Bunda Pluto

307 68 379
                                    

KETERANGAN :

Alia adalah perempuan yang dihamili oleh Sadam kakaknya Jhio. Untuk lebih jelas, silakan baca sekilas part 'Fitnah'

*****

"Terima kasih sudah lahir dan jadi anak Mama."
-Winter-

*****

Berjalan mengendap-endap, membuka pintu pelan-pelan, tak menimbulkan suara sedikit pun. Bahkan kalau bisa bernapas pun tidak boleh.

Mengapa harus sehening itu?

Sebab sekarang sudah pukul dua belas malam dan Izam baru pulang. Anak itu berjalan perlahan menuju kulkas berniat menyimpan es krim untuk Iel.

Setelah menyimpannya ia membalikkan tubuhnya hendak pergi kemarnya. Namun ....

Tak!

Lampu tiba-tiba menyala, menampilkan Winter sedang berpangku tangan lengkap dengan daster bermotif bunga-bunga.

"Dari mana aja kamu?" Winter bertanya dengan nada yang tegas.

Izam diam tak menjawab.

"Udah ngerasa gede kamu, hah?! Keluyuran gak jelas jam segini baru pulang," sentaknya sambil berjalan mendekati sang putra.

Izam masih diam tak menjawab.

"Mentang-mentang udah punya KTP, kamu pikir dengan begitu kamu bisa bebas keluyuran? Nggak! Kamu tuh belum cukup umur dan belum tahu sebahaya apa di luar sana." Winter menatap wajah Izam nanar.

"MAS UDAH GEDE MA! DAN MAS BISA JAGA DIRI, JADI STOP MEMPERLAKUKAN MAS SEPERTI ANAK KECIL!" Entah keberanian dari mana Izam berbicara seperti itu, yang jelas ia agak kurang terima ibunya berkata demikian.

"OH, UDAH BERANI BENTAK MAMA. BAGUS! KELUYURAN GAK JELAS DAN SEKARANG BERANI BENTAK MAMA?!" Winter memalingkan wajahnya kesal.

"MAS NGGAK KELUYURAN MA! MAS KERJA, BUAT DEDEK BUAT INA BUAT MAMA JUGA!" jelas Izam berharap menghentikan kesalahpahaman ibunya. Namun ternyata salah, Winter justru malah tersinggung.

"OH ... KAMU PIKIR MAMA UDAH GAK SANGGUP NAFKAHIN KALIAN?! SAMPE KAMU KERJA PULANG LARUT MALAM GINI?! NGELUPAIN KEWAJIBAN KAMU. KERJA APA KAMU?"

Izam kembali diam tak menjawab.

"Jawab Mama kerja apa kamu, Mas?" tanya Winter dengan nada yang lebih rendah namun tetap tegas.

"Kerja part time di restoran cepat saji. Mas kerja jadi tukang cuci piring," jawab Izam berbohong. Karena tak mungkin ia mengatakan kalau ia bekerja sama dengan Bunda Pluto.

Hati Winter sakit. Sangat sakit? Setidak berguna itu kah dirinya sekarang?"

Winter pergi begitu saja meninggalkan Izam, ia sudah tak sanggup menahan air matanya.

Merasa bersalah karena tak sengaja telah membentak sang ibu, Izam pun menyusul.

"Ma?" Izam menepuk pundak sang ibu yang sedang terisak.

"Maafin Mas ya, Mas gak izin Mama dulu," pinta Izam sambil menatap Winter sendu.

"Kamu gak salah. Mama yang khawatir berlebihan ke kamu. Mama takut kamu salah pergaulan, Mama takut salah mendidik kamu," ungkap Winter masih terisak.

"Nggak Ma. Mama gak pernah salah didik aku," ucap Izam menenangkan sambil mengusap air mata sang ibu.

Benar. Winter tak pernah salah mendidik anak-anaknya. Hanya saja, pilihannya di masa lalu yang salah.

*****

Duduk di tangga jembatan penyeberangan orang, mendengarkan lagu yang dinyanyikan oleh para pengamen cilik, dan ditemani oleh beberapa bungkus makanan ringan. Sungguh indah malam Bunda Pluto.

Setidaknya ia bisa melupakan kenyataan bahwa beberapa hari lagi ia akan berpisah dengan anak-anak angkatnya untuk selamanya.

Andai Bunda Pluto bisa memilih takdir, ia akan lebih memilih menjadi orang biasa saja. Ia menyesal karena telah meminta kekayaan kepada Mami.

Selama ini ia tahu dan sadar bahwa yang dilakukannya itu sangat salah, tapi mau bagaimana lagi inilah takdirnya.

Kini yang bisa ia lakukan hanyalah melanjutkan dan menyelesaikan permainan yang telah ia susun selama ini. Sampai pada akhirnya ia akan berakhir sama dengan anak-anaknya.

Di sela-sela canda tawanya bersama para pengamen cilik, mata Bunda Pluto tertuju pada seorang gadis remaja yang sedang hamil besar. Sepertinya Bunda Pluto pernah melihat wajah itu.

Tunggu sebentar, bukankah itu Alia? Yang beberapa bulan lalu ditawarkan oleh Iel kepadanya?

Tak ingin penasaran lebih lama, Bunda Pluto segera menghampiri gadis itu yang ia yakini adalah Alia.

"Hey, lagi ngapain kamu malem-malem di luar kaya gini?" tanya Bunda Pluto sambil duduk di samping Alia.

"Siapa Anda?" Alia sedikit menghindar dari Bunda Pluto.

"Ah iya saya lupa memperkenalkan diri. Panggil saja Bunda Pluto," ucap Bunda Pluto sambil mengulurkan tangannya.

"Bunda Pluto," lirih Alia berusaha mengingat karena sepertinya namanya tidak asing.

Bunda Pluto mengangguk mengiyakan.

"Ah, Anda kenalannya Sahira 'kan? Sahira Aurelia Metea?"

Lagi, Bunda Pluto mengangguk.

"Tolong saya, Sahira bilang Anda akan membantu saya untuk mengatasi masalah ini," pinta Alia sambil mengelus perutnya yang lumayan besar.

"Saya masih ingin melanjutkan pendidikan," lanjutnya.

Bunda Pluto tersenyum. "Berapa usia kandunganmu?"

"Minggu depan menginjak tujuh bulan."

"Baiklah," sahut Bunda Pluto sambil membuka ponselnya.

Ada yang butuh janin berusia tujuh bulan? Saya open harga di angka 150 juta.

Begitulah kira-kira pesan singkat yang Bunda Pluto kirim ke sebuah grup chat.

*****

Q : Kak Chiki bukan psikopat atau hantu 'kan? Sumpah kadang kepikiran tentang ini.

A : Pernah ada juga temenku yang komen kaya gini, wkwkwk tenang aja guys aku mermaid kok. Nggak membahayakan sama sekali.

Kalo ada pertanyaan kirim aja ke email yang ada di bio ya guys, kalo lagi luang pasti aku jawab.

Genius | Misteri ✔Where stories live. Discover now