Si Raja iblis

5.4K 528 19
                                    

Aku mengucek mata, saat sebuah gedoran pintu memenuhi ruangan

"Yang mulia" teriak Lily dari luar. Aku segera mengusap iler yang hampir menetes, dan membuka pintu

"Ya ada apa?" Tanyaku seraya menguap, tentu saja sangat lelah. Apalagi setiap pagi harus menerima kenyataan jika aku pindah dimensi. Berat rasanya, beruntung aku tidak gila

"Yang mulia raja meminta anda segera menemuinya" ucap Lily, aku menghela nafas "tidak bisa kah dia membiarkan ku hidup tenang, sehari saja" gumam ku kesal.

Lily mengerutkan keningnya saat mendengar gumaman ku, aku menggeleng kan kepala "lupakan saja. Katakan padanya aku akan segera menemuinya" ucapku di angguki oleh Lily

Aku segera memasuki kamarku, dan mandi. Aku tidak ingin membantahnya untuk sekarang, karena hidup ku ada di tangan si iblis itu

Saat sedang berendam di air hangat, mataku melihat gelang yang masih terlingkar di pergelangan tanganku. Gelang dengan hiasan jam, yang sangat antik

'jika di pikir pikir. Aku kesini saat bertemu sang nenek yang memberikan ku gelang aneh ini. Apa semua kejadian prik, diakibatkan gelang jadul ini?' batinku mencoba melepaskan gelang itu, namun nihil sama sekali tidak terlepas

" AISH LEPAS GK LEPAS" kesal ku menokok nokok jam itu sekuat mungkin. Tapi nihil gelang itu tak bergerak sama sekali, bahkan tidak rusak

Aku segera meraih sabun dan mengoleskan nya pada tanganku, tapi ntah mengapa gelang itu mengecil dengan sendirinya

Aku menghela nafas, tangan ku sudah mulai lecet. Tetapi gelang tak berpindah sama sekali, akhirnyaa aku pasrah menghela nafas panjang.

Setelah keluar dari kamar mandi, tubuhku segera di balut dengan gaun.

"Yang mulia, sepertinya tiara milik anda masih tersimpan di ruang khusus. Saya permisi mengambilnya dahulu" izin lily, aku hanya mengangguk kan kepala sebagai jawaban 'iya'

Saat sedang bercermin, tiba tiba seseorang memanggil ku. Bukan Elisha tapi Anastasia, nama asliku

" Anastasia" aku segera membalikkan badan melihat asal suara, betapa kagetnya aku saat melihat nenek yang ku temukan di bus

"Astaga" ucapku memegang dadaku yang berdetak kencang

"NENEK? nenek yang kemaren ngasih aku jam kan? Kenapa nenek bisa berada di zaman ini?" Tanyaku heran

Dia tersenyum "karena aku lah pemilik zaman ini" ucapnya

Aku mengerutkan kening bingung, "jadilah ratu disini, pecahkan segala permasalahan. Terutama selidiki Kematian ratu Elisha. Karena itulah jalan satu satunya kau pergi dari zaman ini" ucap nya

Ceklek

Sebuah bunyi pintu terbuka, membuat ku mengalihkan pandangan ke pintu itu

" Yang mulia ratu, ini saya sudah temukan tiaranya" ucap Lily, aku segera kembali melihat sang nenek. Namun sudah tidak ada, 'astaga kenapa istanah ini horor sekali. Apa karena raja itu sudah membunuh banyak orang? Jadi istanah ini angker?' batin ku memegang bulu kuduk ku yang berdiri

Lily segera memasangkan Tiara di kepalaku, tetapi kata kata sang nenek masih terngiang ngiang di kepalaku. Seperti sindrom pipo yang sedang viral

"Yang mulia? Anda kenapa? Apakah baik baik saja?" Tanya Lily sembari menatapku khawatir, aku mengangguk

"Ya, aku baik baik saja. Aku hanya berfikir, harus berbicara apa lagi jika berhadapan dengan yang mulia" ucapku berbohong

Lily tersenyum "mungkin yang mulia ratu akan meragukan nya, tapi sebenarnya yang mulia raja itu baik" ucap Lily tanpa beban dan dosa

