MAS ANGGA 20

2.7K 113 0
                                    

Faza mengangkat kepala dari lipatan tangannya di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Faza mengangkat kepala dari lipatan tangannya di atas meja. Kedua matanya menatap seisi kelasnya yang cukup sepi. Hanya ada beberapa laki-laki teman kelasnya yang tengah bermain game online di belakang kelas. Satu-satunya perempuan yang ada di dalam kelas adalah dirinya.

Hari ini perlombaan dalam rangka menyambut ulang tahun sekolah telah dimulai. Namun, untuk hari ini baru dua cabang perlombaan yang dimulai. Lomba menyanyi serta pertandingan basket antar kelas. Faza yang sama sekali tidak tertarik untuk menonton memilih untuk tidur saja di kelas.

Sebenarnya tadi Lani sempat memaksanya untuk ikut, tapi karena ia sudah terlanjur memejamkan mata maka Lani menyerah untuk mengajaknya. Hingga dirinya saat ini hanya bisa mendengar suara teman-temannya yang tengah bermain game di belakang kelas. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk mengisi rasa bosannya. Jika pun hendak menyusul teman-temannya, ia bahkan yakin jika akan semakin bosan di sana.

Bukan apa-apa, dirinya memang tidak tertarik untuk menonton sebuah pertunjukan seperti menyanyi atau bahkan pertandingan seperti basket yang kata Lani banyak pemainnya yang ganteng. Ia tidak peduli akan hal itu. Sekali tidak suka ya tidak suka, itu yang ia selalu katakan pada Lani.

Ketika hendak kembali melanjutkan tidur, suara seseorang yang terdengar dari pintu kelas membuat gadis itu mengurungkan niatnya. Matanya menatap ke arah dua orang yang baru saja memasuki kelasnya sambil mengucapkan salam tadi. Rian, laki-laki itu berjalan ke belakang kelas mendekati para laki-laki yang langsung menoleh kepada ketua OSIS itu.

“Permisi temen-temen gue. Boleh gak kalo kalian mabarnya di luar kelas? Intinya jangan di kelas gitu. Takutnya ntar ada guru yang patroli keliling kelas dan kalian malah dihukum.” Ucapan Rian mampu membuat perhatian para laki-laki itu teralihkan.

“Main di kantin boleh?” tanya Ridho yang membuat Faza lantas menoleh pada temannya itu.

“Boleh. Lo mau main di lapangan voli juga boleh,” jawab Rian santai.

“OSIS gak bakal ngerazia 'kan? Ntar kita main di kantin malah tiba-tiba digeruduk sama anak buah lo.” Irwan ikut bersuara.

“Gak, santai aja. Gue cuma gak mau aja ntar ada laporan dari guru kalo ada yang cuma di kelas main game doang. Soalnya abis ini kelasnya bakal gue kunci juga. Jadi buruan cabut ya teman-teman, terima kasih.” Laki-laki yang semula berkumpul di belakang kelas tadi mulai berdiri dan meninggalkan kelas.

Sedangkan Faza yang sejak tadi menyimak masih diam di tempatnya. Semua temannya sudah keluar, tapi ia seakan malas hanya untuk bangkit berdiri. Jadi, ketika tatapan Rian tertuju ke arahnya ia hanya diam.

“Faza, kawanku yang cantik. Keluar yuk, nanti gue kunciin loh di sini sendirian.”

Mendengar ucapan Rian yang terkesan alay, Faza mendengkus kemudian malah kembali menjatuhkan kepalanya di atas lipatan tangannya. Decakan kesal bisa Faza dengar yang ia yakini berasal dari Rian.

Mas Angga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang