri.

Miris memang, namun dia bisa berbuat apa? Semuanya sudah di atur sejak lama.

"Ayo duduk disana"

Keduanya berjalan beriringan dengan tangan Jaemin menarik tangan Jaehyun menuju bangku taman di dekat sungai.

Hari sudah sore, matahari juga sebentar lagi akan terbenam.

Mereka menghabiskan waktu cukup lama disana, saling bercerita satu sama lain hingga lupa waktu. Mengulang kembali kenangan yang pernah terjadi sebelumnya. Kenangan indah yang akan terus di ingat.

"Itu indah ya"

Jaemin menyandarkan tubuh sepenuhnya di sandaran bangku taman, menatap lurus pada matahari yang akan terbenam jauh di depan sana.

Rasanya sudah lama sekali ia tidak seperti ini. Menghabiskan waktu dengan sang sahabat sembari menikmati indahnya matahari terbenam.

Ia jadi merindukan momen-momen mereka dulu.

"Kapan terakhir kali kita seperti ini?"

"Rasanya sudah lama sekali"

Pemuda Jung melirik Jaemin di sampingnya, menarik bahu si manis agar bersandar dengan nyaman di bahu tegapnya.

Satu tangannya mengusap pelan rambut Jaemin dengan sesekali menepuk pelan helaian lembut sang sahabat yang memejamkan mata.

"Mau mampir dulu atau langsung pulang?"

"Pulang saja, aku malas mendengar ocehan Jeno yang akan semakin panjang nanti" jawab Jaemin sembari menyamankan posisinya dengan tangan yang memeluk lengan Alpha di sampingnya.

Sedang Jaehyun hanya mengangkat bahunya acuh, menurut saja dengan Jaemin yang lebih memilih pulang dari pada mampir untuk membeli beberapa cemilan.

Mungkin nanti ketika dirinya selesai mengantar Jaemin, ia akan menyempatkan diri untuk ke minimarket membeli beberapa barang.

Stock cemilannya sudah mulai menipis di apartement.

"Ada yang ingin ku katakan"

"Apa?"

Jaehyun menarik nafas panjang, jujur saja dirinya belum sanggup untuk mengatakan hal ini, tapi jika tidak sekarang, Jaehyun khawatir dirinya akan semakin sulit untuk melupakan si bungsu Park ini.

Mau bagaimana pun, orang pertama yang akan Jaehyun beritahu mengenai hal ini adalah Jaemin. Sahabat manisnya itu sudah banyak membantu dan menemani dirinya selama ini.

"Aku sudah menemukannya"

"Omegamu?"

"Hm, kemarin kami bertemu, aku tidak tau jika akan menemukannya disana, kupikir Tuhan akan menghukumku lebih dulu sebelum mempertemukanku dengannya"

Jaehyun memainkan tangan Jaemin yang terlihat begitu mungil di tangannya, sahabatnya itu terlalu lucu untuk dilewatkan.

Telinganya dapat mendengar helaan nafas yang Jaemin keluarkan di sampingnya, terdengar lelah dengan kedua tangannya yang sekarang memegang kedua bahu sahabatnya.

"Hei, mencintai seseorang bukanlah kesalahan, kita tidak bisa menentukan kepada siapa hati kita akan berlabu, aku yakin jika kamu bisa menentukannya, kamu tidak mungkin mau jatuh hati pada omega orang lain Jaehyun"

"Jadi berhenti berlarut-larut dalam masa lalu itu, sekarang lebih baik kamu pikirkan masa depanmu bersama omegamu itu, aku yakin seratus-ah tidak seribu persen! Dia pasti omega yang cantik" ucap Jaemin mengebu-ngebu.

Ia yakin Tuhan pasti sudah merencanakan semua dengan baik, mereka hanya tinggal menjalani garis takdir masing-masing dan berusaha dengan kerja keras masing-masing.

"Dan kamu harus mengenalkan dia secepatnya padaku oke?!"

"O-oke"

Sebenarnya, Jaehyun sudah menduga hal ini akan terjadi, sahabat manisnya itu pasti akan mendukung dan menyemangati dirinya setelah mendengar ceritanya. Omega Lee Jeno itu memang sahabat yang baik.

"Ayo pulang, Jeno bisa membunuhku nanti"

Pemuda Jung mengulurkan tangannya, menunggu sambutan tangan dari Jaemin yang cemberut di tempatnya.

Ia masih ingin menghabiskan waktu bersama sahabatnya itu lebih lama lagi, rasanya mereka baru beberapa menit keluar bersama setelah lama tidak melakukannya.

Keduanya berjalan pergi, menuju mobil Jaehyun yang terparkir tidak jauh dari sana. Tentu setelah mampir sebentar membeli sesuatu di supermarket terdekat.

Si manis harus membeli persediaan sebelum menghadapi serigala liar di kamarnya.

Ia memiliki kelas yang tak boleh di lewatkan besok, dan Jaemin tak ingin bolos.

Tbc.

Nah si bapak jung udah ketemu omeganya, tinggal nunggu kapan kawinnya aja ehehe.

Gak ada live streaming oke.

My Everything - NominWhere stories live. Discover now