Aku menatap nya heran 'orang baik? Astaga seperti nya Lily sudah terlalu tertekan sampai tidak bisa membuka mata dan melihat dunia yang sebenarnya. Mana ada orang baik yang bisa menebas kepala manusia tanpa dosa' batin ku sembari menatap Lily miris, mana dia masih muda

~~~'''~~~

Aku menatap raja di depan ku dengan sinis, ingin rasanya aku mencekik nya sekarang. Ah..tidak aku masih ingin hidup, aku tidak ingin berakhir dengan kepala dan badan pisah

" Sudah dapat bukti?" Tanya nya dengan nada sombong, aku menggeleng kan kepala. Iya mengambil teh dengan elegan dan meminumnya

Dia tersenyum sinis "jika bukti itu tidak segera kau temukan ak_"

"Aku akan membunuh mu? Iya? Jujur saja aku bosan dengan kata kata itu. Kau tau, aku bahkan selalu terngiang-ngiang soal kata membunuh. Sampai tidak bisa tidur" protes ku

"Lihat ini" ucapku menujuk kantong mataku, "aku seperti orang sekarat" lanjutku

Dia menghela nafas, "kau tau tujuan ku memanggil mu?" Tanya nya, aku menggeleng kepala seperti orang bodoh yang sudah pasrah dengan garis takdir hidup

Dia menunjuk ke arah lapangan, dimana para prajurit berlatih pedang

"Iya, mereka tampan" ucapku mengangguk setuju

"Bukan itu" ucapnya, aku mengerutkan kening bingung "lalu?"

" Kau berlatih pedang" ucapnya, membuat ku membulatkan mata "aku?" Ucapku menujuk diriku sendiri, di angguki raja itu tanpa dosa

" No! Very no! Kau tau? Ibuku merawat ku penuh kelembutan dan kasih sayang seperti anak emas. Walau akhirnya aku menjadi beban. Tapi! Jika ibuku tau, aku tidak akan di bolehkan" protesku

Dia menatap ku "siapa ibumu? Aku bisa meminta izin ke dia secara langsung"

Aku menggeleng "tidak akan bisa"

"Jika begitu, turuti perkataan ku. Karena hidup mu Sekarang ada di tanganku. Bukan ibumu" ucapnya tanpa beban

Anastasia memutar bola matanya malas, "yaa memang, di zaman ini kau yang menjamin hidup ku. Tapi jika di zaman ku ibu ku lah yang menjamin hidupku. Kau? Tidak ada apa apanya" ucap ku meneguk tehnya secara bruntal

"Eh kuyuk" panggil ku pada pria di hadapan ku. Pria itu mengerutkan keningnya "ku--yuk? Apa itu?"

Aku memutar bola mata malas, berbicara dengan orang di zaman ini memang susah.

"Lupakan saja, aku ingin bicara serius neh. Bukan kah orang yang membunuh bini lu tu dia pakai ramuan tanaman?" Tanya ku, raja itu mengangguk kan kepalanya sembari meneguk teh

" Kalau begitu, bagaimana kalau kita ketaman itu? Bisa saja ada petunjuk disana" ucap ku, iya tampak berfikir. Pasti di dalam hatinya lagi memuji otak ku yang pintar kaya Albert Einstein ini

"Baiklah, tapi kau tidak berniat untuk mencuri tanaman untuk membunuh ku kan?" Tanya nya penuh selidik

"Ah kau tau saj--tentu saja tidak lah. Aku ini anak baik, ratu mu itu bukan aku pembunuhnya tau!" ucap ku sambil cengar cengir bangga

"Wajahmu mengerikan" ucapnya

"Kau tidak ngaca, wajah mu jauh mengerikan" ucap ku, gila kali ya wajah gue yang kaya angez mo di bilang ngeri? Katarak mata ni raja

"Ayolah, kau malah masih asik aja nyeruput teh. Udh lah tu" ucapku, dia pun meletakan minumannya dengan sok anggun cyeek ileh

"Sabar, kau tidak sabaran sekali" ucapnya sambil memanggil pengawalnya untuk mengambilkan kunci taman telarang

Aku mendengus, tentu saja tidak sabar aku kan ingin keluar dari kerajaan jahanam ini

Bersambung

Fake Queen (End)Där berättelser lever. Upptäck nu