MAS ANGGA 35

2K 86 0
                                    

Pagi ini Tama terbangun dengan tubuh yang terasa segar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi ini Tama terbangun dengan tubuh yang terasa segar. Laki-laki itu merasa jika tidurnya semalam benar-benar mampu memulihkan energinya yang sempat terkuras saat menangis tadi malam. Kini dirinya tengah bersiap di dalam kamarnya untuk berangkat ke sekolah. Hanya tinggal sarapan saja sebelum dirinya berangkat. Jam di dinding kamarnya masih menunjukan pukul enam kurang sepuluh menit, masih cukup pagi memang.

Tama melangkah keluar dari kamarnya dengan membawa jaket serta tas sekolahnya ke meja makan. Namun, saat sampai di sana dirinya dibuat bingung saat menemukan dua tangkup roti tawar dengan selai coklat di tengahnya serta satu gelas susu putih di samping piring roti tadi. Sebuah post it berwarna biru tertempel di bawah gelas susu yang langsung saja ia ambil untuk dibaca.

Maaf ya cuma sarapan pakai roti tawar, aku nggak sempat masak tadi. Oh iya, aku juga titip surat izin buat hari ini. Makasih, Mas:)

Dahi Tama berkerut dalam saat membaca kalimat yang tertulis pada kertas kecil tersebut. Lalu, saat pandangannya kembali tertuju ke arah meja makan dirinya baru menyadari jika ada sebuah amplop putih yang diletakkan di bawah piring roti tawar. Tangannya dengan segera mengambil amplop tersebut dan membukanya.

Membaca kalimat yang tertulis di selembar kertas yang ada di dalam amplop tersebut. Kedua matanya membulat terkejut sebelum kembali memasukkan kertas tadi ke dalam amplop dan melangkah cepat menuju ke kamar Faza.

Saat sampai di dalam kamar Faza, Tama melangkah pelan mendekati ranjang tempat Faza saat ini berbaring dengan tubuh yang ditutupi selimut. Laki-laki itu menatap Faza yang masih memejamkan matanya dan sepertinya tidak menyadari kehadirannya.

Tangan kanannya terulur dan menempelkan punggung tangannya pada dahi gadis itu. Namun, tak ia dapati suhu yang panas di sana. Meski begitu ia jelas melihat jika wajah istrinya itu memang terlihat sedikit pucat saat ini. Apa yang menyebabkan Faza sakit? Apa mungkin karena terlalu lelah akhir-akhir ini hingga gadis itu sampai harus izin sakit hari ini? Untuk memastikan hal tersebut, Tama memberanikan dirinya untuk membangunkan Faza.
 
“Faza … kamu sakit?” Tama berkata sambil mengguncang bahu Faza dengan pelan.

Tak mendapati jawaban, Tama masih berusaha membangunkan Faza yang masih setia memejamkan kedua matanya. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya bisa ia lihat pergerakan dari tubuh Faza. Disusul dengan rintihan lirih gadis itu yang ternyata masih terlelap.

Melihat Faza yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun, Tama akhirnya menyerah. Rintihan gadis itu sudah cukup menjawab pertanyaannya jika saat ini istrinya memang tengah sakit. Saat baru saja berniat untuk keluar kamar tersebut, Tama melihat pergerakan lain dari Faza.

Kedua tangan gadis itu menyentuh perut dan menekan kuat di sana seakan berusaha untuk menghentikan sesuatu. Lalu saat tatapannya beralih pada wajah Faza, Tama melihat raut kesakitan pada wajah yang terlelap itu. Apa mungkin Faza sedang menahan sakit di perutnya?

Di tengah kebingungannya, kepalanya tiba-tiba memikirkan sebuah hal yang cukup masuk akal dengan apa yang dialami Faza saat ini. Dengan cepat laki-laki itu melangkah keluar kamar Faza dan menutup pintunya perlahan. Matanya melirik jam di ruang tengah yang menunjukkan pukul enam lewat lima menit. Ah, sepertinya ia akan berangkat sedikit lebih lambat dari biasanya hari ini.

Mas Angga✔️Where stories live. Discover now