MAS ANGGA 45

1.6K 78 0
                                    

Senyum di wajah Tama mengembang sempurna saat merasakan belaian lembut tangan Faza di kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum di wajah Tama mengembang sempurna saat merasakan belaian lembut tangan Faza di kepalanya. Laki-laki itu bahkan sesekali memejamkan matanya saat tangan kanan Faza membelai kepalanya dengan sangat lembut. Gadis itu juga sesekali akan memainkan rambut Tama yang sudah mulai memanjang.

Mereka saat ini sedang berada di ruang tengah. Tama yang duduk di atas karpet sedangkan Faza duduk di sofa tepat di belakang laki-laki itu. Pandangan Faza sejak tadi tak lepas dari layar televisi yang saat ini menayangkan sebuah film romansa dalam negeri. Sedangkan Tama sibuk dengan ponselnya sejak tadi.

Bukan tanpa alasan Faza mau membelai dan mengusap kepala Tama seperti saat ini. Tadi, gadis itu hanya berniat membersihkan rambut Tama yang terkena remahan biskuit yang ia makan, tapi saat akan mengangkat tangannya tiba-tiba saja Tama menahannya. Mengatakan jika laki-laki itu merasa nyaman jika kepalanya diusap lembut.

Faza awalnya enggan, karena permintaan Tama yang sangat mendadak itu nyatanya berhasil membuat jantungnya kembali bekerja ekstra untuk memompa darah. Namun, melihat wajah wajah kesal Tama dengan decakan dari mulutnya ketika menoleh ke belakang, sisi hati Faza menjadi tak rela.

Kalian tidak salah baca. Tama memang tadi sempat merasa kesal karena Faza menolak permintaannya. Laki-laki itu sampai berbalik hingga tubuhnya menghadap ke Faza untuk menunjukkan wajah kesalnya. Bahkan hingga sekarang pun Faza masih tak percaya jika Tama bisa melakukan hal tersebut.

“Kamu sudah memutuskan ingin melanjutkan ke mana nanti?”

Pertanyaan dari Tama membuat Faza mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Usapan tangannya di kepala Tama pun kini terhenti. Gadis itu menatap rambut Tama yang beberapa helainya masih berada di sela-sela jarinya.

“Aku … belum tau.” Jawaban dengan nada ragu itu berhasil membuat Tama membalikkan tubuhnya.

Laki-laki itu kini duduk menghadap Faza. Tangan Faza yang semula masih bertengger di tangannya terjatuh begitu saja karena gerakan mendadak darinya. Ia masih memperhatikan Faza yang tatapannya kini tertuju ke bawah dengan kepala sedikit menunduk.

“Kamu … belum tau akan melanjutkan ke mana?” tanya Tama lagi yang langsung diabalas dengan gelengan kepala oleh istrinya.

“Kenapa?” Suara Tama kini terdengar pelan.

“Aku kepikiran, apa kalau aku kuliah nanti bukan malah semakin membuat ayah kesulitan? Sekarang aja, untuk biaya sekolah yang tinggal beberapa bulan aku pakai uang tabungan dan beberapa kali dikasih kamu. Nanti kalau aku lanjut kuliah, biaya dari mana untuk memenuhi kebutuhan selama itu? Apa nggak membuat ayah semakin kesulitan nantinya?” Tama terhenyak mendengar penjelasan Faza.

Astaga, ternyata istrinya itu masih memikirkan mengenai masalah yang menyangkut ayah mereka. Tatapan gadis itu kini berubah sendu, bukan lagi binar ceria yang menghiasi matanya. Jantung Tama seakan ditikam kuat melihat hal tersebut.

“Dengan aku yang punya rencana kuliah aja, aku udah merasa semakin menjadi beban untuk ayah sama ibu. Karena itu, sampai sekarang aku belum punya rencana untuk lanjut kuliah besok. Mungkin aku memang nggak akan kuliah, aku rasa dengan ijazah SMA cukup untuk bisa cari kerja.” Tikaman di jantungnya terasa semakin kuat hingga sesak itu semakin bisa Tama rasakan.

“Udah cukup selama ini mereka berjuang keras untuk aku sekolah. Mungkin selanjutnya aku mau membantu ayah untuk membayar utang ayah kamu.” Tama tak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak menyentuh Faza.

Mas Angga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang