Bab [7] Dreams That Seem Real

2.6K 208 0
                                    

Aditya menyibak kelambu tipis, memasuki suatu tempat yang sangat akrab dalam ingatannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aditya menyibak kelambu tipis, memasuki suatu tempat yang sangat akrab dalam ingatannya. Kamar bercat pastel dengan foto serta lukisan di beberapa sisi dindingnya.

“Bagaimana bisa aku berada di dalam kamar Mami?” gumam Aditya setelah benar-benar memastikan bahwa dia sedang berada di kamar sang ibu.

Aditya menghampiri satu bingkai berisi fotonya dengan ayah, ibu dan sang adik. Dalam foto tersebut, mereka terlihat sangat bahagia. Senyum keempatnya terlihat saling mencintai satu sama lain. Memang keluarga Pradipta dikenal sebagai keluarga paling harmonis dan sering membuat banyak orang iri.

“Aditya.”

Aditya berbalik dan menemukan mendiang ibunya tengah berdiri dengan senyuman khas Kinanti. Aditya tidak percaya melihat sang bunda berdiri, dengan senyum tulus dan wajah yang begitu segar.

“M—Mami? Ini ... benar-benar Mami?”

“Iya dong. Memangnya siapa lagi?” balas Kinanti lantas terkekeh-kekeh.

Aditya langsung menghambur ke dalam pelukan Kinanti, menangis tersedu-sedu di sana. “Aditya sangat merindukan Mami,” ujar Aditya disela tangisnya.

Kinanti mengusap punggung Aditya, menenangkan bayi besarnya. Sejak dulu Aditya memang paling lengket dengannya. Segala keputusan perusahaan selalu Aditya konsultasikan dengannya, baru setelah itu dikonsultasikan dengan Lugas. 

Aditya mengurai pelukan pada sang ibu, kemudian menyeka air mata yang membasahi wajahnya. Dia menarik sang ibu mengajaknya duduk di tepi ranjang, sementara itu dia duduk di bawah sembari menyandarkan kepalanya di lutut sang ibu.

“Aditya sangat merindukan Mami,” ujar Aditya.

Kinanti terus mengusap rambut Aditya. “Apa kau sudah melakukan semua hal yang Mami minta, Dit?” tanya Kinanti.

Aditya menyeka air mata yang kembali membanjiri pipinya. Ia mengangguk dengan yakin sembari menatap sang bunda.

“Apa kau yakin, Sayang?” Kinanti kembali tersenyum lembut.

Aditya tampak berpikir sejenak, lantas kembali mengangguk dengan yakin. “Aku sudah menjalankan perusahaan dengan baik, mengizinkan Radeva kuliah di jurusan yang ia mau, dan menikahi Masayu,” ucap Aditya dengan yakin, namun, setelah selesai berucap dia langsung terdiam.

Kinanti tersenyum lantas mengangkat dagu Aditya agar menatapnya.

“Sayang, kau memang sudah melaksanakan seluruh permintaan Mami, tetapi....” Sorot mata Kinanti perlahan sayu, menampakkan raut penuh kekecewaan. “...kau gagal.”

“Mami....”

“Mami tahu kalau sejak awal kau menolak pernikahan ini. Namun, bukan berarti kau berhak menyakiti hati perempuan sebaik Masayu, Sayang,” nasihat Kinanti, “memang, kau berhak untuk tidak mencintainya, tetapi, kau tidak berhak menyakitinya.”

END || Reckless [18+]Where stories live. Discover now