*****
🌼
ALFAREZI KAVINDRA
🌼
Hayyy gimana nih kabarnya?
Masih nungguin cerita fii end kan?
Makasih ❤️
🌼
*****
HAPPY READING ‼️
🌼🌼🌼
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, begitu juga sebaliknya"
🌼🌼🌼
Kenzo langsung berteriak memanggil suster saat tiba di rumah sakit. Tentu saja ia sembari membopong tubuh Alfa bersama Daniel.
"SUSTER TOLONGIN SAHABAT GUE!"
"TOLONG!"
"BANTUIN BEGO, DI MANA SIH SUSTERNYA LAMA BANGET!"
"BANTUIN SAHABAT GUE!"
"WOY, ANJING!"
Kenzo sudah seperti orang kesetanan. Ia terlalu takut jika terjadi yang tidak-tidak dengan sahabatnya.
Bagaimana dengan Daniel? Daniel sudah menangis, ia tak peduli jika di ejek menangis. Yang terpenting hanya satu, ia berharap sahabatnya baik-baik saja.
Tak lama dua suster datang membawa brankar dorong. Dengan segera kenzo dan Daniel mengangkat tubuh Alfa untuk di pindahkan ke atas brankar.
Kedua suster tersebut langsung mendorong ke ruang UGD. Semua yang ada di sana mengikuti di mama Alfa dibawa. Aleen tak henti-hentinya menangis. Bahkan sudah terisak.
"Maaf, gmohon tunggu di luar saja mbak dan mas-masnya." ucap salah satu suster yang akan membawa Alfa masuk ke ruangan.
"Gak, gue gak mau. Gue mau sama kak Alfa!" seru Aleen disela tangisnya.
"Udah Leen, biar Alfa di bawa ke dalem dulu. Alfa gak bakal kenapa-kenapa." Daniel menenangkan Aleen.
"Supaya cepet di tanganin." lanjutnya.
Mau tak mau, Aleen mengangguk.
Setelah itu suster langsung membawa Alfa ke dalam ruangan. Meninggalkan Aleen dan yang lainnya di depan pintu.
"Hos... Hos.... Hos... Gimana kak Alfa?" tanya Astrid yang baru saja tiba dengan nafas memburu. Di ikuti Amanda yang juga dengan nafas memburu.
"Masih di dalem," jawab Kenzo.
"Gue gak mau kak Alfa kenapa-napa," lirih Aleen.
"Percaya sama gue, kak Alfa bakal baik-baik aja." Amanda memegang kedua bahu sahabatnya. Ia tau sahabatnya itu sangatlah khawatir dengan keadaan kakak kelasnya.
"Gue takut hikss... Hikss..."
"Jangan nangis, berdoa biar kak Alfa cepet sehat."
YOU ARE READING
ALFAREZI KAVINDRA (END)
Teen FictionAlfarezi Kavindra, cowo dingin dan cuek yang selalu tertekan dalam kehidupannya. 17 tahun ia hidup penuh dengan duka dan luka, kebahagiaan tak pernah menghampiri dalam dirinya. Bahkan ia berfikir dunia sangat kejam dan tidak adil. Penyakit yang tum...
