Lembar Ke-Delapan

1 0 0
                                    

Dunia ini selalu dipenuhi kabar buruk, anakku. Agar semua ornag menyadari, ada banyak kabar baik yang akan datang setelahnya.
-Tere Liye

Before

“kenapa Ayah bilang sama Aksa aku sering pulang malam?”
“Ayah tidak ada bilang ke Aksa. Ayah cuma bilang kalau kamu sering pulang terlambat, itu saja.“

Aku tak dapat menanyakan hal lain lagi.
Karena apa yang dikatakan Ayah adalah hal benar.
Dan entah sejak kapan, mulai saat itu Aksa selalu bersamaku saat pergi atapun pulang sekolah.

✨✨

Kabar aku yang sering naik motor bersama Aksa “five top cowo terkeren di sekolah” tersebar.

Tentu saja hal tersebut membuatku sangat tidak nyaman.

Saat aku memasuki kelas, terlihat Reva yng sudah menyapaku.

“hai Kayra” sapanya
“hai..” Sapaku tak bersemangat
“kamu kenapa Kay?” Tanyanya sambil menarikku ketempatku.

Aku hanya terlalu lelah hari ini. Tadi malam aku begadang karena harus menyelesaikan gambaranku yang akan di kumpul besok.

Dan karena itulah aku menemukan Ayah berdiri di depan kaca toilet, terlihat kelelahan.

“Ayah.. Sedang apa?” Tanyaku bingung.
Ayah terkejut melihatku masih bangun di waktu selarut ini.

Seketika ia langsung menutupi sesuatu di wastafel seakan tak ingin aku melihatnya namun aku sudah melihatnya.

“Ayah sakit?”  Tanyaku lalu langsung melihat kearah wastafel memastikan penglihatanku.

Saat aku membukanya yang Ayah tutupi aku menemukan banyak darah disana.

“Ayah sakit? Kenapa ga bilang ?” Tanyaku lalu segera memeriksa keadaan Ayah.

Saat itu kusadari bahwa wajah Ayah lebih pucat dari biasanya, bahkan Ayah yang tak pernah lupa makan terasa lebih kurus.

Aku segera membawanya ke ruang tengah mengajaknya duduk, lalu menyiapkan air hangat untuknya.

Ayah terlihat syok karena mengetahui aku terkejut akan hal itu.

“Ayah udah periksa ke dokter?” Tanyaku. Ayah mengangguk.

“Ayah baik-baik saja Kay.. Kamu tidak usah khawatir” jawabnya.

“Ayah, ga usah menutupi banyak hal di belakang Kayra. Kayra tau Ayah sakit, hanya saja Kayra menunggu Ayah memberitahukannya pada Kay. Tapi tuhan baik, akhirnya aku melihatnya.”

Sebenarnya kau sudah menyadari bahwa Ayah belakangan ini terlihat kurang sehat. Hanya saja terkadang beliau menutupi hal tersebut.

Dari beliau yang sering batuk padahal Ayah jarang batuk, banyak berkeringat, bahkan terlihat lebih kelelahan dari biasanya.

Tapi aku tak pernah memiliki kesempatan untuk mengatakannya karena Ayah selalu menutupi hal tersebut dengan baik.

Dan aku harus tetap terlihat tegar, toh ini bukan pertama kaliku merawat orang sakit.

“jadi Ayah sakit apa?” Tanyaku lagi.

Ayah tidak menjawab beliau hanya terdiam.

Aku langsung memegang erat tangannya meyakinkannya.

“Ayah sakit apa? Aku ingin tahu.. Agar aku bisa merawat ayah lebih baik lagi…” ucapku hampir meneteskan air mata.

Ayahku juga terlihat sedih. Dan tak lama beliau menangis.

“maafkan ayah Kay... Ayah terkena penyakit kanker hati entah sejak kapan. Sehingga membuat Ayah menjadi seperti ini” tangis ayah lagi.

Ayah sudah tak mampu melanjutkan kata katanya, karena beliau melihatku menangis tersedu-sedu.

Dan malam itu aku mendapatakan kabar buruk yang sama lagi.

✨✨

Me RN

Me RN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GUARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang