MAS ANGGA 28

2K 103 0
                                    

Pagi ini Faza disibukkan dengan kegiatan di dapur sejak waktu menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi ini Faza disibukkan dengan kegiatan di dapur sejak waktu menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit. Tak banyak yang ia lakukan sebenarnya, hanya memasak bubur serta lauk yang tidak sulit untuk dimasak. Hampir tiga puluh menit berkutat di dapur, makanan yang ia masak akhirnya matang. Gadis itu kemudian berjalan menuju ke kamar Tama yang masih tertutup sejak tadi.

Setelah mengetuk dan mendapat jawaban singkat dari dalam, Faza akhirnya masuk. Dilihatnya Tama yang masih bergelung dengan selimutnya dan hanya kepala saja yang terlihat. Wajah laki-laki itu masih terlihat agak pucat, meski sudah lebih baik daripada kemarin.

“Sarapannya mau aku bawa ke kamar aja?” Gadis itu bertanya ketika sampai di dekat ranjang Tama.

Laki-laki itu tampak menggerakkan kepalanya untuk menatap Faza yang berada di sampingnya. Kedua matanya mengerjap pelan sebelum menjawab pertanyaan istrinya.

“Di meja makan saja, nanti saya ke sana,” jawabnya dengan suara lirih.

Setelah mendapat jawaban dari Tama, Faza lantas keluar dari kamar dan menyiapkan bubur yang ia masak tadi ke dalam mangkok untuk Tama makan nanti. Ia juga menyiapkan obat serta air putih di samping bubur yang telah ia tutup agar tidak dihinggapi lalat nantinya. Hampir pukul setengah tujuh Faza baru meninggalkan apartemen untuk berangkat ke sekolah. Tama yang memang masih sakit ia tinggal sendirian di kamarnya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, siswa yang ikut menjadi penanggungjawab acara puncak ulang tahun sekolah memang selalu mendapat jatah libur tambahan satu hari di hari Senin setelah pentas. Namun, hal itu tidak pernah mendapatkan protes dari siswa lain karena memang menjadi penanggungjawab serta panitia acara puncak sangat berat. Tak sedikit siswa yang akan langsung menolak jika ditawarkan untuk menjadi panitia acara puncak karena pasti akan sangat berat tugasnya.

Oleh karena itu, Faza langsung pergi setelah menata sarapan untuk suaminya di meja makan. Laki-laki itu tak memerlukan surat izin untuk ketidakhadirannya hari ini ke sekolah.

***

Tama baru keluar dari kamarnya hampir dua jam sejak Faza keluar dari kamarnya tadi. Dengan langkah pelan tanpa semangat, laki-laki itu menuju ke kamar mandi sebelum akhirnya mendudukkan dirinya di meja makan. Satu mangkok bubur serta obat dan air putih telah tersedia di atas meja makan.

Bibirnya mengulas senyum tipis melihat hal itu. Meski sudah dingin, ia tetap menyantap bubur yang ia yakini adalah hasil masakan istrinya itu dengan kuah sayur yang juga telah disiapkan. Tidak buruk, bahkan terasa lebih enak daripada bubur yang kemarin ia makan saat sarapan.

Setengah mangkok bubur yang disiapkan oleh Faza kini telah berpindah ke dalam perut Tama. Laki-laki itu kemudian meminum obat yang terletak tepat di samping bubur tadi dengan bantuan air putih. Setelah itu, dirinya hanya duduk diam di sana tanpa niat untuk berpindah tempat.

Pikirannya tiba-tiba saja memutar ulang kejadian kemarin pagi ketika dirinya yang baru saja bangun tidur dan berniat untuk shalat subuh malah merasakan pusing yang luar biasa. Setelah memaksakan diri untuk menunaikan kewajibannya itu, ia kembali ke ranjang dengan keadaan tubuhnya yang semakin lemah. Bahkan untuk membuka mata saja terasa sangat berat. Padahal, malam sebelumnya setelah ia pulang dari sekolah tubuhnya masih terasa baik-baik saja.

Mas Angga✔️Where stories live. Discover now