Dua Pertanyaan

400 114 355
                                    

"Setelah kuperhatikan, perkataan Tika waktu itu, benar juga."
-Aurelia-

*******

Hari ini tiga siswi di kelas Iel tidak masuk sekolah dengan alasan yang berbeda-beda. Pertama, Ninda. Ia tidak masuk sekolah karena sakit. Kedua, Septi. Anak ini tidak masuk sekolah karena ada acara keluarga. Sedangkan yang ketiga, Ayu yang beralasan kesiangan. Mereka bertiga adalah dayang-dayangnya Elza.

Tuk ... tuk ... tuk

"Selamat siang semuanya," sapa Ghea kepada murid-muridnya.

"Siang, Bu," sahut murid-muridnya kompak.

Ghea menyimpan tasnya di atas meja, lalu mengambil dua lembar kertas HVS. "Sahira, pukul berapa sekarang?"

Kebetulan jam dinding di kelas Iel mati tadi pagi. Jadi, Iel menekan bagian bawah dari jam tangannya yang berbentuk kepala Doraemon itu, untuk melihat jam berapa sekarang.

"Pukul satu siang, Bu," jawab Iel.

"Oh sudah siang sekali ya. Pantas saja saya sedikit malas untuk masuk kelas tadi," ucap Ghea sambil berjalan perlahan mengitari kelas.

Ghea berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di tembok belakang kelas. Ia menatap punggung murid-muridnya satu-persatu. Ghea bergumam. "Tegang sekali mereka."

Cantik-cantik begini, Ghea adalah guru yang paling disegani oleh para murid. Ia sangat tegas kepada murid-muridnya. Apalagi kepada kelas Iel.

"Andi?" Ghea menyebut nama seorang siswa yang duduk paling depan.

"I-iya, Bu?" sahut Andi sambil menoleh ke belakang.

"Dari tanggal enam sampai sepuluh bulan depan, sekolah kita akan melaksanakan apa?" tanya Ghea.

"Penilaian akhir semester, Bu," jawab Andi.

Ghea mengangguk. "Javier?"

Oknum yang merasa disebut namanya pun menoleh. "Iya, Bu?"

"Apa kamu dan teman-temanmu yang ada di kelas ini normal?" Ghea membuat murid-muridnya heran.

"Saya rasa begitu, Bu." Javier menjawab sambil menatap wajah teman-temannya satu-persatu.

Ghea mengangguk sambil tersenyum miring. "Baiklah, karena kata Javier kalian semua normal. Saya akan memberikan uang seratus ribu rupiah kepada kalian semua setelah menjawab pertanyaan dari saya. Tak hanya itu, kalian bisa keluar kelas dan bebas mau pergi ke mana saja. Selama jam pelajaran saya berlangsung. Acungkan tangan dulu baru menjawab, okay?"

Ucapan Ghea itu diangguki oleh seluruh murid. Lalu, Ghea melipat kedua lengannya dan meletakkannya di depan dada.

"Siang itu, kancil sedang minum di tepi sungai. Ia sangat kelelahan setelah membantu monyet menghabiskan pisang di kebun milik pak tani. Kancil sangat kehausan karena setelah menghabiskan seluruh pisang di kebun pak tani, ia dan sang monyet dikejar oleh pak tani sampai ke tengah hutan. Oleh sebab itu, ketika menemukan sungai, ia langsung meminum air sungai itu, tanpa memastikan kawasan tersebut aman atau tidak. Tanpa kancil sadari, seekor singa sedang mengintainya dibalik semak belukar, dan tak butuh waktu lama, kancil sudah berada di dalam perut sang singa," jelas Ghea sambil berjalan perlahan ke depan kelas.

Genius | Misteri ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang