Lembar Ke-Sebelas

1 0 0
                                    

"Hal yang hebat tentang sahabat sejati ialah mereka membawa energi baru ke dalam jiwamu."

Before

Ayah dinyatakan gagal melaksanakan operasinya walaupun sudah mendapatkan hati baru, karena kanker itu sudah menggerogot tubunya terlebih dahulu.

Rasanya duniaku hilang, tak ada lagi orang yang akan merawatku di dunia ini, karena ayah sudah pergi selamanya di panggil tuhan.

✨✨

Beberapa bulan kulewati seperti berlalu begitu saja.

Aku masih sedih berkepanjangan, orang tua ku sudah tidak ada. Berhari-hari aku menangis kencang semenjak kepergian ayah.

Bahkan aku hampir membunuh diriku sendiri karena semuanya terasa berat.

Untungnya saat itu tanteku yang berada di luar negri merawatku beberapa minggu dan memberikan kekuatan padaku.

Serta keluarga Aksa yang sudah ku kenal sejak aku balita. Mereka tak pernah membuatku merasa kesepian.

Tante Lia menjelaskan beberapa hal padaku terkait harta warisan dan kehidupanku selanjutnya.

Bagaimana nanti, karena beliau sangat berharap aku tetap hidup walau bagaimanapun.

Mengingatkan ku dengan mimpi-mimpiku yang banyak belum tercapai dan kematian adalah takdir Tuhan sehingga aku tak dapat melawannya.

Aku mengingat perkataan terakhir ayahku sebelum memasuki ruang operasi bahwa aku harus tetap kuat apapun yang terjadi.

Bahwa Tuhan selalu mendengarkan doa hambanya, dan jangan bersedih karena kebahagiaan akan datang, bagaimana pun caranya dan waktunya.

Aku terkadang masih menangis namun beruntunya mama Elina, ibu Aksa selalu di sampingku bahkan memintaku untuk pindah ke rumahnya saja.

“halo Kayra!” Tiba tiba terdengar suara ketukan dari pintu belakang.

Baru saja kupikirkan orangnya, beliau sudah muncul di depanku.

“Kayra sudah makan?” Tanya beliau.
Aku hanya mengangguk lemah, berbohong.

Walau aku sudah mengangguk beliau tetap mengajakku kerumahnya, mengajakku makan malam bersama keluarganya.

Disana ada ayah, adik, serta Aksa berkumpul di tempat makan. Mereka berbincang sambil makan. Aku bergabung dan duduk di sebelah Aksa.

Keluarga mereka sangatlah baik padaku seakan aku benra-benar tak merasa sendirian dirumah lagi.

“kaka Kayra katanya bisa gambar ya? Bisa ajarin Dirga buat gambaran ngga?” Ucap anak sepuluh tahun itu.

Aksa langsung menimpali “Kayra sibuk” balasnya.

“aku kan ga ngomong sama kamu. Aku ngomong sama kak Kayra”
“bagaimana kak Kayra? Apakah kak Kayra bisa?” Tanya Dirga dengan nada imut.
“tentu saja aku bisa, nanti kakak akan ajarkan deh sampai Dirga bisa” ucapku.

Dan begitulah pada akhirnya obrolan di meja makan rumah Aksa terus mengalir.

Sekarang kami sudah berada di pertengahan semester ganjil dan sebentar lagi ujian tengah semester.

Masing-masing dari kami mulai bersiap untuk ujian. Reva yang awalnya kulihat jarang belajar mulai meminta penjelasan materi ke murid yang lain.

“Kayra kamu mau belajar di café belajar ngga hari ini?” Tanya Reva padaku.

“aku belum tau Reva, karena aku harus rapat di ruangan club dulu hari ini. Tapi kalau kamu mau menunggu mungkin bisa.” Ucapku.

“oke aku akan nunggu di depan ruang ya! Lagipula aku juga ingin melihat seseorang disana hehe” ucap Reva tiba-tiba.

Aku mengeryitkan dahi, “kamu lagi suka sama seseorang ya Rev? “ tanyaku.

“ya gitu deh! Nanti aku akan cerita saat di café belajar deh!”
“oke!” Aku yang penasaran jadi menyetujuinya juga.

✨✨

Me and Reva💜💙💚💛🧡❤️🤎🖤

Me and Reva💜💙💚💛🧡❤️🤎🖤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
GUARDIANWhere stories live. Discover now