Bab [35] About The Past

2.2K 110 0
                                    

Gadis yang sama-sama berusia 21 tahun itu tampak tertawa dengan hal gila yang mereka bahas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gadis yang sama-sama berusia 21 tahun itu tampak tertawa dengan hal gila yang mereka bahas. Ketiga gadis tersebut adalah Kinanti, Azhari dan satu lagi Lavanya.

“Aku baru saja dapat surat dari Adnan.” Azhari tersenyum manis. “Haruskah langsung aku balas?”

Kinanti mengerutkan keningnya. “Adnan yang pernah kau ceritakan itu?” tanya Kinanti balik yang dibalas anggukan kepala oleh Azhari.

“Bukannya kamu bilang gak mau melanjutkan hubungan dengan Adnan? Lagi pula, keluargamu tidak suka dengan hubungan kalian berdua,” kata Lavanya.

Seketika ekspresi ceria Azhari layu seperti tanaman yang tidak pernah tersentuh oleh air. Memang benar jika hubungannya dengan Adnan tidak mendapatkan restu dari orang tuanya.

Tahukah kalian karena masalah apa?
Kalian pernah dengar apa saja ribetnya tradisi Jawa? Ya, salah satu tradisi tersebut yang membuat mereka tidak bisa bersatu.

Keluarga Azhari merupakan keluarga yang masih menjunjung tinggi tradisi Jawa. Semua benar-benar harus sesuai tradisi, tidak boleh melenceng sedikit pun. Meskipun begitu ada sedikit keringanan, yaitu, Azhari dan Melissa sama-sama diizinkan untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin.

Entah kenapa secara kebetulan, jika menurut tradisi Jawa, pernikahan Adnan dan Azhari benar-benar ditolak. Yang pertama adalah Azhari anak pertama dan Adnan adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Dalam tradisi Jawa, anak pertama tidak boleh menikah dengan anak ketiga. Katanya, salah satu akan ‘kalah’.

Kemudian saat kakek Azhari menghitung weton mereka, weton keduanya berjumlah 27 yang kalau diartikan angka ini jatuh pada pegat. Menurut sumber, jika pegat ,maka, pernikahan mereka akan diliputi banyak permasalahan.

Sebagai mahasiswi terpelajar, tentu saja Azhari tidak percaya pada perhitungan-perhitungan yang menurutnya konyol. Namun, keluarganya terlalu keras dan sangat menganut tradisi Jawa.

“Menurutku, jangan deh, Ri. Firasatku tentang Adnan agak gak baik,” kata Kinanti.

Azhari malah terkekeh-kekeh. Dia terlihat meremehkan ucapan Kinanti. Padahal dia sendiri tahu kalau Kinanti sudah berkata tidak, maka, tidak. Maksudnya, Kinanti ini memiliki sesuatu yang bahkan dirinya sendiri tidak paham. Dia memiliki indra perasa yang cukup peka. Dan rata-rata, ketika Kinanti berkata sesuatu atau seseorang itu buruk, maka, di masa mendatang sungguh terungkap dan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kinanti.

Kinanti awalnya tidak percaya, tetapi, setelah KKN dia selalu mendapatkan mimpi aneh. Semacam lucid dream, namun, tidak juga karena hanya berupa kepingan-kepingan yang tidak jelas. Hingga pada akhirnya, salah satu teman satu kelompoknya saat KKN mendapat kiriman guna-guna dari ayah mantan pacarnya. Rupanya, jika mengaitkan mimpi Kinanti dengan temannya itu, maka, ketemulah jawaban bahwa teman Kinanti tersebut harus berhati-hati karena ada sesuatu yang buruk dikirimkan kepadanya.

“Untuk saat ini aku tidak akan percaya ucapanmu, Kin, maaf.” Azhari mengulum senyum. “Jalani saja dulu. Toh, belum tentu aku dan Adnan akan menikah.”

***

Firasat Kinanti benar-benar terjadi.

Awal pernikahan Adnan dan Azhari berjalan seperti pasangan saling cinta lainnya. Keduanya terlihat begitu saling mencintai satu sama lain. Bahkan setelah kelahiran anak pertama mereka yang bernama Masayu Asmaradanta Rahmani.

Waktu itu Adnan menangis karena tidak menyangka kalau dia akan menjadi seorang ayah. Bayi kecil itu terus dipandanginya dengan sorot penuh kasih. Adnan tampak begitu bahagia melihat makhluk kecil di dalam ayunan bayi tersebut.

Kebahagiaan mereka tidak sampai di sana saja, tetapi, terus berlanjut hingga kelahiran anak kedua yang berjenis kelamin laki-laki. Mereka menamai anak itu dengan nama Ravindra Juana Rahmani. Sungguh kebahagiaan yang lengkap bagi Adnan, karena dia memiliki jagoan dan putri yang begitu menggemaskan.

Akan tetapi, semesta bertindak seolah-olah membenarkan firasat Kinanti dulu. Terlepas dari mitos jilu atau siji-telu dan hitungan weton yang jatuh pada kategori pegat, nasib kurang baik mulai menggerogoti rumah tangga Adnan dan Azhari.

Sudah lumrah jika dalam kehidupan rumah tangga akan ada pertengkaran tentang hal apa pun. Namun, pertengkaran Adnan dan Azhari berlangsung dengan intensitas yang cukup sering. Masalah utamanya adalah Adnan yang sudah berhasil mendirikan perusahaannya sendiri, menjadi jarang pulang ke rumah. Adnan jarang meladeni Masayu yang sedang ingin bermanja-manja kepada sang ayah.

Puncak dari amarah Azhari adalah saat dia memergoki Adnan berselingkuh dengan sekretarisnya. Mereka bahkan melakukan hubungan badan di kamar Adnan dan Azhari.

Azhari yang hendak melabrak pun tiba-tiba terkena serangan jantung. Memang, akhir-akhir ini dokter bilang kalau jantung Azhari ada sedikit masalah. Azhari tidak menyangka kalau dia akan mati dengan cara setragis itu di hadapan putrinya, Masayu.

Masayu yang melihat ibunya ambruk pun langsung menelepon ambulans, seperti yang sudah diajari oleh Azhari dulu. Anak kecil yang baru berusia sekitar tujuh tahun itu melihat ayahnya sendiri sedang dalam kondisi berantakan, dengan seorang perempuan asing di sana yang sibuk mengenakan pakaiannya.

Saat ambulans datang semua sudah terlambat. Masayu kecil yang tidak paham apa-apa hanya diam sembari mendekap adik kecilnya, Juan.

Masayu ingat kalimat terakhir yang ibunya ucapkan sebelum tiada.

“Jangan membenci Papa kalian, ya.”

.
.
.
.
.
.
.

“Semua orang berhak bahagia. Termasuk kalian.”

***

Bersambung....

END || Reckless [18+]Where stories live. Discover now