15. The Game 1

942 91 6
                                    

Thanks buat yang udah baca
Semoga suka:))













Kala matanya terbuka, yang pertama kali di lihat Jeno adalah pepohonan tinggi dengan rembulan yang menempati takthanya bersama dengan bintang di atas sana.

Pemuda tampan itu mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengusir rasa pusing yang telak menghantam kepalanya kala dirinya membuka mata.

Membuat Alpha muda keluarga Lee itu memijat keningnya untuk beberapa saat sebelum mendudukkan dirinya dengan susah payah, mencoba mencari sandaran yang kemudian mendapati sebuah batang pohon kokoh sebagai tempat mengistirahatkan tubuh lemahnya.

Ia mengusap wajahnya pelan, mencoba meneliti sekitar yang begitu asing dengan suara binatang hutan yang berbunyi nyaring, saling bersaut-sautan dengan alunan melodi yang enak di dengar.

"Jika kau tidak kunjung sadar, aku berencana membuat daging guling Lee" ucap sebuah suara yang membuat Jeno menoleh menatap sumber suara yang kini tengah duduk di dekat api unggun.

"Daging asap akan lebih bertahan lama Park, setidaknya itu akan cukup untuk beberapa hari" jawab Jeno cuek, tak terlalu menghiraukan kehadiran Mark yang tengah mematahkan ranting pohon untuk di masukkan ke dalam api.

Pemuda Lee mencari sesuatu untuk membantunya berdiri, kedua kakinya terasa mati rasa saat ini, entah karena apa karna ia pun tidak ingat apa yang terjadi.

"Memang, tapi aku lebih suka daging guling"

Mark mendorong ranting yang telah di patahkannya masuk ke dalam api dengan sebuah kayu di tangan kirinya, pemuda Park itu tampak begitu tenang tanpa terganggu sedikit pun akan dinginnya angin yang menerpa tubuh dengan balutan jas hitam itu.

Jika di teliti lebih lanjut, Mark seperti seseorang yang baru pulang kerja namun harus terjebak di entah berantah bersama seorang pemuda Alpha seperti Jeno.

"Kau bisa menggunakan kakimu setelah 5 menit, tapi jika kau tidak membutuhkannya lagi, aku bisa membuatnya menjadi menu makan malam kita malam ini" ucap Mark menjawab pertanyaan di kepala Jeno.

Pemuda tampan itu berdecak malas, menatap si sulung Park yang begitu tenang di dekat api dengan raut wajah datarnya yang senantiasa melekat pada rupa rupawan keturunan Park Chanyeol itu.

"Sepertinya kau begitu bernafsu pada dagingku Mark"

"Kau satu-satunya makananku saat ini Jeno"

Mark berucap santai, Alpha muda keturunan keluarga Park itu melempar tombak yang ia buat dari batang potong berukuran kecil yang ia temukan tadi.

Dengan santai berjalan menuju semak-semak tempat tombaknya menancap pada sesuatu di dalam sana.

Ia menarik tombaknya keluar, bersamaan dengan seekor kelinci yang tertancap dengan darah yang menetes ke tanah.

Si sulung Park itu mendapat makan malam mereka malam ini.

"Kau selalu membawa itu Mark?" Tanya Jeno kala melihat Mark yang bersiap dengan pisau lipat yang ia keluarkan dari balik jasnya.

"Hm, untuk berjaga-jaga, bukan tidak mungkin suatu saat ketika aku tertidur seseorang datang dan melubangi kepalaku" jawab Mark tanpa menghentikan kegiatannya yang tengah menyiangi kelinci yang ia tangkap sebelum di bakar di atas api.

Pemuda Park itu mengeluarkan sesuatu kembali, sebuah tabung berukuran sedang dengan bubuk yang berada di dalamnya.

Jeno tak ingin asal menebak tapi tidak ada salahnya bertanya pada calon kakak iparnya itu.

"Dan itu juga?"

"Aku bahkan pernah membawa seisi dapur ke Kanada dulu"

Mark meratakan bubuk yang ia taburkan ke atas daging kelinci dengan baik, yang kemudian menancapkan kelinci itu ke kayu untuk di panggang.

Sudut matanya melirik Jeno yang sudah bisa menggunakan kedua kakinya kembali, Alpha muda itu berjalan mendekati Mark dan duduk di dekat si sulung Park untuk menghangatkan diri.

Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing, dengan api yang menyala membakar daging kelinci yang mulai matang, sedang kedua makhluk adam itu tak berniat sama sekali untuk sekedar membuka mulut memulai sebuah percakapan random yang tak memiliki bobot.

"Dimana kau sebelum ini Jeno?"

Mark membuka pembicaraan lebih dulu, mengusir keheningan juga rasa bosan yang mulai hinggap dalam dirinya dan Jeno.

Alpha muda itu melirik sekilas Jeno yang tampak berpikir sembari mendorong beberapa ranting kayu ke dalam api dengan kayu lainnya. Melakukan hal yang sebelumnya Mark lakukan.

"Mobil, aku dalam perjalanan menuju vila keluargaku di luar kota setelah dari bandara"

Dan setelahnya keheningan kembali datang, mengisi waktu yang kosong dengan Mark yang tengah memotong daging kelinci yang telah matang menjadi beberapa bagian agar mudah di makan.

Ia memberikan beberapa bagian pada Jeno yang menerima dengan baik pemberian Mark itu, mulai menyantap makanan masing-masing sembari berpikir akan bahaya yang mungkin mengintai mereka di esok hari.

"Kau sendiri Mark?" Jeno mengajukan pertanyaan, memecahkan hening yang sempat kembali datang untuk beberapa saat.

"Aku ada di mansion pribadiku untuk mengerjakan beberapa berkas selama Jaemin pergi" balas Mark yang kembali melahap makanannya dengan tenang.

Kedua Alpha itu tampak menikmati makanan mereka dalam diam, dengan latar suara binatang hutan yang menemani juga rembulan yang menggantung indah di atas sana.

"Jika di pikir-pikir, kedua kegiatan kita berhubungan dengan Jaemin, entah kebetulan atau bagaimana, jika orang lain mendengarnya mungkin mereka akan berpikir jika Jaemin adalah alasan kita berada disini" celetuk Jeno menyuarakan pemikiran randomnya yang entah muncul dari mana.

Telak membuat Mark menoleh menatap dirinya dengan tatapan datar dari sepasang mata tajamnya.

Si sulung Park itu berdiri dari duduknya, melangkah pergi mendekati sebuah pohon untuk tidur dengan posisi bersandar pada pohon di belakangnya.

Ia melipat kedua tangannya di depan dada, mulai memejamkan mata meninggalkan Jeno sendirian di dekat api unggun dengan makanannya yang belum habis.

"Orang bodoh memang akan berpikir begitu Jeno, namun terkadang pemikiran orang bodoh itu benar"

Tbc.

Waktu senggang = ngetik book.

Aku jarang up karna emang aktif di akun yang lain, bukan akun yg pernah aku promosiin tapi yg lain hehe.

Sorry for typo

Salam manis T.

My Everything - NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang