Aku seorang bidadari

2.7K 317 6
                                    

Di perjalanan, petter terus menatap ku dengan was was. Membuatku menghela nafas tidak nyaman, "aku tau aku cantik, kau tidak usah menatap ku begitu" ucapku dengan bangganya.

Dia langsung mengalihkan pandangannya "nona, kau ini sebenarnya apa?" Tanya nya. Aku terkekeh, menatapnya dengan smirk membuat pria itu menatap ku takut.

Aku mendekati nya, "kau yakin ingin tau aku siapa?" Tanyaku. Dia mengangguk takut, astaga seru sekali menjahili pria polos kaya gini.

Aku mendekat kan wajahku, "sebenarnya aku ini seorang-- bidadari" ucapnya berbisik di telinganya. Membuat nya tersentak kaget, "benarkah?" Tanya nya. Membuat gelak tawaku pecah seketika

"BWHAHAHAHA ASTAGA TENTU SAJA TIDAK"ucapku saat melihat wajah kaget polosnya, aku tertawa sambil memegangi perutku.

Dia hanya mendengus, "sepertinya nona ini sudah gila karena ketemu tuan tadi" gumamnya. Membuat tawa ku berhenti "apa kau bilang?" Tanyaku sinis

Dia menggeleng "tidak nona, saya tidak berkata apa apa" ucapnya menggeleng panik. Mungkin dia takut tiba tiba aku tersinggung, lalu minggat dari penginapan emaknya

"Aku dengar kau mengatakan sesuatu" ucapku menatapnya penuh selidik, pria itu kembali menggeleng "tidak nona, itu hanya nafas saya" ucapnya sambil berjala Menghindari ku "woi! Mana mungkin nafas lu bernada" kesalku menyusulnya

Sampai di tengah perjalanan, ingin sampai kami melihat rose yang sedang menangis tersendu sendu

"Rose?" Ucap petter menghampiri anak itu, dan aku mengikutinya.

"Ada apa?" Tanyaku pada rose, gadis itu menatap petter, "Papa, hiks ibu rose hiks. Ibu rose bangunin gk mau bangun" Isak gadis itu memeluk kaki petter

Aku menatapnya petter kaget, rose anak petter?

Petter langsung berlari ke rumah rose, sedangkan aku memutuskan untuk menggendong rose yang masih menangis dan mencoba menenangkannya

"Rose tenang ya sayang, ibu rose gk akan kenapa napa" ucap ku sambil mengelap air bening yang terus jatuh di pelupuk mata gadis itu.

Rose mengangguk dan memelukku, aku pun menepuk punggungnya pelan. Pasti rose sangat syok melihat keadaan ibunya.

Namun tak lama perut ku terasa lapar, hari memang sudah mulai gelap. "Rose udh makan?" Tanyaku, anak itu menggeleng.

"Rose kita makan yuk" ajakku membawa rose ke salah satu tempat makan. Aku dan rose memakan makanan itu bersama dengan lahap. Namun rose memandangi wajahku, membuat ku mengerut kan kening dan menatapnya "kenapa? Rose gk suka makanan nya?"-tapi abis

Dia menggeleng "bukan itu, tapi rose ngerasa Tante, seperti Tante peri"

Heh? Tante? Tante banget ini? Harus Tante banget? Muka gue sebaby face ini di panggil Tante? Harusnya panggil dedek kek, atau setidaknya kakak

Aku tersenyum kikuk, "rose panggil aku sister peri, my is sister peri" ucapku sambil tersenyum

Rose mengangguk paham "oke, suster peri"

Sekalian aja suster ngesot

"Karep mu rose" gumam ku, gadis itu justru memasang muka polos tanpa dosa. Aku menghela nafas.

Namun kemudian mataku tertuju pada cincin rose yang seperti nya tidak asing. Ntahlah aku pernah liat dimana

Seusai makan aku dan rose bergandengan tangan berjalan menuju rumahnya. Soswit buhkan kami, berjalan sambil gandengan, aww

Gini amat gue jadi jomblo, gandengannya sama bocil. Saat berjalan menuju rumah rose, tak lupa aku membeli baju untukku maupun rose

Tak lama sampailah kami di rumah rose, saat masuk kedalam rumah rose memang kecil, namun tampak bersih. Tapi sepertinya rumah nya kosong

Mata rose kembali berkaca kaca "suster ibu kenapa gk ada?" Tanya nya. Aku menghela nafas, dan menggendong rose "mungkin ibu rose lagi di obatin. Biar sister temeni rose bobo ya" ucapku, gadis itu mengangguk polos

Aku pun berjalan ke arah kasur jerami, menaruh rose dan ikut berbaring

"Sekarang rose bobo, udh malam" ucapku memperlihatkan langit yang gelap

Gadis itu memejamkan matanya, namun kembali terbuka. Ia menggeleng "gk bisa suster, rose kepikiran ibu" ucapnya. Mungkin rose memang sangat khawatir pada ibunya

Aku menghela nafas "yaudah sister bacain dongeng" rose kembali mengangguk

"Jadi suatu hari ada seorang gadis yang mengerjakan sesuatu yang di perintahkan gurunya. Namun gadis itu ketiduran dan masuk ke zaman yang gk dia ketahui, dan dia mengalami petualangan, dan bertemu dengan seorang--" ceritaku terhenti saat melihat rose sudah tertidur pulas. Senyuman terukir di wajahku, aku mengelus rambut rose pelan "tidur ya, semoga kamu mimpi indah" ucapku lalu mencium kening rose sekilas.

Setelah itu aku keluar dari rumah itu, menatap malam yang gelap bertabur bintang. Tak lama petter datang, dengan tergesa gesa "astaga nona, maafkan saya meninggalkan anda tadi" ucap petter menundukkan kepalanya beberapa kali

Aku hanya tersenyum kikuk, "astaga, gk usah gitu. Santai aja brody" ucapku sambil terkekeh.

"Boro--dy?" Bingung petter

"Lupain" ucapku, petter mengangguk. Aku kembali menatap petter "oh iya, ternyata rose anak mu?" Tanyaku

Petter menggeleng "tidak, dia anak temanku. Tapi sudah menganggap ku seperti ayahnya, karena--ayahnya sudah lama menghilang" ucap petter

Aku mengangguk paham, kasian sekali bocah seperti rose harus menghadapi banyak kesulitan.

"Bagaimana keadaan ibu rose?" Tanyaku, petter mengulas senyumnya "ibu rose baik baik saja, dia hanya kelelahan" ucap petter

Aku bernafas lega "syukurlah"

"Oh ya petter kau jaga rose, aku akan pulang ke penginapan" ucapku sambil meregangkan otot ototku.

"Dan ini makanan buatmu" ucapku menyerahkan makanan yang ku beli tadi, petter mengangguk dan mengucapkan terimakasih

Aku memegang bahu petter, "jika rose kenapa Napa, hilang nyawa mu" ucapku tajam, membuat petter panik sendiri

Membuatku terkekeh "bercanda, tapi jika benar rose kenapa Napa. Aku akan menghukum mu Loh" ucapku

Petter mengangguk, "baik nona"

Aku pun berjalan menuju penginapan, rasanya sangat lelah. Tapi aku harus menyusun strategi agar tanah itu jadi milikku. Ntahlah bagaimana caranya, tapi apapun itu akan ku lakukan

Tanah itu kan bukan hak si kumis lele, tapi itu hak warga. Pemimpin biadap, apanya kesayangan kaisar bahkan saat perjamuan dia tidak di undang.

Menyedihkan, halunya terlalu tinggi aku jadi khawatir jika dia gila lalu tingkahnya makin meresahkan. Setengah gila aja sudah kaya gitu, gimana kalau gilanya full pasti sangat meresahkan warga.

Saat sampai penginapan, aku mengatakan pada ibu dari petter. Bahwa anaknya sudah aku suru jadi Babysitter, tentu saja aku mengatakan nya dengan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti. Kaya gini "anak lu gue suru jadi babysitter noh buat jagain rose" tapi pemilik penginapan cuman "ha?ho?ha?ho?"

Yaudah, gue langsung masuk kamar aja, gue tinggal turu. Capek jelasin sama orang lemot, astaga gk boleh gitu dosa gue makin banyak lah ini

Aku pun merebahkan tubuh di tumpukan jerami, lalu memejamkan mata. Rasanya kantuk mulai menyerang.

Mataku perlahan tertutup, memasuki alam mimpi yang ntahlah. Bisa saja buruk dan bisa saja baik, atau keduanya dimana mimpi gue gk nyambung. Dari tempat A tiba tiba langsung ke Z. Tapi jujuly ada yang aku heranin, kenapa disaat mimpi buruk mau bangun susahnya minta ampun kaya harus berjuang mati Matian buat bangun. Tapi kalau mimpi bagus, apalagi saat golden scene nih, langsung kebangun.

Tapi gpp, saya Anastasia tetap menyukai tidur. Detik terus berjalan, menit pun berganti dengan menit, dan tanpa sadar jam pun berganti dengan jam

Bersambung

Fake Queen (End)Where stories live. Discover now