Bab [70] Arini and Deep Regret

559 52 2
                                    

Annyeong, Yeorobun💜
Semoga Allah memberkati kalian dengan kesehatan dan rezeki berlimpah, aamiin💜

.
.
.

Hampir satu bulan gak, sih, gue gak update ini cerita? Hehe, maaf :)

Tapi tenang. Cerita ini bakal tetep lanjut sampai tamat. Gue jarang update karena sibuk kuliah PPG yang ternyata sangat membuat stres :) padahal baru semester satu •́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

Bentar lagi tamat, yang sabar aja.

.
.
.

Selamat membaca💜

Semua sudah terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua sudah terjadi. Yang tersisa adalah penyesalan. Tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali bertahan melawan rasa bersalah. Bukankah manusia memang suka seperti itu? Membuang waktu untuk beberapa hal yang sebenarnya percuma. Kemudian pada akhirnya akan menyesal dan mulai menyalahkan keadaan.

Akibat termakan ego dan asumsi sendiri, seseorang mampu malih rupa menjadi sosok monster bagi orang lain. Menghalalkan segala cara atas nama pembalasan atas ketidakmampuan. Dunia memang kejam, tetapi manusialah yang menjadikannya seperti itu. Yang membentuk asumsi adalah manusia sendiri. Pun yang mempercayainya adalah manusia. Yakin atas asumsi yang entah sejak kapan dianggap sebagai kebenaran. Entah kebenaran atau pembenaran yang diributkan.

“Kalau ini cara yang kau bicarakan dulu, kau bodoh, Royan.”

Jauh-jauh dari Surabaya ke Ngawi untuk menyapa gundukan tanah merah yang mengubur mantan suaminya. Perempuan dengan gamis dan kerudung serba hitam tengah duduk diam menatap nanar malam di depannya. Makam dengan nisan bertuliskan nama Royan Mahendra Atmajaya, sang mantan suami yang sangat mencintai dirinya.

“Aku yang berdosa, tetapi kenapa kau tetap membelaku sampai seperti ini?”

Isak tangis itu kembali terdengar. Setelah sekian lama, akhirnya air mata yang ditahan pun luruh juga. Kalau mengingat bagaimana cara Royan menunjukkan rasa cintanya, Arini merasa sangat berdosa. Dia telah mengabaikan pria dengan cinta setulus Royan. Dia menyia-nyiakan ketulusan yang ditawarkan Royan untuknya. Sungguh bodoh.

Semua orang adalah pemeran utama atas kisah hidup masing-masing. Pun seperti penokohan dalam sebuah cerita fiksi, pasti ada yang namanya pemeran utama atau protagonis dan peran yang berlawanan dengan protagonis, yaitu, antagonis. Ketika semua orang terus menganggap bahwa antagonis adalah tokoh yang selalu memiliki sifat jahat, pada kenyataannya berbanding terbalik dengan fakta.

Protagonis adalah peran utama yang belum tentu baik. Begitu juga dengan antagonis. Dia hanya tokoh yang bertentangan dengan tokoh protagonis. Yang artinya adalah tidak semua antagonis bersifat jahat.

END || Reckless [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang