[ 0 5 ] • ULANG TAHUN ENZI

1K 73 1
                                    

"𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒓𝒊𝒏𝒅𝒖𝒌𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒎𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒉𝒂𝒅𝒊𝒓𝒎𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒍𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒑 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒌𝒖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒓𝒊𝒏𝒅𝒖𝒌𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒎𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒉𝒂𝒅𝒊𝒓𝒎𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒍𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒑 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒌𝒖."


[ 05. ULANG TAHUN ENZI ]

Kepala Alvar teleng ke samping saat mendapati Althair berjalan ke rumah dengan gontai dan wajah murung. Mulutnya masih sibuk mengunyah sebuah apel. Namun matanya terus menatap sang kakak dan mengikutinya dari belakang seperti anak ayam.

"Kenapa, Sky? Pulang-pulang muka udah di tekuk aja."

Althair hanya menghela napas lelah seraya bersandar di sofa ruang tengah. Ia terlalu lelah meladeni Alvar saat ini.

"Yee, ditanya malah diem." Dengan jengkel Alvar bangkit dan pergi ke kamarnya.

Althair memijit pelipisnya yang terasa pusing. Lagi dan lagi helaan napas berat ia lepaskan. Pikirannya masih tertuju pada kompetisi piano tadi. Dan selama Althair disana bahkan sampai kompetisi selesai, tidak ada sahabat masa kecilnya. Membuat Althair semakin bingung dan juga bertanya-tanya.

Kenapa sahabat masa kecilnya tidak ikut kompetisi piano?

Padahal selama ini dia selalu mengikuti berbagai macam ajang bakat musik klasik yang satu itu.

Itu benar-benar menjadi pertanyaan bagi Althair. Belum lagi soal sang pianis yang hilang yang dibicarakan orang-orang disana, membuat Althair semakin menerka-nerka apakah benar Key-nya tidak lagi bermain piano? Tapi kenapa? Dan alasannya apa?

"Sudah pulang?"

Althair membuka mata saat Vania duduk di sampingnya. Ia pun langsung menyalim tangan sang Mama.

"Bagaimana tadi? Sudah ketemu sama Key?" tanya Vania.

Althair menggeleng lemah. "Key nggak ikut lomba itu, Ma."

Vania mengerutkan kening. "Kok nggak ikut? Bukannya Key suka bermain piano? Key juga sering ikut banyak lomba piano, kan?"

"Itu dia yang buat aku bingung, Ma. Ada beberapa orang juga yang bilang kalau seorang pianis muda dan jenius tiba-tiba menghilang dan namanya tidak pernah terdengar lagi di berbagai macam kompetisi piano. Aku jadi takut ... kalau yang mereka maksud adalah Key, Ma."

Vania mengelus punggung Althair, memberikan ketenangan pada putranya itu.

"Jangan berpikir yang macam-macam dulu. Mungkin kompetisi kali ini Key punya alasan nggak ikut. Kita nggak tahu, kan?"

"Benar, sih," gumam Althair menyetujui. Ia lalu mengusap wajahnya.

"Aku terlalu over thinking."

ALTHAIR 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang