Klarifikasi

316 90 331
                                    

"Mengapa adikku berbeda?"
-Nizam-

*****

"BODOH!" sentak Bunda Pluto kepada Iel yang sedang menunduk ketakutan.

"M-maaf, Bunda." Iel berkata lirih dan sedikit terbata-bata.

"Membunuh empat orang saja tidak becus! Padahal sudah Bunda beri bensin dan korek api, kenapa bisa gagal?!" Bunda Pluto mencekik Iel lalu mengangkat ke atas.

"A-da wa-warga Bunda," sahut Iel terbata-bata karena cekikan Bunda Pluto di lehernya semakin lama semakin kuat.

"BODOH!" Tubuh Iel terhempas dan menghantam tembok.

Bunda Pluto menatap Iel nanar, napasnya bergemuruh penuh amarah. Bunda Pluto memang seperti ini jika ada anak angkatnya yang gagal melaksanakan tugas.

Ya, tugas Iel untuk membunuh keluarga Septi, digagalkan oleh warga yang berhasil mengevakuasi Septi dan keluarganya. Hanya saja, rumahnya tetap hangus terbakar. Untunglah Bunda Pluto segera datang dan mengamankan Iel.

"Berdiri dan menghadap tembok!" titah Bunda Pluto kepada Iel.

Dengan tertatih-tatih Iel berusaha untuk berdiri lalu menghadap tembok. Ia menagis tersedu-sedu karena sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh Bunda Pluto pada dirinya.

Ctarr

Ctarr

Ctarr

Suara cambukan begitu menggema di ruangan minim penerangan itu. Iel hanya bisa mengempalkan tangan sambil bersumpah akan membunuh Septi secepatnya.

*****

"Mas pulang!" Anak sulung Winter itu pulang membawa dua plastik putih bertuliskan Indomaret.

Kantung plastik itu berisikan pembalut ukuran 35 cm, kiranti, biskuit regal untuk Winter, susu formula untuk Iel dan sisanya adalah beberapa bungkus camilan untuknya dan juga Ina.

Izam berdiri sejenak di ambang pintu, melihat suasana rumahnya yang sepi. Anak lelaki itu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Dengan random ia membuka pintu ruangan sambil memanggil-manggil Winter.

"Mama!" Entah untuk keberapa kalinya ia meriakkan kata itu.

Hingga akhirnya ia melihat ibunya sedang duduk di bangku halaman belakang rumah. 

"Mam?"

"Hm."

"Ini kok sepi, pada ke mana?"

"Si Kakak pergi ke mall, kalo Dedek main ke rumah temennya."

Izam mengangguk lalu duduk di depan Winter lalu tanpa permisi ia menyendok makanan yang ada di piring Winter.

"Eh, si Kakak kenapa sih?"

Izam terdiam sejenak, memikirkan apa sekarang waktu yang tepat untuk bertanya kepada Winter tentang hal itu?

"Emmh ... Mama punya punya pacar?" selidik Izam sangat hati-hati.

Uhuk uhuk

Genius | Misteri ✔Where stories live. Discover now